Konektivitas Tanpa Batas, Tol Trans Sumatera Mulai Dirasakan Masyarakat

Rabu, 29 Juli 2020 - 13:12 WIB
loading...
Konektivitas Tanpa Batas,...
Foto: dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam kurun lima tahun terakhir sudah dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Endang Bunyamin (52) misalnya, meluapkan kegembiraannya saat bisa merasakan perjalanan dari Palembang hingga Bakauheni , Lampung, hanya dalam lima jam dari sebelumnya 12 jam.

Perjalanan dari Palembang ke Lampung, bagi Endang, yang bekerja sebagai konsultan hukum itu, sungguh mengasyikkan. Sebelum ada tol Palembang hingga Lampung, Endang harus menempuh perjalanan melelahkan dengan ongkos yang mahal. Pria yang bermukim di Kompleks Villa Gardena, Rama Raya, Kecamatan Alang Lebar, Palembang, itu merasa lega karena tak perlu lagi melibas jalan umum yang terkadang dalam kondisi tidak mulus. “Sejak ruas tol beroperasi, perjalanan jadi cepat dan efisien,” ungkapnya.

Endang bercerita, saat dirinya dan keluarga melakukan perjalanan ke Tasikmalaya, Jawa Barat, waktu tempuh berkisar 14 jam hingga 16 jam. Padahal, sebelumnya perjalanan harus ditempuh hampir satu hari. Ruas tol trans-Sumatera dinilai dapat meningkatkan konektivitas antarwilayah di pulau tersebut. Juga antara Sumatera dan Jawa yang selama ini sebagai pusat perekonomian nasional. Sumatera Selatan saat ini terhubung dengan berbagai kawasan produktif. Pertumbuhan ekonominya merangkak naik. (Baca: Trans Sumatera Tidak Layak Finansial, namun Sangat Dibutuhkan)

Tercipta pula pusat perekonomian baru. Jalan tol trans-Sumatera (JTTS) diyakini akan membawa dampak positif, terutama terhadap mobilitas masyarakat di wilayah Sumatera serta memperlancar alur distribusi melalui waktu tempuh yang singkat dengan biaya yang terjangkau. “Tentunya akan lebih menyenangkan dan menguntungkan bagi masyarakat apabila sudah terkoneksi dari Lampung hingga Aceh,” cetusnya.

Tak hanya Endang yang merasakan dampak positif adanya JTTS tersebut. Haryanto (52) pengusaha batu bara asal Palembang, merasakan perekonomian di Sumatera Selatan mulai bertumbuh sejak terkoneksi dengan JTTS. Kawasan-kawasan wisata kini banyak dikunjungi dan distribusi logistik lebih lancar dibandingkan sebelum ada JTTS. “Sekarang menjadi ramai dan pasokan kebutuhan pokok di Sumsel lebih lancar dan terkendali,”cetus pemilik PT Ikhlas Ikhtiar Barokah itu.

JTTS diyakini akan menjadi daya gedor pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera. Apalagi di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi akibat pandemi Covid-19. JTTS juga akan menimbulkan efek berantai yang besar seiring dengan terbukanya konektivitas, efisiensi waktu tempuh, dan tumbuhnya daerah-daerah ekonomi baru.

Hingga kini PT Hutama Karya (Persero) menjadi BUMN yang mendapatkan kepercayaan dari Presiden Joko Widodo untuk membangun JTTS sepanjang 2.765 km dari Lampung hingga Aceh. Kepercayaan itu tertuang dalam Perpres No 100/2014 yang kemudian direvisi menjadi Perpres No 117/2015. Beberapa ruas tol telah dituntaskan pembangunannya dengan cepat oleh Hutama Karya dan saat ini sudah beroperasi.

Direktur Eksekutif Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Budi Wiyono menilai, JTTS akan berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi. Tak hanya ekonomi wilayah Sumatera, tetapi juga perekonomian nasional. “Dengan adanya JTTS yang dibangun Hutama Karya itu, distribusi logistik akan lebih cepat 70%. Tentu ini akan memberikan dampak berantai bagi proses distribusi di kawasan itu,” tegasnya.

Dengan beroperasinya JTTS, kegiatan logistik lebih lancar dan lebih efektif sehingga ketersediaan barang, khususnya barang konsumsi bagi masyarakat, bisa terpenuhi dengan cepat. Budi menilai, dengan tumbuhnya pusat ekonomi baru di kawasan sekitar JTTS, maka sektor logistik juga akan bertumbuh. Karena kebutuhan logistik di kawasan tersebut dipastikan ikut meningkat. (Baca juga: Mantan Menkeu Sebut Ada Tiga Bisnis yang Terancam Tutup)

Tak hanya sektor logistik, industri automotif pun yakin akan mendapat berkah dari adanya JTTS. “Tentu dengan adanya JTTS, mobilitas masyarakat akan meningkat dan membutuhkan kendaraan. Terutama kendaraan jenis komersial karena adanya kawasan-kawasan industri dan kawasan ekonomi lain yang berkembang,” tegas Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara.

Dia menilai, dengan adanya JTTS yang dibangun oleh Hutama Karya itu, konektivitas antarwilayah menjadi lebih mudah. Tak hanya itu, dengan adanya pusat perekonomian baru, maka pendapatan masyarakat ikut terdongkrak. “Sehingga masyarakat yang naik kelas akan membutuhkan sarana mobilitas. Kami yakin, penjualan mobil di Sumatera dalam beberapa tahun mendatang akan meningkat,” tuturnya.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024, pemerintah berkomitmen melanjutkan cita-cita Nawacita terkait pembangunan sejumlah kawasan industri prioritas di luar Jawa. Pengembangan kawasan industri prioritas pada 2020–2024 difokuskan pada pengembangan industri berbasis agro, minyak dan gas bumi, logam, serta batu bara.

Pulau Sumatera menjadi kawasan yang memiliki kekuatan di industri-industri tersebut. Infrastruktur jalan merupakan kebutuhan mendasar untuk menghubungkan masyarakat dan perniagaan dengan pekerjaan, layanan, pasar, mengurangi biaya logistik, dan merangsang pertumbuhan industri nasional.

Sebagai pulau terbesar kedua di Indonesia, Sumatera tak bisa dipandang sebelah mata. Pulau ini memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Dengan sumber daya alam dan komoditas berlimpah, mulai karet, kelapa sawit, kopi, minyak bumi, batu bara, dan gas alam, perekonomian Sumatera menjadi penting bagi stabilitas dan pertumbuhan di kawasan tersebut. (Baca juga: Tengku Zulkarnain Blak-blakan Tolak Tawaran Jabatan dari Rezim)

Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yogo meyakini, pertumbuhan ekonomi di kawasan yang dilintasi JTTS akan cepat terwujud apabila ada sinergi dan kolaborasi dengan pemerintah daerah. Dia memberikan saran, harus segera dibicarakan dan dirancang skemanya agar keberadaan JTTS bisa memberikan dampak ekonomi yang maksimal bagi masyarakat wilayah yang dilalui oleh JTTS. “Jangan sampai seperti tol trans-Jawa di mana daerah-daerah yang dilintasi ada yang malah tidak berkembang,” ungkapnya.

Dia memaparkan, dari hasil kajian yang dilakukan, kawasan seperti Indramayu, Brebes, Tegal, Pemalang, dan Batang, justru tidak mendapatkan dampak ekonomi dari keberadaan tol trans-Jawa. “Sehingga perlu bagi pemerintah daerah untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan pemerintah pusat ataupun Hutama Karya untuk segera merumuskan kebijakan yang tepat,” paparnya.

Misalnya, pembangunan infrastruktur ke daerah-daerah sehingga JTTS bisa memiliki konektivitas langsung dengan pusat-pusat ekonomi baru, termasuk kawasan pariwisata di Sumatera. “Bisa dengan melakukan kolaborasi antara BUMD dan Hutama Karya sebagai BUMN,” paparnya. Sebab, lanjut Nirwono, apabila tidak dilakukan sejak dini, dikhawatirkan pengembangan infrastruktur lanjutan yang dilakukan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah daerah.

“Di sini pemda yang harus proaktif untuk melakukan pembicaraan dengan pihak-pihak terkait,” cetusnya. Namun demikian, Nirwono meyakini bahwa dampak positif keberadaan JTTS sangat besar bagi perekonomian nasional. “JTTS ini memiliki daya ungkit yang besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” tegasnya.

Sementara CEO Property Excellent & Advisory F Rach Suherman menilai, kawasan-kawasan ekonomi baru di sekitar JTTS bisa dikembangkan oleh Hutama Karya dengan menyinergiskan anak-anak usahanya. Misalnya dengan melakukan pengembangan kota baru. Apalagi, Hutama Karya memiliki anak usaha di sektor konstruksi dan properti. “Anak-anak usaha itu bisa dimaksimalkan sehingga bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Tentu saja tetap memperhatikan demand masyarakat,” katanya.

Melalui penugasan pembangunan JTTS dari pemerintah, Hutama Karya memegang peranan penting untuk mewujudkan visi pemerintah dalam menyambung konektivitas antar wilayah khususnya di Pulau Sumatera. Pembangunan JTTS diharapkan dapat memangkas waktu tempuh dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sekitar ruas yang dilalui. (Baca juga: Bantah Baku Tembak, Hizbullah: Israel Ketakutan, Khawatir dan Gelisah)

Untuk mempercepat pembangunan JTTS, Hutama Karya melakukan amandemen PPJT meliputi tujuh ruas tol, yakni ruas Medan–Binjai (17 km), ruas Bakauheni–Terbanggi (140 km), ruas Pekanbaru–Dumai (131 km), ruas Kisaran–Tebing Tinggi (Indrapura–Kisaran) (47 km), ruas Sigli–Banda Aceh (73 km), ruas Pekanbaru–Padang (254 km), dan ruas Lubuk Linggau–Curup–Bengkulu (96 km).

Executive Vice President Divisi Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Muhammad Fauzan mengatakan, amandemen tersebut diharapkan membuat proses pembangunan JTTS lebih lancar sesuai rencana. Hutama Karya terus melakukan upaya terbaiknya dalam membangun ketujuh ruas yang saat ini telah mendapatkan penambahan alokasi dana talangan tanah pada 2020 tersebut.

Hingga saat ini, Hutama Karya telah membangun JTTS sepanjang 588 kilometer dan 5 ruas telah beroperasi. Saat proyek JTTS selesai, Hutama Karya akan menjadi operator jalan tol terbesar di Indonesia. Untuk mendukung proyek JTTS, pemerintah telah memberikan penjaminan atas utang Hutama Karya. Sebanyak 78% utang Hutama Karya digunakan untuk proyek JTTS.

Adapun pada 2020, Hutama Karya menargetkan penyelesaian pembangunan JTTS agar terus berlanjut untuk beberapa ruas prioritas. Saat ini industri konstruksi mempunyai peran strategis sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah tepat dan cepat memanfaatkan peluang dan efisiensi kinerja perusahaan adalah kunci menghadapi persaingan lokal maupun global, baik dengan sesama BUMN, sektor swasta, maupun kontraktor asing. (Lihat videonya: Mengaku Bisa Gandakan Uang triliunan, Seorang Dukun di Malang Diciduk Polisi)

Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) Budi Harto menilai JTTS memiliki peranan besar bagi perekonomian Sumatera. Tak hanya perekonomian sekitar, akan ada dampak positif terhadap keuangan Hutama Karya. Dia mencontohkan, pembangunan ruas tol Simpang Indralaya-Muara Enim akan menciptakan dampak ekonomi selama masa konsesi, yakni stimulus Rp429,97 miliar, output Rp985,47 miliar, nilai tambah Rp539,52 miliar, income Rp140,82 miliar, serta tenaga kerja sebanyak 124.779 orang per tahun.

Budi menegaskan, Hutama Karya terus melakukan dengan inovasi, sehingga pembangunan JTTS dapat terlaksana dengan baik. Hutama Karya juga menegaskan siap berkolaborasi dan menjalin kerja sama aktif dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan pemda yang wilayahnya dilintasi JTTS. (Anton C)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2036 seconds (0.1#10.140)