Teknologi Penangkapan Karbon Bantu Industri Turunkan Emisi CO2

Selasa, 01 Agustus 2023 - 12:05 WIB
loading...
Teknologi Penangkapan...
Sejumlah perusahaan menghadirkan teknologi penangkap karbon. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pengurangan emisi karbon dioksida atau CO2 sangat penting dilakukan oleh seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan termasuk industri . Ekonomi rendah karbon pun terus digaungkan.



Emisi karbon merupakan proses pelepasan CO2 ke atmosfer yang terjadi secara alami maupun dipicu oleh aktivitas manusia seperti deforestasi, penggunaan listrik hingga kegiatan industri manufaktur.

Indonesia diketahui memiliki banyak industri penyumbang CO2. Sebut saja pembangkit listrik yang menggunakan batu bara, pabrik pengolahan gas alam, kilang minyak, pabrik kimia.

Sebagai langkah pengendalian, Indonesia menjadi negara terdepan di Asia Tenggara yang menerapkan kerangka peraturan pemerintah untuk mendorong penangkapan, penyimpanan, dan penggunaan karbon dioksida hingga pemanfaatannya.

Staf Ahli Ketua SKK Migas, Luky Yusgiantoro, mengatakan dengan banyaknya formasi geologi di penjuru Tanah Air yang berpotensi menjadi lokasi penyimpanan CO2 yang ditangkap, beberapa proyek telah dimulai dan sebagian besar ditargetkan untuk mulai beroperasi sebelum tahun 2030.

"Indonesia memiliki formasi geologi yang dapat digunakan untuk menyimpan karbon secara permanen dengan menggunakan teknologi yang tepat," ujarnya melalui siaran pers, dikutip Selasa (1/8/2023).

Menurut dia, dekarbonisasi industri hulu dan berat merupakan langkah penting untuk mewujudkan target Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060 mendatang. Sebagai payungnya, pemerintah juga telah menerbitkan PP ESDM 2/2023 yang bertujuan memotivasi dan memasilitasi industri hulu untuk mengurangi emisi karbon.

Luky menyampaikan bahwa pihaknya juga akan terus berperan aktif dalam penerapan Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon atau yang dikenal dengan CCS (Carbon Capture and Storage) dan CCUS (Carbon Capture Utilization and Storage) di Indonesia.

Mengutip laman Kementerian ESDM, manfaat ekonomi potensial CCUS sangat beragam, mulai dari penciptaan lapangan kerja, mengurangi biaya operasional penyediaan listrik, memperpanjang umur infrastruktur yang telah ada, hingga memberikan pengetahuan yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi.

Sementara itu, guna mendukung industri di Indonesia untuk menurunkan emisi CO2 mereka, Honeywell menawarkan serangkaian teknologi dan solusi penangkapan karbon atau CCUS. Teknologi dan solusi CCUS yang dihadirkan Honeywell berfokus pada manajemen emisi industri-industri beremisi tinggi seperti minyak dan gas, energi, baja, semen, kilang, bahan kimia, dan petrokimia. Dengan teknologi CCUS Honeywell, industri dapat mendeteksi, mengukur, memantau, dan memitigasi lebih dari 20 gas rumah kaca.

Presiden Honeywell Asia Tenggara dan CCO High Growth Regions, Steven Lien menyebut, saat ini perusahaan-perusahaan mancanegara yang menggunakan teknologi CCUS Honeywell sanggup menangkap 40 juta ton CO2 per tahun atau setara dengan emisi lebih dari 8,6 juta mobil.

"Teknologi Honeywell siap untuk menangkap emisi karbon dioksida dari proses industri dan menyimpannya di bawah tanah agar dapat digunakan untuk beragam aplikasi, seperti pengambilan minyak bumi atau menjadi bahan baku untuk produksi bahan bakar sintetis yang berkelanjutan," bebernya.

Menurut Steven, penangkapan karbon sebelum atau sesudah proses pembakaran industri dapat membantu mengurangi efek gas rumah kaca dan mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon.

Country Manager UOP Indonesia, Sofia Subur menambahkan, industri berat Indonesia lainnya juga bisa memulai pengurangan emisi gas rumah kaca dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan skala dan kesiapan operasional mereka. Beberapa teknologi Honeywell yang siap mendukung termasuk Leak detection & Remediation, dan Energy efficiency & Optimization.



"Dengan menerapkan teknologi dan solusi yang tepat bagi bisnis mereka, industri berat non-hulu dapat mengurangi emisi CO2 mereka sekarang,” tandasnya.

(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2989 seconds (0.1#10.140)