Shadow Banking di China, Simak Fakta-faktanya: Mulai dari Pemicu hingga Kriminalisasi Bunga

Sabtu, 26 Agustus 2023 - 13:43 WIB
loading...
Shadow Banking di China, Simak Fakta-faktanya: Mulai dari Pemicu hingga Kriminalisasi Bunga
Shadow banking di China tengah jadi sorotan. Foto/FinancialTimes
A A A
JAKARTA - Shadow banking di China kini tengah menjadi sorotan dunia. Pasalnya, praktik keuangan "ilegal" itu di sektor properti berdampak buruk pada perekonomian Negeri Tirai Bambu.



Sektor properti di China terjebak dalam aktivitas shadow banking yang nilainya mencapai USD3 triliun, kira-kira sebesar ekonomi Inggris. Banyak pengembang properti yang terlibat shadow banking kesulitan untuk membayar utangnya.

Gara-gara shadow banking, ekonomi China terancam merosot, setelah dihantam data penggangguran kaum muda yang meningkat. Barclays, bank global yang bermarkas di London, Inggris, memangkas prospek pertumbuhan China untuk tahun 2023.

Ekonomi China diperkirakan hanya tumbuh 4,5%, lebih rendah dari sebelumnya yang sebesar 4,9%. Belum lagi dampak langsung ke sektor investasi, harga rumah, hingga upah pekerja sektor properti yang belum dibayar selama berbulan-bulan.

Shadow banking adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kegiatan keuangan di luar sistem perbankan tradisional yang tidak diatur atau diawasi secara ketat oleh otoritas keuangan di sektor perbankan. Termasuk kegiatan di pasar modal karena aktivitas itu juga diawasi otoritas.

Dikutip dari berbagai sumber, inilah fakta-fakta mengenai shadow banking di China:

1. Menjangkiti sektor properti China

Praktik shadow banking begitu marak di sektor properti China, lantaran dalam beberapa tahun ke belakang pertumbuhannya luar biasa. Awalnya, Pemerintah China membatasi bank dalam memberikan kredit atau pinjaman terkait properti. Alasannya, booming properti sudah berlebihan dan harga rumah semakin tidak terjangkau.

Pelaku industri porperti dan juga pemerintah daerah di China--yang punya target dalam pemenuhan kebutuhan rumah warganya--mencari celah untuk mendapatkan pendanaan yang besar. Muncullah, LGFV (Local Government Funding Vehicles) atau UDICs (Urban Development and Investment Companies), “vehicle” khusus yang dikendalikan atau dikuasai pemerintah daerah. Jumlahnya mencapai ribuan dan secara pembukuan berdiri sendiri tetapi dianggap aman karena milik pemerintah daerah dan menguntungkan lantaran bunganya di atas deposito.

Instrumen LGFV ini selanjutnya dibeli oleh dana perwalian (trust fund) dan “dibungkus” ulang dalam berbagai bentuk supaya tidak muncul dalam laporan bank. Misalnya dalam bentuk pinjaman antarbank, pinjaman ke industri keuangan non-bank, tagihan akseptasi perbankan, reverse repo dan sebagainya.

Jadi di atas kertas, bank sewaktu membeli seperti menempatkan deposito di Trust Fund, bukan memberikan kredit ke properti yang ada batasannya. Cara lain, membungkus ulang surat pinjaman tersebut ke dalam nominal yang lebih kecil dan dijual ke asuransi, reksa dana, retail dan High Net Work dikenal dengan Wealth Management Product (WMP).

LGFV ini kemudian muncul versi swastanya juga, karena developer partikelir terus berekspansi besar-besaran. Tak pelak, perolehan dananya semakin menyebar dan membesar layaknya bola salju.

2. Muncul Setelah Pemurnian Bank Sentral China

Kemunculan praktik shadow banking di China dipicu setelah People's Bank of China (bank sentral) melepaskan fungsi-fungsi perbankan komersialnya pada 1983. Ada empat bank yang memisahkan diri dan menjadi independen tetapi masih milik negara.

Langkah itu mendorong perusahaan komersial dan investor swasta untuk menempatkan lebih banyak uang mereka pada produk keuangan, sehingga menyebabkan industri perbankan tumbuh. Praktik shadow banking sendiri pertama kali muncul pada 1990-an, namun pertumbuhan pesatnya baru terjadi pada periode 2007.

3. Penyebab Maraknya Shadow Banking

Salah satu penyebab pertumbuhan aktivitas perbankan bayangan ini adalah ketidakmampuan sistem perbankan tradisional untuk memenuhi lonjakan permintaan pendanaan, karena peraturan pinjaman yang ketat dan kurangnya pasokan kredit dari empat bank yang ada saat itu. Selain itu juga kendali pemerintah terhadap suku bunga.

Kondisi itu membuat masyarakat China beralih ke sumber-sumber pendanaan di luar perbankan atau ke praktik shadow banking lantaran prosesnya cepat dan mudah, layaknya meminjam kepada rentenir. Sekaligus menjadi sarana investasi bagi mereka yang bisa meminjamkannya dengan bunga tinggi.

Di China bank tidak dianjurkan memberikan pinjaman kepada industri tertentu dan diwajibkan menawarkan suku bunga deposito yang sangat rendah. Kebijakan itu menjadi celah bagi lembaga-lembaga nonbank untuk menerima dana dan memberikan pinjaman lewat shadow banking.

4. Salah satu terbesar di dunia

Praktik shadow banking di China menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Seperti yang disebut di atas, nilainya mencapai USD3 triliun. Sekitar dua pertiga dari seluruh pinjaman di China yang dilakukan oleh shadow banking adalah "pinjaman bank yang terselubung".

5. Banyaknya Jenis Produk shadow banking

Shadow banking di China melibatkan beberapa bentuk aktivitas kredit yang berbeda, beberapa di antaranya mencakup bank, dan lainnya tidak. Shadow banking di China yang paling umum mencakup penggunaan produk Wealth Management (WMP), produk perwalian lainnya, pinjaman yang dipercayakan, serta keterkaitan sistem keuangan seperti transfer hak penerima untuk rekening perwalian.

6. Mulai Dikekang Pemerintah

Setelah shadow banking kian membesar, pemerintah China mulai menerapkan beberapa kebijakan untuk menekannya. Dibentuklah badan utama yang bertanggung jawab untuk membatasi shadow banking, seperti Komisi Regulasi Perbankan China, Komisi Regulasi Asuransi China, dan Administrasi Valuta Asing Negara, dan juga melibatkan bank sentral.

Komisi Regulasi Perbankan China kemudian mengeluarkan pernyataan dan pemberitahuan mengenai undang-undang yang berkaitan dengan shadow banking, termasuk Peraturan Manajemen Pinjaman yang Dipercayakan Bank Umum dan Pemberitahuan Komisi Regulasi Perbankan China tentang Pencetakan dan Pendistribusian Tindakan Administratif untuk Pinjaman yang Dipercayakan Bank Umum.

Langkah-langkah itu telah menyebabkan sektor shadow banking China menyusut sekitar 16 triliun yuan sejak tahun 2017. Otoritas pengatur China telah menyatakan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk mengurangi risiko, membatasi arbitrase peraturan, dan membuka jalur modal konvensional untuk mengurangi aktivitas shadow banking di masa depan.


7. Kriminalisasi Bunga Tahunan di atas 36%

Pada bulan Oktober 2019, Pemerintah China mengkriminalisasi pinjaman dengan tingkat bunga tahunan di atas 36%. Langkah ini menargetkan sektor shadow banking karena kemampuannya mengenakan suku bunga yang sangat tinggi.

(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1870 seconds (0.1#10.140)