Gimana BRICS Bisa Dedolarisasi, Eksportir China Saja Pilih Dolar Ketimbang Yuan
loading...
A
A
A
Namun Ding berubah pikiran seiring berkembangnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (bank sentral AS) akan menaikkan suku bunganya lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, dan melemahnya yuan yang terus-menerus karena imbal hasil (yield) yang turun seiring China melonggarkan kebijakan moneter untuk mendukung aktivitas ekonomi yang melemah.
“Meningkatnya perbedaan kebijakan moneter adalah alasan utama di balik tren ini,” kata Gary Ng, ekonom senior untuk Asia Pasifik di Natixis.
"Karena kecil kemungkinannya terjadi perubahan mendasar dalam jangka pendek, besarnya perbedaan imbal hasil akan menyeret yuan dan mendorong eksportir untuk bertaruh pada dolar," tandasnya.
Di luar isu ini, perlu dilihat pula nilai transaksi China dengan negara-negara lain yang umum menggunakan dolar. Sebagian besar negara-negara tujuan ekspor China bukan anggota BRICS, justru para sekondan Amerika.
Mengutip Global Index, sepanjang tahun 2022, pasar ekspor China terbesar adalah Amerika senilai USD582 miliar. Selanjutnya Uni Eropa USD562 miliar. Disusul Jepang USD173 miliar, Korea Selatan USD163 miliar dan Belanda USD118 miliar.
Sementara transaksi China dengan anggota BRICS jauh di bawah itu, seperti India USD118 miliar, Rusia USD76 miliar, Brasil USD62 miliar, UAE USD54 miliar, Arab Saudi USD38 miliar, dan Afrika Selatan USD24 miliar.
Berikut daftar lengkapnya:
United States: USD582 miliar
Uni Eropa: USD562 miliar
Hong Kong: USD298 miliar
Jepang: USD173 miliar
Korea Selata: USD163 miliar
Vietnam: USD147 miliar
Belanda: USD118 miliar
India: USDS118 miliar
Jerman: USD116 miliar
Malaysia: USD94 miliar
Taiwan: USD82 miliar
Inggris: USD82 miliar
Singapura: USD81 miliar
Australia: USD79 miliar
Meksiko: USD78 miliar
Rusia: USD76 miliar
Indonesia: USD71 miliar
Brasill: USD62 miliar
UAE: USD54 miliar
Italia: USD51 miliar
Perancis: USD46 miliar
Sepanyol: USD42 miliar
Polandia: USD38 miliar
Saudi Arabia: USD38 miliar
Belgia: USD36 miliar
Turki: USD34 miliar
Afrika Selatan: USD24 miliar
Pakistan: USD23 miliar
Chile: USD23 miliar
Nigeria: USD22 miliar
“Meningkatnya perbedaan kebijakan moneter adalah alasan utama di balik tren ini,” kata Gary Ng, ekonom senior untuk Asia Pasifik di Natixis.
"Karena kecil kemungkinannya terjadi perubahan mendasar dalam jangka pendek, besarnya perbedaan imbal hasil akan menyeret yuan dan mendorong eksportir untuk bertaruh pada dolar," tandasnya.
Di luar isu ini, perlu dilihat pula nilai transaksi China dengan negara-negara lain yang umum menggunakan dolar. Sebagian besar negara-negara tujuan ekspor China bukan anggota BRICS, justru para sekondan Amerika.
Mengutip Global Index, sepanjang tahun 2022, pasar ekspor China terbesar adalah Amerika senilai USD582 miliar. Selanjutnya Uni Eropa USD562 miliar. Disusul Jepang USD173 miliar, Korea Selatan USD163 miliar dan Belanda USD118 miliar.
Sementara transaksi China dengan anggota BRICS jauh di bawah itu, seperti India USD118 miliar, Rusia USD76 miliar, Brasil USD62 miliar, UAE USD54 miliar, Arab Saudi USD38 miliar, dan Afrika Selatan USD24 miliar.
Berikut daftar lengkapnya:
United States: USD582 miliar
Uni Eropa: USD562 miliar
Hong Kong: USD298 miliar
Jepang: USD173 miliar
Korea Selata: USD163 miliar
Vietnam: USD147 miliar
Belanda: USD118 miliar
India: USDS118 miliar
Jerman: USD116 miliar
Malaysia: USD94 miliar
Taiwan: USD82 miliar
Inggris: USD82 miliar
Singapura: USD81 miliar
Australia: USD79 miliar
Meksiko: USD78 miliar
Rusia: USD76 miliar
Indonesia: USD71 miliar
Brasill: USD62 miliar
UAE: USD54 miliar
Italia: USD51 miliar
Perancis: USD46 miliar
Sepanyol: USD42 miliar
Polandia: USD38 miliar
Saudi Arabia: USD38 miliar
Belgia: USD36 miliar
Turki: USD34 miliar
Afrika Selatan: USD24 miliar
Pakistan: USD23 miliar
Chile: USD23 miliar
Nigeria: USD22 miliar