Diprotes, China Pede Zona Industri Investor di Sri Lanka Berlanjut

Kamis, 12 Januari 2017 - 16:52 WIB
Diprotes, China Pede...
Diprotes, China Pede Zona Industri Investor di Sri Lanka Berlanjut
A A A
COLOMBO - Duta besar China Yi Xianlang menebar optimisme bahwa tidak ada tekanan yang dapat menghentikan kerja sama China dengan Sri Lanka. Seperti diketahui sebelumnya Zona Industri Investor China yang bakal dibuka di Sri Lanka, banjir penolakan karena warga menolak rencana penggusuran imbas dari rencana pemerintah Sri Lanka untuk membangun kawasan industri dan pelabuhan.

"Ini momen bagi China untuk membantu negara-negara lain yang membutuhkan investasi. Tak ada tekanan yang dapat menghentikan kerja sama China dengan Sri Lanka," ujar Xianlang seperti dilansir Reuters.

(Baca Juga: Masyarakat Sri Lanka Protes Investasi China Buruk)

Jika zona industri ini berjalan sesuai rencana, Xianlang menerang China akan menanamkan uangnya USD5 miliar selama tiga hingga lima tahun berikutnya dan menciptakan 100.000 pekerjaan baru. Ketertarikan China membangun pelabuhan di Sri Lanka diduga kuat untuk memenuhi ambisinya untuk membangun Jalur Sutra Maritim, dari Eropa ke negara penghasil minyak di Timur Tengah.

Zona industri investor China direncanakan bakal terletak di distrik selatan Hambantota, dimana China sendiri telah membangun pelabuhan dan bandara senilai USD1,4 miliar. Kawasan industri ini merupakan bagian dari proyek pembangunan ambisius senilai USD50 miliar dari Presiden Presiden Sirisena untuk menghidupkan kembali ekonomi Sri Lanka.

Pemerintahan Sirisena dikabarkan telah memasuki tahap akhir pembicaraan dengan perusahaan asal Negeri Tirai Bambu -julukan China- yakni China Merchants Port Holdings Company Ltd dalam upaya pengembangan pelabuhan yang dibangun China dengan memberikan 80%. Pembangunan pelabuhan ini mencerminkan ambisi China untuk membangun Jalur Sutra Maritim, dari Eropa ke negara penghasil minyak di Timur Tengah dan seterusnya ke Eropa.

Langkah investasi China ini membuat beberapa negara seperti India dan Amerika Serikat gugup, lantaran Sri Lanka cukup dekat dengan jalur pelayaran sibuk dunia. Pelabuhan dibangun dengan China pinjaman dan kontraktor pada 2010 di bawah Presiden Sri Lanka sebelumnya Mahinda Rajapaksa, sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan infrastruktur negara setelah mengakhiri perang 26 tahun 2009.
(akr)
Berita Terkait
Menteri Keuangan Waspadai...
Menteri Keuangan Waspadai Situasi Kontraksi Ekonomi China
Masuk Jebakan Utang...
Masuk Jebakan Utang China, Sri Lanka Dapat Dukungan dari Jepang
Sri Lanka Umumkan Darurat...
Sri Lanka Umumkan Darurat Ekonomi: Harga Pangan Meroket Saat Nilai Mata Uang Jatuh
Ekonomi China Pulih,...
Ekonomi China Pulih, Tumbuh 4,9 Persen Kuartal III 2020
Sri Mulyani Waswas dengan...
Sri Mulyani Waswas dengan Pemulihan Ekonomi China
Sri Mulyani Sebut Kondisi...
Sri Mulyani Sebut Kondisi Ekonomi Dunia Mengalami Shock Besar
Berita Terkini
Negara Baru BRICS Ini...
Negara Baru BRICS Ini Tolak Mata Uang Lokal untuk Transaksi Minyak, Pilih Dolar AS
26 menit yang lalu
Sepanjang Arus Mudik...
Sepanjang Arus Mudik Lebaran 2025, Tercatat Ada 1,7 Juta Kendaraan Keluar Jabotabek
8 jam yang lalu
Orang Terkaya di Thailand...
Orang Terkaya di Thailand Borong Saham Perbankan Rp6,1 Triliun
8 jam yang lalu
BRI Dorong UMKM Kota...
BRI Dorong UMKM Kota Depok Naik Kelas Lewat Program Klasterku, Pelaku Usaha Beri Apresiasi
10 jam yang lalu
Sri Mulyani Pede Mudik...
Sri Mulyani Pede Mudik dan Lebaran Angkat Ekonomi Daerah, Ini 2 Pendorongnya
11 jam yang lalu
Bagi-bagi Takjil dan...
Bagi-bagi Takjil dan Layanan Kesehatan, BNI Hadir di Posko Mudik Malang
11 jam yang lalu
Infografis
Kemenkes Imbau Masyarakat...
Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada, Virus HMPV Merebak di China
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved