Kembangkan Energi Hijau, 4 Perusahaan Keroyokan Bangun PLTS di Batam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan energi baru terbarukan (EBT) yang berbasis di Singapura , Vena Energy, siap membangun lini produksi komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS ) di Indonesia. Perseroan menargetkan nantinya akan mengekspor hasil listrik hijaunya ke Singapura.
Karena itulah Vena Energy melakukan penandatanganan perjanjian untuk berkolaborasi dengan tiga perusahaan yakni Suntech, Powin, dan REPT Battera. Perjanjian ini akan menjajaki potensi pembentukan lini produksi lokal untuk komponen panel fotovoltaik surya dan sistem penyimpanan energi PLTS di Indonesia.
Komponen-komponen ini akan mendukung megaproyek hibrida Vena Energy di Pulau Batam yang kini dikembangkan. Pembangunan proyek di Batam ini diproyeksikan baru dimulai pada 2026 mendatang.
Proyek di Batam ini memiliki kapasitas lebih dari 2 GW tenaga surya dan sistem penyimpanan energi baterai yang berpotensi menampung lebih dari 8 GWh energi bersih. Nantinya hasil dari listrik tenaga surya tersebut akan dijual ke Singapura melalui Shell Eastern Trading Pte.
CEO Vena Energy, Nitin Apte menyampaikan, Vena Energy sejatinya telah mendukung Indonesia dalam perjalanan transformasi energi hijau sejak tahun 2015 dan telah mengoperasikan lima proyek pembangkit listrik tenaga surya dan angin darat dengan total 114 MW.
“Dengan Perjanjian Kerangka Kerja ini, kami ingin berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan rantai pasokan domestik yang produktif di sektor energi terbarukan,” ujarnya di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (7/8/2023).
Nitin berharap, proyek ini akan mendukung rencana transisi energi Indonesia dan meningkatkan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja, mendorong ekspansi industri, dan membuka peluang ekspor di sektor yang sedang berkembang ini.
Pada tiga tahun ini, Vena Energy akan memproses segala hal yang berhubungan dengan perizinan di lintas kementerian dan lembaga.
Wakil Presiden Penjualan Suntech Power, Eric Li menambahkan, sebagai produsen modul fotovoltaik (P) Suntech telah menghadirkan produk PV selama 22 tahun terakhir. Saat ini Sun Tech mengoperasikan pabrik modul surya di Batam bersama partner dengan kapasitas 500 MW.
“Dengan adanya proyek ini kami akan memperbesar pabrik di Batam untuk pembuatan modul surya dan solar cell,” ujarnya.
Rencananya, untuk kebutuhan investasi manufaktur sel surya dan modul surya sebesar 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan investasi yang sudah direalisasikan Sun Tech saat ini.
Chairman dan CEO REPT Battero, Cao Hui menyatakan, pihaknya merupakan anak perusahaan Tsingshan Group yang telah memulai bisnisnya di Indonesia pada 2009 di sektor nikel dan kobalt.
“Penandatanganan kerangka kerja hari ini menandai langkah lain dalam memperluas rantai pasokan. Kami berencana untuk mendirikan pusat manufaktur baterai di Indonesia,” terangnya.
Dia yakin, REPT Battera dapat mempercepat pengembangan industri energi terbarukan dan menciptakan landasan yang kokoh yang akan mendukung proyek-proyek Vena Energy di Indonesia, serta proyek-proyek global.
Karena itulah Vena Energy melakukan penandatanganan perjanjian untuk berkolaborasi dengan tiga perusahaan yakni Suntech, Powin, dan REPT Battera. Perjanjian ini akan menjajaki potensi pembentukan lini produksi lokal untuk komponen panel fotovoltaik surya dan sistem penyimpanan energi PLTS di Indonesia.
Komponen-komponen ini akan mendukung megaproyek hibrida Vena Energy di Pulau Batam yang kini dikembangkan. Pembangunan proyek di Batam ini diproyeksikan baru dimulai pada 2026 mendatang.
Proyek di Batam ini memiliki kapasitas lebih dari 2 GW tenaga surya dan sistem penyimpanan energi baterai yang berpotensi menampung lebih dari 8 GWh energi bersih. Nantinya hasil dari listrik tenaga surya tersebut akan dijual ke Singapura melalui Shell Eastern Trading Pte.
CEO Vena Energy, Nitin Apte menyampaikan, Vena Energy sejatinya telah mendukung Indonesia dalam perjalanan transformasi energi hijau sejak tahun 2015 dan telah mengoperasikan lima proyek pembangkit listrik tenaga surya dan angin darat dengan total 114 MW.
“Dengan Perjanjian Kerangka Kerja ini, kami ingin berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan rantai pasokan domestik yang produktif di sektor energi terbarukan,” ujarnya di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (7/8/2023).
Nitin berharap, proyek ini akan mendukung rencana transisi energi Indonesia dan meningkatkan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja, mendorong ekspansi industri, dan membuka peluang ekspor di sektor yang sedang berkembang ini.
Pada tiga tahun ini, Vena Energy akan memproses segala hal yang berhubungan dengan perizinan di lintas kementerian dan lembaga.
Wakil Presiden Penjualan Suntech Power, Eric Li menambahkan, sebagai produsen modul fotovoltaik (P) Suntech telah menghadirkan produk PV selama 22 tahun terakhir. Saat ini Sun Tech mengoperasikan pabrik modul surya di Batam bersama partner dengan kapasitas 500 MW.
“Dengan adanya proyek ini kami akan memperbesar pabrik di Batam untuk pembuatan modul surya dan solar cell,” ujarnya.
Rencananya, untuk kebutuhan investasi manufaktur sel surya dan modul surya sebesar 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan investasi yang sudah direalisasikan Sun Tech saat ini.
Chairman dan CEO REPT Battero, Cao Hui menyatakan, pihaknya merupakan anak perusahaan Tsingshan Group yang telah memulai bisnisnya di Indonesia pada 2009 di sektor nikel dan kobalt.
“Penandatanganan kerangka kerja hari ini menandai langkah lain dalam memperluas rantai pasokan. Kami berencana untuk mendirikan pusat manufaktur baterai di Indonesia,” terangnya.
Dia yakin, REPT Battera dapat mempercepat pengembangan industri energi terbarukan dan menciptakan landasan yang kokoh yang akan mendukung proyek-proyek Vena Energy di Indonesia, serta proyek-proyek global.
(akr)