Kilas Balik Kereta Cepat, Ini Alasan Pemerintah Gandeng China Dibanding Jepang
loading...
A
A
A
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Panjaitan, mengatakan China enggan menurunkan bunga pinjaman menjadi 2% dengan tenor selama 40 tahun - yang merupakan skema pembiayaan awal.
Kendati dianggap memberatkan, Luhut mengatakan bunga utang yang dipatok China itu "tidak masalah" karena Indonesia memiliki kemampuan untuk membayar dan melunasi pinjaman dari pajak.
Isi Penawaran Konsorsium antara China dan Indonesia:
1. Nilai penawaran Sebesar USD5,13 miliar
2. Komitmen pemerintah: Tak ada jaminan pemerintah, pembiayaan dari APBN dan subsidi tarif, dan pembengkakan biaya menjadi tanggung jawab joint venture company (JVC).
3. Konsep bisnis: Berbentuk JVC, Indonesia memegang saham 60 persen dan China 40 persen
4. Pengadaan lahan: Tak ada kewajiban pemerintah untuk pembebasan tanah
5. Kandungan lokal: 58,6 persen
6. Penciptaan lapangan kerja baru, masa konstruksi 39 ribu orang per tahun. Pekerja China yang dipekerjakan selama masa konstruksi terbatas pada tenaga ahli dan supervisor
7. Teknologi: Teknologi Siemens yang dikembangkan di China sejak 2003
8. Pengalihan teknologi: Melalui pembangunan pabrik rolling stock di Indonesia
Isi Penawaran Konsorsium antara Jepang dan Indonesia:
1. Nilai penawaran: USD6,2 miliar
2. Komitmen pemerintah: Ada jaminan pemerintah, pembiayaan dari APBN dan subsidi tarif, serta pembengkakan biaya ditanggung pemerintah
3. Konsep bisnis: Engineering, procurement, and construction (EPC)
4. Pengadaan lahan: Ada kewajiban pemerintah untuk pengadaan dan pembebasan lahan
5. Kandungan lokal: 40 persen
6. Penciptaan lapangan kerja: Masa konstruksi sebanyak 35 ribu orang per tahun dan ada tenaga kerja dari Jepang
7. Teknologi: Sejak 1964 kereta cepat yang dikembangkan di Jepang sesuai dengan kebutuhan kondisi iklim empat musim, teknologi bersifat tertutup
8. Pengalihan teknologi: Tak ada program alih teknologi yang jelas
Lihat Juga: Revolusi Kereta Cepat China: Melaju Secepat Pesawat, Lebih Baik dari Hyperloop Elon Musk
Kendati dianggap memberatkan, Luhut mengatakan bunga utang yang dipatok China itu "tidak masalah" karena Indonesia memiliki kemampuan untuk membayar dan melunasi pinjaman dari pajak.
Perbedaan penawaran China dan Jepang
Dikutip dari buku yang diterbitkan KCIC bertajuk "Kereta Cepat Jakarta-Bandung", berikut perbedaan dari isi proposal antara negara China dan Jepang yang diberikan kepada pemerintah dalam buku yang diterbitkan KCIC pada tahun 2018 lalu.Isi Penawaran Konsorsium antara China dan Indonesia:
1. Nilai penawaran Sebesar USD5,13 miliar
2. Komitmen pemerintah: Tak ada jaminan pemerintah, pembiayaan dari APBN dan subsidi tarif, dan pembengkakan biaya menjadi tanggung jawab joint venture company (JVC).
3. Konsep bisnis: Berbentuk JVC, Indonesia memegang saham 60 persen dan China 40 persen
4. Pengadaan lahan: Tak ada kewajiban pemerintah untuk pembebasan tanah
5. Kandungan lokal: 58,6 persen
6. Penciptaan lapangan kerja baru, masa konstruksi 39 ribu orang per tahun. Pekerja China yang dipekerjakan selama masa konstruksi terbatas pada tenaga ahli dan supervisor
7. Teknologi: Teknologi Siemens yang dikembangkan di China sejak 2003
8. Pengalihan teknologi: Melalui pembangunan pabrik rolling stock di Indonesia
Isi Penawaran Konsorsium antara Jepang dan Indonesia:
1. Nilai penawaran: USD6,2 miliar
2. Komitmen pemerintah: Ada jaminan pemerintah, pembiayaan dari APBN dan subsidi tarif, serta pembengkakan biaya ditanggung pemerintah
3. Konsep bisnis: Engineering, procurement, and construction (EPC)
4. Pengadaan lahan: Ada kewajiban pemerintah untuk pengadaan dan pembebasan lahan
5. Kandungan lokal: 40 persen
6. Penciptaan lapangan kerja: Masa konstruksi sebanyak 35 ribu orang per tahun dan ada tenaga kerja dari Jepang
7. Teknologi: Sejak 1964 kereta cepat yang dikembangkan di Jepang sesuai dengan kebutuhan kondisi iklim empat musim, teknologi bersifat tertutup
8. Pengalihan teknologi: Tak ada program alih teknologi yang jelas
Lihat Juga: Revolusi Kereta Cepat China: Melaju Secepat Pesawat, Lebih Baik dari Hyperloop Elon Musk
(akr)