Bertahan Saat Pandemi, Pengusaha Logistik Putar Otak Beralih Bisnis

Senin, 03 Agustus 2020 - 15:20 WIB
loading...
Bertahan Saat Pandemi, Pengusaha Logistik Putar Otak Beralih Bisnis
Pengusaha yang bergerak di sektor logistik merupakan salah satu yang paling terkena dampak akibat adanya pandemi virus corona atau Covid-19. Demi mempertahankan usahanya terus berjalan di tengah pandemi, mereka memutar otak untuk mengalihkan bisnis. Foto/
A A A
JAKARTA - Pengusaha yang bergerak di sektor logistik merupakan salah satu yang paling terkena dampak akibat adanya pandemi virus corona atau Covid-19. Demi mempertahankan usahanya terus berjalan di tengah pandemi, mereka memutar otak untuk mengalihkan bisnis yang mereka geluti sejak lama tersebut.

Sekjen Indonesia Multimodal Transport Association (IMTA) Kyatmaja Lookman mengatakan, beberapa kerabatnya ada yang beralih ke pengantaran barang yang berasal dari pasar daring. Sebab, tak dapat dipungkiri bila transaksi penjualan di e-commerce meningkat tajam selama penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

(Baca Juga: Mesin Industri Logistik Mati 90%, Panasinnya Lama Jika PSBB Lagi )

“Sekarang mulai banyak teman-teman yang merelokasikan asetnya dengan sektor itu (e-commerce). Entah bekerjasama dengan perusahaan online atau mulai membeli unit-unit (truk) yang kecil,” kata Kyatmaja dalam acara Market Review di IDX Channel, Senin (3/8/2020).

Selain merambah ke sektor usaha daring, kata dia, pihaknya pun juga mulai melakukan pendekatan terhadap pelaku industri kesehatan. Dia menilai saat pandemi masih belum ditemukan sebuah vaksinnya, sepertinya kedua jenis bisnis itu akan terus dicari orang.

“Masuk ke sektor-sektor yang lagi tinggi, mulai melakukan pemasaran yang dulu bukan pasarnya. Contohnya, e-commerce dan kesehatan,” ujarnya.

(Baca Juga: Kemenhub Bahas Penguatan Sistem Transportasi dan Logistik di Kawasan ASEAN-China )

Dia menjelaskan, akibat kebijakan PSBB yang diterapkan di seluruh daerah di Indonesia kegiatan usaha logistik mengalami penurunan di antara 60 hingga 90 persen. “Kalau persentase (penurunan), kami sepakat dengan dari beberapa asosiasi, antara 60-90 persen penurunan permintaannya,” katanya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1538 seconds (0.1#10.140)