Belajar dan Berinovasi, Jurus UMKM Tetap Cuan saat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 menjadi ujian mahaberat bagi dunia bisnis, mulai skala mikro hingga perusahaan besar. Hanya mereka yang mampu beradaptasi dan terus berinovasi yang bisa bertahan bahkan tetap cuan di masa sulit.
Usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM ) yang kerap disebut tulang punggung perekonomian RI dan tahan krisis juga dituntut untuk berinovasi jika ingin bertahan. Tak hanya itu, adopsi digital juga mutlak dilakukan.
Hal itu diakui oleh pelaku UMKM telur asin “Sabiq” asal Lamongan, Jawa Timur, Ainur Rohmatin. Memproduksi dan jualan telur asin sejak 2009, Ainur harus putar otak saat pandemi menyapa di awal 2020. Pasalnya, telur asin hanya bisa bertahan sekitar dua pekan dalam suhu ruangan.
“Sejak Maret 2020 telur asin kami tidak bisa keluar, kami pun berinovasi bagaimana caranya agar telur ini tetap menghasilkan uang dan tidak rugi karena kami produksinya 4.500-5.000 butir per minggu,” tuturnya di Jakarta, dikutip Minggu (16/7/2023).
Ainur pun lantas berinovasi dengan mengolah telur asin menjadi sambal yang masa simpannya lebih tahan lama. Selain sambal, ada juga kerupuk dan abon telur asin.
“Sambal telur asin ini produk yang lahir karena pandemi dan kami juga dapat penghargaan dari ibu Khofifah (Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa) sebagai UKM yang bertahan di masa pandemi,” ucap Founder CV Sabiq Bejo itu.
Selain melakukan inovasi produk, saat pandemi Ainur juga mengadopsi cara jualan online, di mana konsumen bisa memesan melalui Whatsapp maupun marketplace. “Jadi, saat pandemi omzet kami malah naik 40% karena jualan lewat online dan juga penambahan varian produk,” tuturnya seraya menyebut omzet usahanya saat ini di kisaran Rp38-50 juta per bulan.
“Jadi, tipsnya supaya bisnis bisa bertahan itu selalu belajar dan berinovasi, termasuk adopsi digital. Selain itu, jalin kemitraan, misalnya kami dengan toko oleh-oleh,” saran wanita berjilbab itu.
Resep hampir serupa juga diterapkan Aina Susanti, pelaku UMKM kuliner Mee Kwah Tauco. Menurut Aina, produk mi miliknya itu juga lahir berkat inovasi yang dilakukan semasa pandemi.
Usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM ) yang kerap disebut tulang punggung perekonomian RI dan tahan krisis juga dituntut untuk berinovasi jika ingin bertahan. Tak hanya itu, adopsi digital juga mutlak dilakukan.
Hal itu diakui oleh pelaku UMKM telur asin “Sabiq” asal Lamongan, Jawa Timur, Ainur Rohmatin. Memproduksi dan jualan telur asin sejak 2009, Ainur harus putar otak saat pandemi menyapa di awal 2020. Pasalnya, telur asin hanya bisa bertahan sekitar dua pekan dalam suhu ruangan.
“Sejak Maret 2020 telur asin kami tidak bisa keluar, kami pun berinovasi bagaimana caranya agar telur ini tetap menghasilkan uang dan tidak rugi karena kami produksinya 4.500-5.000 butir per minggu,” tuturnya di Jakarta, dikutip Minggu (16/7/2023).
Ainur pun lantas berinovasi dengan mengolah telur asin menjadi sambal yang masa simpannya lebih tahan lama. Selain sambal, ada juga kerupuk dan abon telur asin.
“Sambal telur asin ini produk yang lahir karena pandemi dan kami juga dapat penghargaan dari ibu Khofifah (Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa) sebagai UKM yang bertahan di masa pandemi,” ucap Founder CV Sabiq Bejo itu.
Selain melakukan inovasi produk, saat pandemi Ainur juga mengadopsi cara jualan online, di mana konsumen bisa memesan melalui Whatsapp maupun marketplace. “Jadi, saat pandemi omzet kami malah naik 40% karena jualan lewat online dan juga penambahan varian produk,” tuturnya seraya menyebut omzet usahanya saat ini di kisaran Rp38-50 juta per bulan.
“Jadi, tipsnya supaya bisnis bisa bertahan itu selalu belajar dan berinovasi, termasuk adopsi digital. Selain itu, jalin kemitraan, misalnya kami dengan toko oleh-oleh,” saran wanita berjilbab itu.
Resep hampir serupa juga diterapkan Aina Susanti, pelaku UMKM kuliner Mee Kwah Tauco. Menurut Aina, produk mi miliknya itu juga lahir berkat inovasi yang dilakukan semasa pandemi.