Colombo Port City: Dubai Baru Sri Lanka atau Kawasan Utang Milik China?
loading...
A
A
A
"Tidak mungkin itu terjadi karena hukum pidana biasa berlaku di sini. Kami memiliki undang-undang pencucian uang dan unit intelijen keuangan kami. Jadi, dengan semua hal itu, tidak mungkin bagi seseorang untuk lolos dari hukum," kata dia.
China yang semakin pengaruhnya di panggung global, juga ada kekhawatiran tentang ambisi strategis jangka panjang. Jejak China yang semakin meningkat di Sri Lanka adalah hal yang mengkhawatirkan bagi India di wilayah yang secara tradisional dianggap sebagai halamannya.
Port City bertujuan untuk menggaet perusahaan multinasional dan investor yang sudah berbasis di India, yang bisa mengurangi investasi dan peluang kerja di sana. Tetapi ada yang mengatakan bahwa Sri Lanka perlu mengkhawatirkan terbangunnya Colombo Port City.
Pada 2020, Laos menghindari kebangkrutan hanya dengan menjual sebagian dari jaringan energinya kepada Tiongkok untuk membantu mendanai pembangunan jalur kereta yang menghubungkan kedua negara. Seperti halnya Hambantota, apakah Colombo Port City pada akhirnya akan menjadi kawasan utang milik China?
"Pada saat ini, dengan cara pemerintah ini telah menyetujui Chuna. Tiongkok telah menguasai seluruhnya di Port City," kata anggota parlemen oposisi Rajitha Senaratne. "Suatu hari nanti, sebenarnya Sri Lanka tidak akan memiliki proyek ini," tandasnya.
Akademisi Tiongkok, Zhou Bo, tidak setuju, dia mengatakan tujuannya adalah agar kedua negara saling menguntungkan.
"Inisiatif jalur ini bukanlah amal. Kami juga ingin saling menguntungkan. Itu berarti kami juga ingin investasi kami memiliki pengembalian ekonomi," kata Zhou, mantan kolonel senior Tentara Pembebasan Rakyat yang sekarang berada di Universitas Tsinghua di Beijing. "China tidak berniat menjebak negara mana pun dalam utang," katanya.
Pejabat Sri Lanka mengambil sikap yang sama. "Seluruh area berada di bawah kendali berdaulat Sri Lanka. Hak untuk patroli, kepolisian, imigrasi, dan tugas keamanan nasional ada di tangan pemerintah Sri Lanka," kata Saliya Wickramasuriya dari Komisi Ekonomi Colombo Port City.
Namun, Sri Lanka, yang saat ini menghadapi krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, memiliki pilihan terbatas. Pandemi Covid-19 telah menghancurkan sektor pariwisata yang menguntungkan dan mengurangi kesempatan kerja di luar negeri, sehingga cadangan devisa asing merosot.
China yang semakin pengaruhnya di panggung global, juga ada kekhawatiran tentang ambisi strategis jangka panjang. Jejak China yang semakin meningkat di Sri Lanka adalah hal yang mengkhawatirkan bagi India di wilayah yang secara tradisional dianggap sebagai halamannya.
Port City bertujuan untuk menggaet perusahaan multinasional dan investor yang sudah berbasis di India, yang bisa mengurangi investasi dan peluang kerja di sana. Tetapi ada yang mengatakan bahwa Sri Lanka perlu mengkhawatirkan terbangunnya Colombo Port City.
Pada 2020, Laos menghindari kebangkrutan hanya dengan menjual sebagian dari jaringan energinya kepada Tiongkok untuk membantu mendanai pembangunan jalur kereta yang menghubungkan kedua negara. Seperti halnya Hambantota, apakah Colombo Port City pada akhirnya akan menjadi kawasan utang milik China?
"Pada saat ini, dengan cara pemerintah ini telah menyetujui Chuna. Tiongkok telah menguasai seluruhnya di Port City," kata anggota parlemen oposisi Rajitha Senaratne. "Suatu hari nanti, sebenarnya Sri Lanka tidak akan memiliki proyek ini," tandasnya.
Akademisi Tiongkok, Zhou Bo, tidak setuju, dia mengatakan tujuannya adalah agar kedua negara saling menguntungkan.
"Inisiatif jalur ini bukanlah amal. Kami juga ingin saling menguntungkan. Itu berarti kami juga ingin investasi kami memiliki pengembalian ekonomi," kata Zhou, mantan kolonel senior Tentara Pembebasan Rakyat yang sekarang berada di Universitas Tsinghua di Beijing. "China tidak berniat menjebak negara mana pun dalam utang," katanya.
Pejabat Sri Lanka mengambil sikap yang sama. "Seluruh area berada di bawah kendali berdaulat Sri Lanka. Hak untuk patroli, kepolisian, imigrasi, dan tugas keamanan nasional ada di tangan pemerintah Sri Lanka," kata Saliya Wickramasuriya dari Komisi Ekonomi Colombo Port City.
Namun, Sri Lanka, yang saat ini menghadapi krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, memiliki pilihan terbatas. Pandemi Covid-19 telah menghancurkan sektor pariwisata yang menguntungkan dan mengurangi kesempatan kerja di luar negeri, sehingga cadangan devisa asing merosot.