Seperti ini Strategi Nyeleneh Korporasi Dunia, Bertahan Di Tengah Pandemi

Senin, 03 Agustus 2020 - 09:05 WIB
loading...
A A A
Pandemi Corona membuat kegiatan ekspor impor terhenti, kebutuhan masker kesehatan terus meningkat. Para raksasa teknologi ini pun memanfaatkan peluang yang ada untuk memproduksi masker guna memenuhi kebutuhan produk ini di negara mereka masing-masing.

Menolak Menyerah

Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Kondisi bisnis memang hampir sama di seluruh dunia, tengah merana karena Corona. Meski demikian, para pelaku pebisnis memang tidak mau menyerah begitu saja oleh keadaan. Bahkan sebaliknya di mata entrepreneur di tengah kondisi sulit seperti saat ini, banyak menghadirkan peluang bisnis baru yang menjanjikan.

Buktinya saja Maspion Group, perusahaan yang terkenal dengan produk-produk perkakas rumah tangga ini mencoba berinovasi. Di saat masa pandemi ini malah menjual sabun batangan.

Meski terkesan produk sederhana, Maspion Group merasa perlu untuk mendirikan perusahaan yang khusus memproduksi sabun, yakni PT Shanghai Maspion Oleo Chemical Industry. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan antara PT Maspion Investindo dan Shanghai Soap (Group) Co. Ltd Cina, yang khusus bergerak dalam bisnis sabun.

Salah satu produknya adalah sabun cendana dengan merek Bee and Flower. Selain itu yang terbaru Maspion memproduksi sabun yang diberi merek CT 19. Sabun batangan diarahkan untuk digunakan oleh konsumen dalam upaya untuk menjaga kebesihan, memutus rantai penularan virus Covid 19. “Dengan hanya uang Rp1.600 bisa cuci tangan hingga 1000 kali untuk mencegah virus Corona, “ujar Ali Markus, pemilik Maspion Group.

Lain lagi upaya yang dilakukan oleh PT Pindad (Persero), BUMN yang memproduksi berbagai peralatan perang, termasuk kendaraan taktis lapis baja untuk keperluan militer. Dari sumberdaya yang mereka miliki, mereka berhasil memproduksi ventilator portable yang diberinama Convent-20.

Covent-20 merupakan ventilator darurat dengan siklus waktu dan volume konstan yang dirancang untuk digunakan dalam menangani penderita yang sulit bernafas, Sebelum dibawa ke rumah sakit (pra-rumah sakit), atau saat dipindahkan dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain (antar-rumah sakit).

Pindad juga menjual ventilator tipe VRM yang dibandrol dengan harga Rp 10 juta – Rp 15 juta. Lebih murah dibandingkan dengan ventilator impor yang umumnya dijual dengan harga Rp 700 juta. Pindad bisa menjual ventilator dengan harga bersaing, karena memang menggunakan bahan baku dan komponen dari dalam negeri.

Perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT), PT Sri Rejeki Isman Tbk atau yang lebih popular dengan sebutan Sritex, tengah menghadapi kondisi sulit, karena ekspor yang turun. Padahal pasar eskpor menyumbang sekitar 65% pendapatan perusahaan. Kebijakan lockdown di beberapa negara membuat pendapatan perusahaan pun merosot.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1942 seconds (0.1#10.140)