Pandemi Bikin Kinerja Emiten Sarung Tangan Bertepuk Tangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi ternyata membawa berkah tersendiri buat PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK). Penerapan protokol kesehatan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, membuat permintaan sarung tangan produki MARK melonjak drastis.
Permintaan akan sarung tangan tak hanya datang dari domestik, tapi juga luar negeri. Pihak Mark menyatakan, Mei lalu terjadi permintaan cetakan sarung tangan dengan kapasitas produksi yang besar yang berasal dari tiga pelanggan baru asal negara China.
"Dengan kontrak dagang ini, maka kontribusi pasar ekspor ke China diperkirakan akan meningkat 20%-25%," kata Ridwan Goh, Presiden Direktur MARK, dalam siaran pers yang diterima Jumat (31/07/2020).
Ridwan juga mengatakan selama kuartal II tahun 2020 kinerja penjualan ekspor tidak mengalami hambatan, dengan komposisi penjualan ekspor sebesar 95% dan penjualan lokal sebesar 5%. ( Baca juga:Industri Alkes Tak Berkembang Bikin Banyak Perusahaan Mati Suri, Ini Penyebabnya )
Tren permintaan sarung tangan sepuluh tahun terakhir konsisten dengan pertumbuhan CAGR sebesar 10% sampai 12%. NAh saat pandemi telah permintaan mengalami peningkatan hingga 16%, sehingga permintaan sarung tangan dunia telah melebihi kapasitas produksi yang tersedia.
Menghadapi lonjakan permintaan itu, MARK kemudian meningkatkan kapasitas produksi menjadi 780 ribu unit per bulan di kuartal III 2020. Saat ini kapasitas perseroan sebesar 700.000 unit per bulan.
Tak ayal, melonjaknya permintaan sarung tangan membuat kinerja MARK bertepuk tangan. Mark membukukan penjualan sebesar Rp192,63 miliar pada kuartal II tahun, meningkat 9,57% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp175,80 miliar.
Alhasil, perseroan mampu meningkatkan laba bersih sebesar Rp51,72 miliar pada kuartal II. Capaian itu melonjak sebesar 14,65% jika dibandingkan dengan kuartal II tahun lalu yang sebesar Rp45,11 miliar.
“Pencapaian laba ini didukung dengan strategi produksi dan efisiensi perseroan sepanjang kuartal II tahun 2020 di tengah Pandemi,” kata Ridwan.
Permintaan akan sarung tangan tak hanya datang dari domestik, tapi juga luar negeri. Pihak Mark menyatakan, Mei lalu terjadi permintaan cetakan sarung tangan dengan kapasitas produksi yang besar yang berasal dari tiga pelanggan baru asal negara China.
"Dengan kontrak dagang ini, maka kontribusi pasar ekspor ke China diperkirakan akan meningkat 20%-25%," kata Ridwan Goh, Presiden Direktur MARK, dalam siaran pers yang diterima Jumat (31/07/2020).
Ridwan juga mengatakan selama kuartal II tahun 2020 kinerja penjualan ekspor tidak mengalami hambatan, dengan komposisi penjualan ekspor sebesar 95% dan penjualan lokal sebesar 5%. ( Baca juga:Industri Alkes Tak Berkembang Bikin Banyak Perusahaan Mati Suri, Ini Penyebabnya )
Tren permintaan sarung tangan sepuluh tahun terakhir konsisten dengan pertumbuhan CAGR sebesar 10% sampai 12%. NAh saat pandemi telah permintaan mengalami peningkatan hingga 16%, sehingga permintaan sarung tangan dunia telah melebihi kapasitas produksi yang tersedia.
Menghadapi lonjakan permintaan itu, MARK kemudian meningkatkan kapasitas produksi menjadi 780 ribu unit per bulan di kuartal III 2020. Saat ini kapasitas perseroan sebesar 700.000 unit per bulan.
Tak ayal, melonjaknya permintaan sarung tangan membuat kinerja MARK bertepuk tangan. Mark membukukan penjualan sebesar Rp192,63 miliar pada kuartal II tahun, meningkat 9,57% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp175,80 miliar.
Alhasil, perseroan mampu meningkatkan laba bersih sebesar Rp51,72 miliar pada kuartal II. Capaian itu melonjak sebesar 14,65% jika dibandingkan dengan kuartal II tahun lalu yang sebesar Rp45,11 miliar.
“Pencapaian laba ini didukung dengan strategi produksi dan efisiensi perseroan sepanjang kuartal II tahun 2020 di tengah Pandemi,” kata Ridwan.
(uka)