Pengakuan Bahlil Soal Pemicu Konflik di Rempang: Ada Miskomunikasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengakui bahwa pemicu konflik yang terjadi di Rempang , Kepulauan Riau karena adanya miskomunikasi atau kesalahpahaman.
"Temuan kita di lapangan, kami akui lah bahwa memang dalam proses komunikasi awal, terjadi miskomunikasi. Jujurlah kita, kita harus berani, berjiwa besar untuk katakan bahwa itu ada kekeliruan," kata Bahlil dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (2/9/2023).
Bahlil menerangkan, miskomunikasi tersebut mulanya terjadi saat perwakilan kementerian teknis akan memasang patok untuk pengukuran lahan yang akan dijadikan lahan investasi.
Saat tim pengukuran masuk ke wilayah Rempang, ada informasi liar yang mengatakan bahwa warga akan direlokasi. Mendengar informasi liar tersebut, warga lantas membuat blokade sebagai usaha melakukan perlawanan.
"Kemudian, saudara-saudara saya di sana tidak salah juga. Karena informasinya mungkin merisaukan mereka, kemudian mereka memalang jalan dengan pohon yang ditumbangkan," ungkap Bahlil.
Padahal menurut Bahlil jalan tersebut merupakan jalan penghubung antar wilayah bukan hanya jalan menuju kampung adat rempang. Setelah beberapa hari ditutup oleh warga, aparat berusaha membuka palang yang kemudian menimbulkan gesekan dengan masyarakat.
"Jadi ini mis-nya sebenarnya di situ. Awal mulanya di situ. Ditambah lagi dengan informasi-informasi yang keluar, yang belum tentu benar. Lahirlah itu gas air mata, itulah kira-kira," tuturnya.
"Temuan kita di lapangan, kami akui lah bahwa memang dalam proses komunikasi awal, terjadi miskomunikasi. Jujurlah kita, kita harus berani, berjiwa besar untuk katakan bahwa itu ada kekeliruan," kata Bahlil dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (2/9/2023).
Bahlil menerangkan, miskomunikasi tersebut mulanya terjadi saat perwakilan kementerian teknis akan memasang patok untuk pengukuran lahan yang akan dijadikan lahan investasi.
Saat tim pengukuran masuk ke wilayah Rempang, ada informasi liar yang mengatakan bahwa warga akan direlokasi. Mendengar informasi liar tersebut, warga lantas membuat blokade sebagai usaha melakukan perlawanan.
"Kemudian, saudara-saudara saya di sana tidak salah juga. Karena informasinya mungkin merisaukan mereka, kemudian mereka memalang jalan dengan pohon yang ditumbangkan," ungkap Bahlil.
Padahal menurut Bahlil jalan tersebut merupakan jalan penghubung antar wilayah bukan hanya jalan menuju kampung adat rempang. Setelah beberapa hari ditutup oleh warga, aparat berusaha membuka palang yang kemudian menimbulkan gesekan dengan masyarakat.
"Jadi ini mis-nya sebenarnya di situ. Awal mulanya di situ. Ditambah lagi dengan informasi-informasi yang keluar, yang belum tentu benar. Lahirlah itu gas air mata, itulah kira-kira," tuturnya.
(akr)