Ikuti Jejak AS, Bank Sentral Eropa Kerek Suku Bunga ke Rekor Tertinggi Sejak Tahun 2000
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga di zona euro sekali lagi, untuk membuat suku bunga acuan sentuh rekor tertinggi yang terakhir terlihat pada akhir tahun 2000. Bank sentral menaikkan suku bunga deposito di blok 20 negara untuk kesembilan kalinya berturut-turut menjadi 3,75% atau naik dari 3,5%.
ECB mengatakan inflasi terus mereda, tetapi diprediksi trennya masih akan tetap tinggi untuk waktu yang lama. Sebelumnya pada hari Rabu, kemarin waktu setempat, bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 22 tahun dalam upayanya untuk mengendalikan harga.
Sementara itu inflasi di Inggris mengalami penurunan menjadi 7,9% pada bulan Juni, dan kini suku bunga Bank of England berada di level 5%. Pada keputusan berikutnya pada 3 Agustus, mendatang diperkirakan bank sentral bakal ikut menaikkan suku bunga menjadi 5,25%.
Kebijakan menaikkan suku bunga bakal membuat pinjaman menjadi lebih mahal sehingga menurunkan permintaan dan pada akhirnya diharapkan bisa meredam kenaikan harga.
Seperti di wilayah lain, zona euro telah terpukul oleh kenaikan harga pangan dan energi yang membebani sektor rumah tangga. Inflasi di zona euro berjalan pada level 5,5%. Inflasi harga makanan terus melambat, tetapi masih di posisi 11,6% pada bulan Juni.
ECB mengatakan, bertekad untuk memastikan inflasi kembali ke target jangka menengah 2% pada "waktu yang tepat". Sebelumnya Zona euro jatuh ke dalam resesi musim dingin lalu, dimana angka yang direvisi belum lama ini menunjukkan konsumen mengalami tekanan akibat kenaikan harga.
Ekonomi zona euro mengalami kontraksi sebesar 0,1% antara periode Januari hingga Maret sepanjang tahun ini, setelah dalam tiga bulan terakhir tahun 2022 juga menyusut.
Diterangkan juga oleh ECB, bahwa perkembangan sejak pertemuan terakhirnya mendorong ekspektasi bahwa "inflasi akan turun lebih jauh selama sisa tahun ini, tetapi akan tetap di atas target untuk jangka waktu yang lama".
Ia menambahkan, bahwa kebijakan kenaikan suku bunga telah cukup efektif "semakin meredam permintaan, yang merupakan faktor penting dalam membawa inflasi kembali ke target".
Namun, ECB mengungkapkan: "Sementara beberapa kebijakan menunjukkan tanda-tanda pelonggaran, inflasi yang mendasari tetap tinggi secara keseluruhan."
Inflasi tinggi dan suku bunga yang lebih tinggi bakal meredam pengeluaran sehingga "prospek ekonomi jangka pendek untuk kawasan euro telah memburuk, sebagian besar karena permintaan domestik yang lebih lemah".
Bank mengatakan kondisi ini mempengaruhi output manufaktur secara khusus, yang juga tertahan oleh permintaan yang lemah dari luar negeri. Namun dikatakan juga: "Seiring waktu, penurunan inflasi, kenaikan pendapatan dan membaiknya kondisi pasokan harus mendukung pemulihan."
Sebagai informasi Bank Sentral Eropa (ECB) pada Juli 2022 telah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari 11 tahun sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi zona euro yang melonjak.
ECB mengatakan inflasi terus mereda, tetapi diprediksi trennya masih akan tetap tinggi untuk waktu yang lama. Sebelumnya pada hari Rabu, kemarin waktu setempat, bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 22 tahun dalam upayanya untuk mengendalikan harga.
Sementara itu inflasi di Inggris mengalami penurunan menjadi 7,9% pada bulan Juni, dan kini suku bunga Bank of England berada di level 5%. Pada keputusan berikutnya pada 3 Agustus, mendatang diperkirakan bank sentral bakal ikut menaikkan suku bunga menjadi 5,25%.
Kebijakan menaikkan suku bunga bakal membuat pinjaman menjadi lebih mahal sehingga menurunkan permintaan dan pada akhirnya diharapkan bisa meredam kenaikan harga.
Seperti di wilayah lain, zona euro telah terpukul oleh kenaikan harga pangan dan energi yang membebani sektor rumah tangga. Inflasi di zona euro berjalan pada level 5,5%. Inflasi harga makanan terus melambat, tetapi masih di posisi 11,6% pada bulan Juni.
ECB mengatakan, bertekad untuk memastikan inflasi kembali ke target jangka menengah 2% pada "waktu yang tepat". Sebelumnya Zona euro jatuh ke dalam resesi musim dingin lalu, dimana angka yang direvisi belum lama ini menunjukkan konsumen mengalami tekanan akibat kenaikan harga.
Ekonomi zona euro mengalami kontraksi sebesar 0,1% antara periode Januari hingga Maret sepanjang tahun ini, setelah dalam tiga bulan terakhir tahun 2022 juga menyusut.
Diterangkan juga oleh ECB, bahwa perkembangan sejak pertemuan terakhirnya mendorong ekspektasi bahwa "inflasi akan turun lebih jauh selama sisa tahun ini, tetapi akan tetap di atas target untuk jangka waktu yang lama".
Ia menambahkan, bahwa kebijakan kenaikan suku bunga telah cukup efektif "semakin meredam permintaan, yang merupakan faktor penting dalam membawa inflasi kembali ke target".
Namun, ECB mengungkapkan: "Sementara beberapa kebijakan menunjukkan tanda-tanda pelonggaran, inflasi yang mendasari tetap tinggi secara keseluruhan."
Inflasi tinggi dan suku bunga yang lebih tinggi bakal meredam pengeluaran sehingga "prospek ekonomi jangka pendek untuk kawasan euro telah memburuk, sebagian besar karena permintaan domestik yang lebih lemah".
Bank mengatakan kondisi ini mempengaruhi output manufaktur secara khusus, yang juga tertahan oleh permintaan yang lemah dari luar negeri. Namun dikatakan juga: "Seiring waktu, penurunan inflasi, kenaikan pendapatan dan membaiknya kondisi pasokan harus mendukung pemulihan."
Sebagai informasi Bank Sentral Eropa (ECB) pada Juli 2022 telah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari 11 tahun sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi zona euro yang melonjak.
(akr)