Mengenal Dedolarisasi, Manfaat dan Dampaknya untuk Negara Berkembang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dedolarisasi belakangan ini ramai diperbincangkan para pemangku kebijakan di berbagai negara. Terlebih setelah negara yang tergabung dalam aliansi BRICS yang akan menciptakan mata uang baru.
Motivasi dibalik upaya dedolarisasi ini bermacam-macam. Misalnya negara-negara BRICS yang ingin mengurangi pengaruh dolar AS sebagai cara melawan hegemoni Amerika.
Negara-negara lain, khususnya di zona euro telah mengejar dedolarisasi untuk mempromosikan penggunaan internasional mata uang mereka dalam upaya meningkatkan kedudukan ekonomi global mereka dan mengamankan otonomi keuangan.
Terdapat pula motivasi untuk untuk mengurangi risiko ketergantungan yang berlebihan pada dolar AS, sekaligus meningkatkan stabilitas dan mengurangi potensi penularan ekonomi.
Akibatnya, beberapa negara ingin mengurangi ketergantungan mereka pada dolar dan menantang dominasinya untuk melindungi bank sentral mereka dari risiko geopolitik.
Selain itu, dominasi dolar juga membuat negara-negara lain rentan terhadap fluktuasi kebijakan moneter AS, yang sering kali menimbulkan efek limpahan yang mungkin tidak sejalan dengan kondisi ekonomi domestik mereka.
Negara-negara dengan utang besar dalam dominasi dolar kemungkinan besar menghadapi kerentanan yang tinggi terhadap fluktuasi mata uang dan pembalikan aliran modal. Ini bisa memperburuk risiko krisis keuangan.
Namun, terdapat pula manfaat lain dari dedolarisasi. Di antaranya meningkatkan stabilitas mata uang lokal, mempermudah transaksi, hingga bisa saja membuat barang-barang menjadi lebih murah di pasar global.
Di satu sisi, dedolarisasi menawarkan beberapa manfaat potensial bagi negara-negara berkembang. Hal ini karena dengan menjauh dari dominasi dolar AS dapat mengurangi kerentanan mereka terhadap fluktuasi kebijakan Amerika dan meningkatkan ekonomi moneter.
Namun hal tersebut juga menghadirkan tantangan dan potensi biaya bagi negara-negara berkembang. Sebab, ketika telah melakukan transisi dari dolar AS mereka mungkin akan menghadapi gejolak nilai tukar yang tinggi.
Nantinya nilai tukar ini akan berdampak pada perdagangan, investasi, dan aliran modal. Selain itu, potensi biaya yang terkait dengan transisi ini secara signifikan akan dapat membebani sumber daya yang terbatas.
Karena risiko yang tinggi inilah membuat banyak negara berkembang masih setengah hati untuk menjalankan kebijakan dedolarisasi bila tidak mendapat dukungan dari sejumlah negara maju lain.
Motivasi dibalik upaya dedolarisasi ini bermacam-macam. Misalnya negara-negara BRICS yang ingin mengurangi pengaruh dolar AS sebagai cara melawan hegemoni Amerika.
Negara-negara lain, khususnya di zona euro telah mengejar dedolarisasi untuk mempromosikan penggunaan internasional mata uang mereka dalam upaya meningkatkan kedudukan ekonomi global mereka dan mengamankan otonomi keuangan.
Terdapat pula motivasi untuk untuk mengurangi risiko ketergantungan yang berlebihan pada dolar AS, sekaligus meningkatkan stabilitas dan mengurangi potensi penularan ekonomi.
Pengertian Dedolarisasi
Dedolarisasi merupakan pengurangan dominasi dolar AS di pasar global dengan menggantikannya dengan mata uang utama yang dimiliki oleh suatu negara. Dilansir dari laman Investing News Network, peran utama dolar AS dalam ekonomi global memberi AS pengaruh signifikan atas negara lain.Akibatnya, beberapa negara ingin mengurangi ketergantungan mereka pada dolar dan menantang dominasinya untuk melindungi bank sentral mereka dari risiko geopolitik.
Selain itu, dominasi dolar juga membuat negara-negara lain rentan terhadap fluktuasi kebijakan moneter AS, yang sering kali menimbulkan efek limpahan yang mungkin tidak sejalan dengan kondisi ekonomi domestik mereka.
Negara-negara dengan utang besar dalam dominasi dolar kemungkinan besar menghadapi kerentanan yang tinggi terhadap fluktuasi mata uang dan pembalikan aliran modal. Ini bisa memperburuk risiko krisis keuangan.
Manfaat dan Dampak Dedolarisasi untuk Negara Berkembang
Salah satu manfaat yang paling terlihat dari dedolarisasi adalah berkurangnya monopoli Amerika Serikat terhadap negara-negara lain.Namun, terdapat pula manfaat lain dari dedolarisasi. Di antaranya meningkatkan stabilitas mata uang lokal, mempermudah transaksi, hingga bisa saja membuat barang-barang menjadi lebih murah di pasar global.
Di satu sisi, dedolarisasi menawarkan beberapa manfaat potensial bagi negara-negara berkembang. Hal ini karena dengan menjauh dari dominasi dolar AS dapat mengurangi kerentanan mereka terhadap fluktuasi kebijakan Amerika dan meningkatkan ekonomi moneter.
Namun hal tersebut juga menghadirkan tantangan dan potensi biaya bagi negara-negara berkembang. Sebab, ketika telah melakukan transisi dari dolar AS mereka mungkin akan menghadapi gejolak nilai tukar yang tinggi.
Nantinya nilai tukar ini akan berdampak pada perdagangan, investasi, dan aliran modal. Selain itu, potensi biaya yang terkait dengan transisi ini secara signifikan akan dapat membebani sumber daya yang terbatas.
Karena risiko yang tinggi inilah membuat banyak negara berkembang masih setengah hati untuk menjalankan kebijakan dedolarisasi bila tidak mendapat dukungan dari sejumlah negara maju lain.
(okt)