Kabar Buruk Ekonomi China dan OPEC Bisa Bikin IHSG Merana Pekan Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) ditutup di level 6.925 atau melemah tipis sebesar -52 poin atau -0.75% pada akhir perdagangan pekan lalu.
Analis pasar modal, Dimas Krisna Ramadhani mengatakan ada sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi perdagangan di pasar modal. Terdapat tiga sentimen, yakni neraca dagang China, pemangkasan produksi oleh OPEC+ dan Indeks FTSE low carbon. Data neraca dagang China sebagai partner dagang terbesar Indonesia ini mencatatkan surplus sebesar USD68,36 bio.
"Perlu dicatat surplus neraca perdagangan yang terjadi di China untuk Agustus ini merupakan surplus terkecil dalam 3 bulan terakhir sejak Mei yang disebabkan penurunan ekspor yang lebih dalam dibanding impor dipicu oleh lemahnya permintaan dari dalam negeri maupun mitra dagang luar negeri China," jelas Dimas dalam analisisnya, Senin (11/9/2023).
Dia menambahkan kondisi ekonomi China yang saat ini sedang slowing down salah satunya disebabkan oleh melambatnya sektor properti yang menyumbang sekitar 20-30% GDP China, yakni Evergrande dan Country Garden yang mengajukan perlindungan kebangkrutan dan gagal bayar kupon obligasi.
Sentimen kedua terkait pemangkasan produksi oleh OPEC+, di mana Arab saudi memangkas 1 juta barel per hari, Rusia 300 ribu barel per hari hingga akhir tahun membuat harga minyak berjangka WTI naik dan sempat diperdagangkan di harga USD87 per barel dan merupakan level tertinggi sejak November.
Sementara, terkait Indeks FTSE low carbon, terang Dimas, impact ke GOTO karena masuknya GOTO ke indeks ESG global berarti sudah diakui dan lolos seleksi dari semua kriteria yang ada, ini suatu hal yang positif karena GOTO memiliki eksposur yang semakin luas secara global.
"Harga saham GOTO terpantau menguat signifikan pada sesi I perdagangan Kamis, 7 September 2023. Harga ditutup naik 5,49% ke Rp 96/saham. Nilai transaksi pun tembus Rp 370 miliar di sesi I," kata dia.
Adapun sektor yang menjadi top gainers pada minggu lalu yakni sektor basic materials yang tertopang emiten AMMN yang naik 17% dan sektor transport & logistic tertopang emiten GIAA yang naik signifikan 12%.
Sementara, sektor yang menjadi top losers pada minggu lalu yakni sektor properties & real estate karena bayang-bayang kenaikan suku bunga The Fed dan sentimen negatif sektor properti China. Sektor kedua yang jadi top loser minggu lalu yakni sektor consumers non-cyc karena pelemahan pada saham-saham CPO yang disebabkan harga komoditas CPO anjlok 5,2% dalam seminggu terakhir berada di level MYR3.830 per ton.
Analis pasar modal, Dimas Krisna Ramadhani mengatakan ada sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi perdagangan di pasar modal. Terdapat tiga sentimen, yakni neraca dagang China, pemangkasan produksi oleh OPEC+ dan Indeks FTSE low carbon. Data neraca dagang China sebagai partner dagang terbesar Indonesia ini mencatatkan surplus sebesar USD68,36 bio.
"Perlu dicatat surplus neraca perdagangan yang terjadi di China untuk Agustus ini merupakan surplus terkecil dalam 3 bulan terakhir sejak Mei yang disebabkan penurunan ekspor yang lebih dalam dibanding impor dipicu oleh lemahnya permintaan dari dalam negeri maupun mitra dagang luar negeri China," jelas Dimas dalam analisisnya, Senin (11/9/2023).
Dia menambahkan kondisi ekonomi China yang saat ini sedang slowing down salah satunya disebabkan oleh melambatnya sektor properti yang menyumbang sekitar 20-30% GDP China, yakni Evergrande dan Country Garden yang mengajukan perlindungan kebangkrutan dan gagal bayar kupon obligasi.
Sentimen kedua terkait pemangkasan produksi oleh OPEC+, di mana Arab saudi memangkas 1 juta barel per hari, Rusia 300 ribu barel per hari hingga akhir tahun membuat harga minyak berjangka WTI naik dan sempat diperdagangkan di harga USD87 per barel dan merupakan level tertinggi sejak November.
Sementara, terkait Indeks FTSE low carbon, terang Dimas, impact ke GOTO karena masuknya GOTO ke indeks ESG global berarti sudah diakui dan lolos seleksi dari semua kriteria yang ada, ini suatu hal yang positif karena GOTO memiliki eksposur yang semakin luas secara global.
"Harga saham GOTO terpantau menguat signifikan pada sesi I perdagangan Kamis, 7 September 2023. Harga ditutup naik 5,49% ke Rp 96/saham. Nilai transaksi pun tembus Rp 370 miliar di sesi I," kata dia.
Adapun sektor yang menjadi top gainers pada minggu lalu yakni sektor basic materials yang tertopang emiten AMMN yang naik 17% dan sektor transport & logistic tertopang emiten GIAA yang naik signifikan 12%.
Sementara, sektor yang menjadi top losers pada minggu lalu yakni sektor properties & real estate karena bayang-bayang kenaikan suku bunga The Fed dan sentimen negatif sektor properti China. Sektor kedua yang jadi top loser minggu lalu yakni sektor consumers non-cyc karena pelemahan pada saham-saham CPO yang disebabkan harga komoditas CPO anjlok 5,2% dalam seminggu terakhir berada di level MYR3.830 per ton.