Simak, Tips Mencari KOL yang Sesuai dengan Bisnis dan Budget
loading...
A
A
A
JAKARTA - Key Opinion Leader (KOL) saat ini menjadi salah satu instrumen yang tidak terpisahkan dari promosi atau pemasaran bisnis serta perusahaan. Kehadiran KOL juga dibutuhkan untuk meningkatkan brand awareness.
KOL Management Specialist, Rizal Ramadhan mengatakan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam memilih dan menentukan KOL untuk memasarkan produknya. Pertama, menyesuaikan KOL dengan budget yang disiapkan.
“Perusahaan tentu kalau menggunakan KOL sudah menyiapkan budget, ini tergantung dengan budget yang disiapkan masing-masing perusahaan,” ujarnya dalam Podcast Aksi Nyata Partai Perindo, Selasa (27/6/2023). Pasalnya, sambung dia, terdapat perbedaan strategi yang harus diterapkan dengan menyesuaikan budget yang dimiliki.
Misalnya, perusahaan telah menyiapkan budget sebesar Rp70 juta untuk menggunakan KOL, maka lebih baik mengedepankan aspek kuantitas. Artinya, perusahaan disarankan untuk menggunakan lebih banyak KOL yang mikro atau belum memiliki banyak followers.
Dengan budget tersebut, perusahaan setidaknya bisa menggaet 30 hingga 40 KOL mikro. Sehingga, promosi yang dilakukan bisa terus berjalan dan semakin meningkatkan brand awareness.
“Kalau misalnya budget Rp70 juta untuk KOL besar itu kurang, karena hanya bisa menggunakan 1 KOL besar lalu nanti sisanya hanya menggunakan 5-10 KOL mikro. Dalam sebulan, setidaknya hanya ada 10 hari untuk promosi produk. Brand awareness-nya pun kecil,” bebernya.
Namun, Rizal menyatakan, perusahaan juga tidak bisa menganggap enteng KOL mikro. Walaupun jumlah pengikutnya kalah dibandingkan KOL besar, namun banyak dari mereka yang memiliki kemampuan untuk produksi konten dengan baik.
“Banyak yang sewa studio, sangat niat untuk membuat dan mengedit konten. Walau viewers memang masih berusaha ditingkatkan, tapi content creator itu juga layak,” tandasnya.
Kendati demikian, perlu diketahui bahwa penggunaan KOL sebagai instrumen marketing dan peningkatan omzet adalah dua hal yang berbeda.
Rizal mengatakan, perusahaan tidak bisa langsung mengharapkan kenaikan omzet karena yang paling utama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang suatu brand.
“Ada influencer besar yang mampu jual barang, tapi ada juga yang hanya meningkatkan kesadaran, tapi itu penting. Ketika kita sudah berhasil meningkatkan brand awareness, masyarakat jadi tahu, tertarik dan membeli produk,” tuturnya.
"Selain itu, produk juga harus tetap menarik, karena produk yang tidak menarik tidak akan dibeli walaupun sudah dipromosikan oleh KOL,” pungkas Rizal.
KOL Management Specialist, Rizal Ramadhan mengatakan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam memilih dan menentukan KOL untuk memasarkan produknya. Pertama, menyesuaikan KOL dengan budget yang disiapkan.
“Perusahaan tentu kalau menggunakan KOL sudah menyiapkan budget, ini tergantung dengan budget yang disiapkan masing-masing perusahaan,” ujarnya dalam Podcast Aksi Nyata Partai Perindo, Selasa (27/6/2023). Pasalnya, sambung dia, terdapat perbedaan strategi yang harus diterapkan dengan menyesuaikan budget yang dimiliki.
Misalnya, perusahaan telah menyiapkan budget sebesar Rp70 juta untuk menggunakan KOL, maka lebih baik mengedepankan aspek kuantitas. Artinya, perusahaan disarankan untuk menggunakan lebih banyak KOL yang mikro atau belum memiliki banyak followers.
Dengan budget tersebut, perusahaan setidaknya bisa menggaet 30 hingga 40 KOL mikro. Sehingga, promosi yang dilakukan bisa terus berjalan dan semakin meningkatkan brand awareness.
“Kalau misalnya budget Rp70 juta untuk KOL besar itu kurang, karena hanya bisa menggunakan 1 KOL besar lalu nanti sisanya hanya menggunakan 5-10 KOL mikro. Dalam sebulan, setidaknya hanya ada 10 hari untuk promosi produk. Brand awareness-nya pun kecil,” bebernya.
Namun, Rizal menyatakan, perusahaan juga tidak bisa menganggap enteng KOL mikro. Walaupun jumlah pengikutnya kalah dibandingkan KOL besar, namun banyak dari mereka yang memiliki kemampuan untuk produksi konten dengan baik.
“Banyak yang sewa studio, sangat niat untuk membuat dan mengedit konten. Walau viewers memang masih berusaha ditingkatkan, tapi content creator itu juga layak,” tandasnya.
Kendati demikian, perlu diketahui bahwa penggunaan KOL sebagai instrumen marketing dan peningkatan omzet adalah dua hal yang berbeda.
Rizal mengatakan, perusahaan tidak bisa langsung mengharapkan kenaikan omzet karena yang paling utama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang suatu brand.
“Ada influencer besar yang mampu jual barang, tapi ada juga yang hanya meningkatkan kesadaran, tapi itu penting. Ketika kita sudah berhasil meningkatkan brand awareness, masyarakat jadi tahu, tertarik dan membeli produk,” tuturnya.
"Selain itu, produk juga harus tetap menarik, karena produk yang tidak menarik tidak akan dibeli walaupun sudah dipromosikan oleh KOL,” pungkas Rizal.
(ind)