Fenomena Sampah Makanan di Tengah Ancaman Pangan: Timbulkan Kerugian Rp551 Triliun per Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah ancaman El Nino terhadap ketahanan pangan , Indonesia perlu melakukan perubahan budaya konsumsi masyarakat. Pasalnya, Indonesia termasuk negara terbesar yang membuang makanan.
Fenomena food waste dan food loss di Indonesia diungkap oleh UNEP (Program Lingkungan PBB). Sepanjang 2021 Indonesia menghasilkan sampah makanan sebanyak 21 ton juta per tahun.
Dengan jumlah sampah makanan sebanyak itu, Indonesia menjadi negara dengan produksi sampah makanan ke-4, terbesar di dunia, Setelah China sebanyak 91 juta ton, India 68 juta ton, dan Nigeria 37,9 juta ton.
Badan Pangan Nasional (Bappanas) mengungkap angkanya bahkan lebih besar lagi. Menurut badan yang berperan menjaga ketahanan pangan itu, Indonesia menghasilkan sampah mencapai 23 juta ton hingga 48 juta ton. Angka itu setara dengan 115 kg hingga 184 kg per orang per tahun.
Pada September 2022, anggota Komisi IV DPR RI Suhardi Duka pernah menyoroti data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, yang menyebutkan volume sampah di Indonesia tercatat 68,5 juta ton. Pada tahun 2022 angkanya naik mencapai 70 juta ton.
Berdasarkan jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional pada 2022 berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Kemudian sampah plastik berada di urutan kedua dengan proporsi 18,55%.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan ancaman krisis pangan diperparah dengan adanya masalah food loss and food waste atau sampah makanan. Menurut Mentan sampah makanan menjadi ancaman selain perubahan iklim dan perang yang menghambat rantai pasok.
Food loss adalah hilangnya bahan makanan di rantai pasok yang disebabkan biasanya karena bahan makanan yang rusak sebelum sampai ke konsumen. Kondisi itu bisa terjadi karena tanaman yang rusak, gagal panen akibat iklim yang buruk.
Sedangkan food waste sendiri merupakan makanan sisa atau makanan yang tidak habis oleh konsumen yang pada akhirnya menyebabkan limbah makanan yang menumpuk. Food waste biasanya terjadi akibat sifat konsumen yang kerap membuang makanan yang sudah jadi.
"Isu itu kini menjadi penting di tengah ancaman global, hasil kajian FAO menunjukkan sepertiga bahan pangan yang diproduksi dunia terbuang dan menjadi sampah yang tidak dapat didaur ulang," kata Mentan.
Sampah makanan tak bisa disepelekan, sebab menimbulkan kerugian yang tak sedikit. Bappenas memperkirakan kerugian ekonomi akibat sampah makanan mencapai Rp213 triliun sampai Rp551 triliun per tahun, atau setara dengan 4 sampai 5 persen PDB Indonesia.
Sampah makanan juga menyumbang sekitar 8 sampai 10 persen emisi gas rumah kaca, sehingga mendesak adanya perubahan budaya masyarakat, melalui kampanye program makan secukupnya atau cukup satu porsi untuk mengubah perilaku masyarakat.
Di tengah ancaman terhadap ketahanan pangan, solusi mencegah bahan pangan menjadi sampah jelas mendesak. Upaya ini harus dilakukan oleh semua pihak, mulai dari pemeritah, pelaku usaha, petani, dan tentu saja masyarakat.
Fenomena food waste dan food loss di Indonesia diungkap oleh UNEP (Program Lingkungan PBB). Sepanjang 2021 Indonesia menghasilkan sampah makanan sebanyak 21 ton juta per tahun.
Dengan jumlah sampah makanan sebanyak itu, Indonesia menjadi negara dengan produksi sampah makanan ke-4, terbesar di dunia, Setelah China sebanyak 91 juta ton, India 68 juta ton, dan Nigeria 37,9 juta ton.
Badan Pangan Nasional (Bappanas) mengungkap angkanya bahkan lebih besar lagi. Menurut badan yang berperan menjaga ketahanan pangan itu, Indonesia menghasilkan sampah mencapai 23 juta ton hingga 48 juta ton. Angka itu setara dengan 115 kg hingga 184 kg per orang per tahun.
Pada September 2022, anggota Komisi IV DPR RI Suhardi Duka pernah menyoroti data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, yang menyebutkan volume sampah di Indonesia tercatat 68,5 juta ton. Pada tahun 2022 angkanya naik mencapai 70 juta ton.
Berdasarkan jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional pada 2022 berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Kemudian sampah plastik berada di urutan kedua dengan proporsi 18,55%.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan ancaman krisis pangan diperparah dengan adanya masalah food loss and food waste atau sampah makanan. Menurut Mentan sampah makanan menjadi ancaman selain perubahan iklim dan perang yang menghambat rantai pasok.
Food loss adalah hilangnya bahan makanan di rantai pasok yang disebabkan biasanya karena bahan makanan yang rusak sebelum sampai ke konsumen. Kondisi itu bisa terjadi karena tanaman yang rusak, gagal panen akibat iklim yang buruk.
Sedangkan food waste sendiri merupakan makanan sisa atau makanan yang tidak habis oleh konsumen yang pada akhirnya menyebabkan limbah makanan yang menumpuk. Food waste biasanya terjadi akibat sifat konsumen yang kerap membuang makanan yang sudah jadi.
"Isu itu kini menjadi penting di tengah ancaman global, hasil kajian FAO menunjukkan sepertiga bahan pangan yang diproduksi dunia terbuang dan menjadi sampah yang tidak dapat didaur ulang," kata Mentan.
Sampah makanan tak bisa disepelekan, sebab menimbulkan kerugian yang tak sedikit. Bappenas memperkirakan kerugian ekonomi akibat sampah makanan mencapai Rp213 triliun sampai Rp551 triliun per tahun, atau setara dengan 4 sampai 5 persen PDB Indonesia.
Sampah makanan juga menyumbang sekitar 8 sampai 10 persen emisi gas rumah kaca, sehingga mendesak adanya perubahan budaya masyarakat, melalui kampanye program makan secukupnya atau cukup satu porsi untuk mengubah perilaku masyarakat.
Di tengah ancaman terhadap ketahanan pangan, solusi mencegah bahan pangan menjadi sampah jelas mendesak. Upaya ini harus dilakukan oleh semua pihak, mulai dari pemeritah, pelaku usaha, petani, dan tentu saja masyarakat.
(uka)