Geliat Industri Wisata Diharapkan Jadi Tulang Punggung Pemulihan Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pariwisata di Pulau Dewata, Bali, kembali dibuka untuk turis domestik. Sektor pariwisata memang diharapkan jadi salah satu tulang punggung pemulihan ekonomi nasional di tengah ancaman resesi.
Badai resesi global yang terus mengembus dikhawatirkan ikut berdampak terhadap perekonomian nasional. Terakhir, Uni Eropa masuk ke jurang resesi dengan perekonomian terkontraksi 11,9% pada kuartal II/2020. Untuk itu, pemerintah harus memiliki langkah tepat dan cepat agar bisa terhindar dari krisis ekonomi.
Dampak pandemi Covid-19 memang hampir dirasakan seluruh sektor ekonomi. Pada sektor transportasi, PT Garuda Indonesia Tbk harus menelan kerugian sebesar USD712,73 juta atau setara Rp10,34 triliun pada semester I/2020 akibat menyusutnya jumlah penumpang. (Baca: Stunting Pada Anak Dipicu Perilaku Salah Masyarakat)
Pandemi ini juga turut mengancam 180.000 tenaga kerja pada sektor pariwisata . Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. “Lebih dari 180.000 tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif merasakan dampaknya. Dan, ada 2.000 hotel berhenti operasi,” kata Luhut, di Jakarta, belum lama ini.
Kondisi ini juga mengakibatkan penurunan permintaan sejumlah barang, seperti bahan baku minyak dan susu. Salah satu solusinya yakni dengan meningkatkan kunjungan turis domestik. “Maka dari itu, solusinya sektor pariwisata diselamatkan dengan meningkatkan kunjungan turis domestik mulai triwulan III/2020,” ujar Luhut.
Pada pekan lalu, pariwisata Bali resmi dibuka, namun dalam masa adaptasi kebiasaan baru (new normal). Tahap awal hanya wisatawan Nusantara alias domestik yang dapat menikmati keindahan alam, budaya, dan seni pertunjukan di Pulau Dewata. Rencananya, pada September 2020 akan dibuka untuk wisatawan mancanegara.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebelum pandemi, 60% wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia berwisata ke Bali. Pariwisata Bali juga menyumbang 28,9% devisa pariwisata nasional, yakni sebesar Rp75 triliun. Jika biasanya kunjungan wisman terbanyak melalui Bandara Ngurah Rai, pada Juni 2020 Bandara Soekarno-Hatta berada di urutan teratas. Hal ini tampak dari jumlah wisman yang naik 130,13% dibandingkan Mei 2020. (Baca juga: Juli Terjadi Deflasi, Biaya Sekolah Tetap Mahal)
BPS pun merilis kunjungan wisman ke Indonesia pada bulan Juni 2020 sebanyak 160.300 kunjungan atau turun 2,06% dibandingkan bulan sebelumnya dan turun 88,82% dibandingkan Juni 2019. Walhasil, secara kumulatif Januari—Juni 2020, kunjungan wisman mencapai 3,08 juta atau turun 59,96% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 7,72 juta kunjungan.
Kepala BPS Suhariyanto mengakui, pandemi Covid-19 ini memang memberikan dampak yang luar biasa terhadap kunjungan wisman. Dampak ini sudah terjadi sejak Februari 2020 dan untuk recovery mungkin butuh waktu panjang. Meski demikian, pelonggaran PSBB dan dibukanya beberapa destinasi pariwisata nasional berdampak besar terharap kinerja moda transportasi, baik udara, darat, kereta api, dan laut. Pada Juni 2020, angkutan udara terjadi peningkatan hingga 791,38% dibandingkan bulan Mei.
“Angkutan udara pada Juni mulai bergeliat. Penerbangan domestik di Juni 2020 meningkat menjadi 0,78 juta orang, tadinya 0,09 juta di Mei, meningkat 791,38%,” kata Suhariyanto.
Menko Luhut juga mengatakan sektor pariwisata saat ini menjadi salah satu bidang yang sangat diperhatikan pemerintah. Pasalnya, hal ini dianggap bisa membuka lapangan pekerjaan yang banyak dan menjadi menyumbang devisa yang besar bagi negara. Dia juga menekankan kepada semua stakeholder pariwisata di Bali, setelah dibuka kembali nantinya, sektor pariwisata membutuhkan kerja sama dan kedisiplinan untuk menerapkan protokol kesehatan. (Lihat videonya: Seorang Bocah Jadi Korban begal di Depan rumahnya Sendiri)
Keputusan pemerintah membuka wisata di Bali untuk turis domestik turut diapresiasi asosiasi. Ketua Umum DPP Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Budi Ardiansyah mengatakan, saat ini yang dimungkinkan memang hanya wisatawan domestik karena antarnegara belum dimungkinkan. “Tapi, ini langkah yang kita apresiasi karena pariwisata juga menyangkut perekonomian yang harus diselamatkan,” kata Budi. (Kunthi Fahmar Sandy/Rina Anggraeni)
Badai resesi global yang terus mengembus dikhawatirkan ikut berdampak terhadap perekonomian nasional. Terakhir, Uni Eropa masuk ke jurang resesi dengan perekonomian terkontraksi 11,9% pada kuartal II/2020. Untuk itu, pemerintah harus memiliki langkah tepat dan cepat agar bisa terhindar dari krisis ekonomi.
Dampak pandemi Covid-19 memang hampir dirasakan seluruh sektor ekonomi. Pada sektor transportasi, PT Garuda Indonesia Tbk harus menelan kerugian sebesar USD712,73 juta atau setara Rp10,34 triliun pada semester I/2020 akibat menyusutnya jumlah penumpang. (Baca: Stunting Pada Anak Dipicu Perilaku Salah Masyarakat)
Pandemi ini juga turut mengancam 180.000 tenaga kerja pada sektor pariwisata . Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. “Lebih dari 180.000 tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif merasakan dampaknya. Dan, ada 2.000 hotel berhenti operasi,” kata Luhut, di Jakarta, belum lama ini.
Kondisi ini juga mengakibatkan penurunan permintaan sejumlah barang, seperti bahan baku minyak dan susu. Salah satu solusinya yakni dengan meningkatkan kunjungan turis domestik. “Maka dari itu, solusinya sektor pariwisata diselamatkan dengan meningkatkan kunjungan turis domestik mulai triwulan III/2020,” ujar Luhut.
Pada pekan lalu, pariwisata Bali resmi dibuka, namun dalam masa adaptasi kebiasaan baru (new normal). Tahap awal hanya wisatawan Nusantara alias domestik yang dapat menikmati keindahan alam, budaya, dan seni pertunjukan di Pulau Dewata. Rencananya, pada September 2020 akan dibuka untuk wisatawan mancanegara.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebelum pandemi, 60% wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia berwisata ke Bali. Pariwisata Bali juga menyumbang 28,9% devisa pariwisata nasional, yakni sebesar Rp75 triliun. Jika biasanya kunjungan wisman terbanyak melalui Bandara Ngurah Rai, pada Juni 2020 Bandara Soekarno-Hatta berada di urutan teratas. Hal ini tampak dari jumlah wisman yang naik 130,13% dibandingkan Mei 2020. (Baca juga: Juli Terjadi Deflasi, Biaya Sekolah Tetap Mahal)
BPS pun merilis kunjungan wisman ke Indonesia pada bulan Juni 2020 sebanyak 160.300 kunjungan atau turun 2,06% dibandingkan bulan sebelumnya dan turun 88,82% dibandingkan Juni 2019. Walhasil, secara kumulatif Januari—Juni 2020, kunjungan wisman mencapai 3,08 juta atau turun 59,96% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 7,72 juta kunjungan.
Kepala BPS Suhariyanto mengakui, pandemi Covid-19 ini memang memberikan dampak yang luar biasa terhadap kunjungan wisman. Dampak ini sudah terjadi sejak Februari 2020 dan untuk recovery mungkin butuh waktu panjang. Meski demikian, pelonggaran PSBB dan dibukanya beberapa destinasi pariwisata nasional berdampak besar terharap kinerja moda transportasi, baik udara, darat, kereta api, dan laut. Pada Juni 2020, angkutan udara terjadi peningkatan hingga 791,38% dibandingkan bulan Mei.
“Angkutan udara pada Juni mulai bergeliat. Penerbangan domestik di Juni 2020 meningkat menjadi 0,78 juta orang, tadinya 0,09 juta di Mei, meningkat 791,38%,” kata Suhariyanto.
Menko Luhut juga mengatakan sektor pariwisata saat ini menjadi salah satu bidang yang sangat diperhatikan pemerintah. Pasalnya, hal ini dianggap bisa membuka lapangan pekerjaan yang banyak dan menjadi menyumbang devisa yang besar bagi negara. Dia juga menekankan kepada semua stakeholder pariwisata di Bali, setelah dibuka kembali nantinya, sektor pariwisata membutuhkan kerja sama dan kedisiplinan untuk menerapkan protokol kesehatan. (Lihat videonya: Seorang Bocah Jadi Korban begal di Depan rumahnya Sendiri)
Keputusan pemerintah membuka wisata di Bali untuk turis domestik turut diapresiasi asosiasi. Ketua Umum DPP Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Budi Ardiansyah mengatakan, saat ini yang dimungkinkan memang hanya wisatawan domestik karena antarnegara belum dimungkinkan. “Tapi, ini langkah yang kita apresiasi karena pariwisata juga menyangkut perekonomian yang harus diselamatkan,” kata Budi. (Kunthi Fahmar Sandy/Rina Anggraeni)
(ysw)