Alasan Orang Malas Pakai Transportasi Umum, Ongkos Naik Motor Lebih Murah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan pembangunan infrastruktur transportasi umum tidak akan efektif digunakan masyarakat di Jakarta. Sebab, ongkos menggunakan kendaraan bermotor dinilai masih lebih murah.
Yayat menjelaskan, saat ini pemerintah memang sudah mengembangkan model transportasi yang terintegrasi. Ada transjakarta, KRL, bisa disambung ke LRT, hingga pengoeperasian MRT. Tapi untuk beralih antar moda transportasi itu masih masyarakat dibebani tarif baru.
Belum lagi, untuk mencapai satu titik yang dituju, terkadang juga masih harus menyambung dengan berjalan kaki, ataupun menggunakan ojek online. Sehingga cost yang dikeluarkan bakal lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi.
"Sepeda motor sekarang hampir ada 19 juta, ditambah mobil ada sekira 4 juta, penduduk di Jakarta sekitar 11 juta, jadi jumlah kendaraan ada hampir 23 juta, kendaraan saja dua kali jumlah penduduk," kata Yayat, Sabtu (2/9/2023).
Sedangkan jika dengan menggunakan kendaraan pribadi, katakanlah motor yang saat ini mendominasi jumlah kendaraan pribadi di DKI, maka masyarakat hanya cukup mengisi bensin yang saat ini juga diberikan subsidi oleh pemerintah. Bahkan bensin itu pun sehari juga tidak habis dalam sehari dan bisa digunakan besok harinya lagi.
"Kenapa orang milih naik motor, karena motor paling murah," sambungnya
Yayat mengatakan seharusnya Pemerintah bisa lebih berani untuk menggelontorkan subsidi terhadap transportasi umum. Sehingga biaya menggunakan transportasi umum harus jauh lebih murah dibanding menggunakan kendaraan pribadi. Hanya dengan itu, masyarakat akhirnya bisa lebih memilih menggunakan transportasi umum.
"Kalau di Malaysia itu ada namanya MY50 atau MY100, MY50 itu artinya sekitar Rp150 ribu lebih, MY100 itu sekitar Rp300 ribu lebih, itu bisa dipakai sebulan. Kalau ada kartu itu di Jakarta, dimana orang dengan kartu yang diberikan pemerintah itu bisa pulang pergi, bisa keren bangat. Pindah ke LRT oke, pindah ke MRT oke. Kalau kita masih mahal, naik LRT paling mahal Rp24 ribu, nanti pindah ke KRL bayar lagi," kata Yayat.
"Kalau masyarakat dipindahkan ke angkutan umum, kasih masyarakat, karyawan, ASN, atau yang naik transportasi umum, dapat insentif berupa tarif yang bisa dipakai satu bulan," sambungnya.
Menurutnya sektor transportasi ini menjadi salah satu penyumbang dalam buruknya kondisi udara di Jakarta belakangan ini. Mengingat jumlah kendaraan pribadi di Jakarta sendiri melebihi jumlah populasi Jakarta sendiri. Makanya pemerintah menghimbau masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.
"Sekarang karyawan KRL, LRT, MRT, atau karyawan yang di dinas perhubungan saja, mau tidak sebagai pelopor?" pungkas Yayat.
Yayat menjelaskan, saat ini pemerintah memang sudah mengembangkan model transportasi yang terintegrasi. Ada transjakarta, KRL, bisa disambung ke LRT, hingga pengoeperasian MRT. Tapi untuk beralih antar moda transportasi itu masih masyarakat dibebani tarif baru.
Belum lagi, untuk mencapai satu titik yang dituju, terkadang juga masih harus menyambung dengan berjalan kaki, ataupun menggunakan ojek online. Sehingga cost yang dikeluarkan bakal lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi.
"Sepeda motor sekarang hampir ada 19 juta, ditambah mobil ada sekira 4 juta, penduduk di Jakarta sekitar 11 juta, jadi jumlah kendaraan ada hampir 23 juta, kendaraan saja dua kali jumlah penduduk," kata Yayat, Sabtu (2/9/2023).
Sedangkan jika dengan menggunakan kendaraan pribadi, katakanlah motor yang saat ini mendominasi jumlah kendaraan pribadi di DKI, maka masyarakat hanya cukup mengisi bensin yang saat ini juga diberikan subsidi oleh pemerintah. Bahkan bensin itu pun sehari juga tidak habis dalam sehari dan bisa digunakan besok harinya lagi.
"Kenapa orang milih naik motor, karena motor paling murah," sambungnya
Yayat mengatakan seharusnya Pemerintah bisa lebih berani untuk menggelontorkan subsidi terhadap transportasi umum. Sehingga biaya menggunakan transportasi umum harus jauh lebih murah dibanding menggunakan kendaraan pribadi. Hanya dengan itu, masyarakat akhirnya bisa lebih memilih menggunakan transportasi umum.
"Kalau di Malaysia itu ada namanya MY50 atau MY100, MY50 itu artinya sekitar Rp150 ribu lebih, MY100 itu sekitar Rp300 ribu lebih, itu bisa dipakai sebulan. Kalau ada kartu itu di Jakarta, dimana orang dengan kartu yang diberikan pemerintah itu bisa pulang pergi, bisa keren bangat. Pindah ke LRT oke, pindah ke MRT oke. Kalau kita masih mahal, naik LRT paling mahal Rp24 ribu, nanti pindah ke KRL bayar lagi," kata Yayat.
"Kalau masyarakat dipindahkan ke angkutan umum, kasih masyarakat, karyawan, ASN, atau yang naik transportasi umum, dapat insentif berupa tarif yang bisa dipakai satu bulan," sambungnya.
Menurutnya sektor transportasi ini menjadi salah satu penyumbang dalam buruknya kondisi udara di Jakarta belakangan ini. Mengingat jumlah kendaraan pribadi di Jakarta sendiri melebihi jumlah populasi Jakarta sendiri. Makanya pemerintah menghimbau masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.
"Sekarang karyawan KRL, LRT, MRT, atau karyawan yang di dinas perhubungan saja, mau tidak sebagai pelopor?" pungkas Yayat.
(nng)