Kapitalisasi BUMN Tembus Rp2.200 Triliun, Lebih Besar dari Utang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian BUMN melaporkan kapitalisasi pasar BUMN mencapai Rp2.200 triliun hingga akhir 2022. Nilai agregat pasar saham emiten negara ini mengalami kenaikan signifikan dari posisi sebelumnya yakni Rp1.719 triliun.
Dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut nilai kapitalisasi pasar BUMN konsisten naik. Di mana, pada 2020 nilainya Rp1.719 triliun, lalu naik menjadi Rp1.985 triliun pada 2021, kemudian melonjak lagi menjadi Rp2.200 triliun pada 2022.
Nilai market cap emiten dikonfirmasi langsung Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI. Bahkan, nilai kapitalisasi pasar BUMN lebih tinggi dari total utang yang dibukukan perusahaan yaitu Rp1.600 triliun, sehingga kinerja keuangan BUMN secara konsolidasi masih dalam kategori aman alias sehat.
Kapitalisasi pasar, kemarin juga kita paparkan ke ibu Menteri Keuangan, terus dan peningkatan, sekarang kalau valuas pasar BUMN itu, kalau ada yang di Bursa naik dari Rp1.719 triliun, sekarang Rp2.2000 triliun," ujar Erick dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Kamis (14/9/2023).
"Jadi ini, kalau dulu kita pernah bahas antara utang BUMN Rp 1.600 dibandingkan modal Rp 3.200, sekarang kapitalisasi pasarnya sendiri Rp 2.200 triliun, jauh lebih tinggi dari total utang Rp 1.600, jadi ini kondisinya saya bisa yakinkan sehat," kata dia.
Selain market cap, Erick juga mencatat adanya kenaikan nilai dari kontribusi BUMN di sisi pajak. Hingga akhir 2022 pajak yang disetor BUMN sebesar Rp278 triliun. Tercatat, pajak BUMN pada 2020 sebesar Rp284 triliun, namun mengalami penurunan pada tahun berikutnya menjadi Rp246,5 triliun. Setahun kemudian naik hingga menyentuh angka Rp278 triliun. "Lalu, kita juga detailkan kontribusi pajak itu juga terus konsisten," ucap Erick.
Di sisi pendapatan juga mengalami kenaikan. Pada 2020, revenue BUMN mencapai Rp1.930 triliun, lalu naik di posisi Rp2.290 triliun, kemudian naik menjadi Rp2.613 triliun.
"Memang peningkatan ini ada dua yang jadi catatan, satu daripada komoditas dan juga performa perbankan itu sendiri, tapi juga banyak sumbangsih perusahaan yang sebel umnya tak profit, sekarang sudah banyak yang profit," tuturnya.
Dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut nilai kapitalisasi pasar BUMN konsisten naik. Di mana, pada 2020 nilainya Rp1.719 triliun, lalu naik menjadi Rp1.985 triliun pada 2021, kemudian melonjak lagi menjadi Rp2.200 triliun pada 2022.
Nilai market cap emiten dikonfirmasi langsung Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI. Bahkan, nilai kapitalisasi pasar BUMN lebih tinggi dari total utang yang dibukukan perusahaan yaitu Rp1.600 triliun, sehingga kinerja keuangan BUMN secara konsolidasi masih dalam kategori aman alias sehat.
Kapitalisasi pasar, kemarin juga kita paparkan ke ibu Menteri Keuangan, terus dan peningkatan, sekarang kalau valuas pasar BUMN itu, kalau ada yang di Bursa naik dari Rp1.719 triliun, sekarang Rp2.2000 triliun," ujar Erick dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Kamis (14/9/2023).
"Jadi ini, kalau dulu kita pernah bahas antara utang BUMN Rp 1.600 dibandingkan modal Rp 3.200, sekarang kapitalisasi pasarnya sendiri Rp 2.200 triliun, jauh lebih tinggi dari total utang Rp 1.600, jadi ini kondisinya saya bisa yakinkan sehat," kata dia.
Selain market cap, Erick juga mencatat adanya kenaikan nilai dari kontribusi BUMN di sisi pajak. Hingga akhir 2022 pajak yang disetor BUMN sebesar Rp278 triliun. Tercatat, pajak BUMN pada 2020 sebesar Rp284 triliun, namun mengalami penurunan pada tahun berikutnya menjadi Rp246,5 triliun. Setahun kemudian naik hingga menyentuh angka Rp278 triliun. "Lalu, kita juga detailkan kontribusi pajak itu juga terus konsisten," ucap Erick.
Di sisi pendapatan juga mengalami kenaikan. Pada 2020, revenue BUMN mencapai Rp1.930 triliun, lalu naik di posisi Rp2.290 triliun, kemudian naik menjadi Rp2.613 triliun.
"Memang peningkatan ini ada dua yang jadi catatan, satu daripada komoditas dan juga performa perbankan itu sendiri, tapi juga banyak sumbangsih perusahaan yang sebel umnya tak profit, sekarang sudah banyak yang profit," tuturnya.
(nng)