Sanksi Barat ke Moskow Tumpul, Rusia Makin Kaya di Tengah Perang Ukraina

Minggu, 27 Agustus 2023 - 15:54 WIB
loading...
Sanksi Barat ke Moskow...
Sanksi ekonomi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina dinilai tidak berhasil. Rusia menjadi lebih kaya tahun lalu bahkan ketika perang di Ukraina berkecamuk, sementara AS dan Eropa kehilangan triliunan dolar. Foto/Dok Reuters
A A A
BERLIN - Sanksi ekonomi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina dinilai tidak berhasil dan belum berjalan sesuai yang diinginkan. Ketidakefektifan sanksi terhadap Rusia membuat kecewa Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock.



Belum lama ini, Ia mengakui bahwa sanksi ekonomi terhadap Rusia belum mencapai dampak yang diinginkan. Seperti diketahui Eropa didukung oleh sekutunya telah menjatuhkan beragam sanksi terhadap Moskow sebagai respons atas perang Rusia Ukraina .

"Sanksi ekonomi harus memiliki dampak ekonomi. Tapi bukan itu masalahnya," kata Baerbock dalam sebuah wawancara untuk bukunya "Emergency: Governing in Times of War" yang dirilis pada hari Kamis, menurut AFP.



"Kami telah belajar bahwa dengan keputusan rasional, langkah-langkah rasional, yang disepakati antara pemerintah beradab, tidak mungkin untuk mengakhiri perang ini," tambahnya dalam wawancara pada 10 Juli.

Uni Eropa meluncurkan 11 putaran sanksi terhadap Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, untuk menekan Kremlin agar mengakhiri perang. Ditambah Amerika Serikat atau AS juga telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia.

Namun, ekonomi Rusia saat perang tampaknya sedang booming karena Kremlin telah meningkatkan produksi peralatan militer dan menaikkan pensiun, gaji, dan tunjangan lainnya bagi orang-orang yang tidak mampu, di antara kucuran subsidi lainnya.

Berdasarkan laporan Kekayaan Global bank Swiss UBS 2023 juga menunjukkan Rusia menjadi lebih kaya tahun lalu. Sementara AS dan Eropa kehilangan triliunan dolar terkait kekayaan pribadi.

Ketahanan ekonomi Rusia membuat bingung para ekonom yang sebelumnya memperkirakan kejatuhan ekonomi Kremlin setelah gelombang sanksi yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah. Meski begitu beberapa di antaranya memprediksi peningkatan pengeluaran negara bisa memicu bubble tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.

"Logika demokrasi tidak bekerja dalam otokrasi," kata Baerbock kepada Lamby dalam wawancara.

Rusia Makin Kaya di Tengah Perang Ukraina

Rusia menjadi lebih kaya tahun lalu bahkan ketika perang di Ukraina berkecamuk, sementara AS dan Eropa kehilangan triliunan dolar, seperti dilaporkan UBS. Dalam Laporan Kekayaan Global tahunan bank asal Swiss tersebut, kekayaan Rusia bertambah USD600 miliar.

Jumlah miliarder Rusia juga bertambah sekitar 56.000 menjadi 408.000 pada tahun 2022, sementara jumlah individu dengan kekayaan bersih sangat tinggi -orang yang bernilai lebih dari USD50 juta - melonjak hampir 4.500.

Tetapi AS kehilangan lebih banyak kekayaan daripada negara lain tahun lalu, dimana mencapai USD5,9 triliun. Selain itu UBS juga melaporkan, gabungan antara Amerika Utara dan Eropa menjadi lebih miskin sebesar USD10,9 triliun.

Ada juga jumlah miliarder Amerika menyusut pada akhir 2022, meskipun AS masih menyumbang lebih dari 50% dari individu dengan kekayaan bersih sangat tinggi di dunia, seperti disampaikan UBS.

UBS mengakui bahwa "tren kekayaan di Rusia sulit ditentukan saat ini," tetapi mereka menyorotinya sebagai salah satu dari segelintir negara yang menjadi lebih kaya pada tahun 2022.

Kenaikan harga minyak menjadi salah satu faktor di balik peningkatan kekayaan, dengan ekspor komoditas tersebut menjadi mesin ekonomi utama bagi Rusia. Biaya satu barel patokan minyak mentah Ural melonjak sekitar USD7 pada tahun 2022, menurut data dari Refinitiv.

Meksiko, India, dan Brasil juga memperlihatkan peningkatan kekayaan dalam jumlah yang signifikan pada tahun 2022, menurut laporan UBS. Sedangkan AS, Jepang, China, Kanada, dan Australia menjadi negara dengan kehilangan paling besar.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1565 seconds (0.1#10.140)