Berbagi Pengembangan Bisnis dengan Pengusaha se-Tasikmalaya, Ganjar: Packaging Penting untuk Pemasaran
loading...
A
A
A
TASIKMALAYA - Bakal Calon Presiden (Bacapres) Partai Perindo, Ganjar Pranowo menemui Pengusaha Lokal se- Tasikmalaya . Para pengusaha itu mendapatkan wejangan dari Ganjar.
Mulanya, salah satu pengusaha bernama Ella bercerita mengenai usaha dimsum yang dirintisnya. Dia ingin semakin melebarkan sayap usahanya, namun masih belum stabil, karena itu dia meminta saran kepada Ganjar.
“Produk saya dimsum, alhamdulillah kami produksi sendiri," kata Ella.
Ella berujar sekarang ini dirinya baru bisa memproduksi 2.000 dimsum per harinya. “Mungkin, karena tentang pemasaran kita harus belajar ya,” tutunya.
Merespons keluhan yang didapatkan dari Ella, Ganjar menekankan perlu pengemasan produk dalam rangka menarik pembeli. "Kalau ini mau diekspor, siapkan dengan bahasa Inggris. Kalau mau lokal, tidak apa-apa,” ungkap dia.
“Packaging itu berpengaruh dan desain berpengaruh, maka nantinya akan naik kelas,” imbuh Ganjar.
Pertanyaan lainnya datang dari seorang pengurus asosiasi perjalanan wisata di Tasikmalaya, yaitu Heri. Dia menceritakan mengapa tempat wisata di Tasikmalaya masih sepi peminat, padahal obyeknya berlimpah dan bisa menjadi sebuah ladang usaha.
Selain itu, dia mengeluhkan masih adanya tempat wisata yang mengenakan pungutan liar (Pungli) bagi pengunjungnya. Untuk itu, dia menanyakan saran kepada Ganjar dalam menghadapi situasi tersebut.
“Sering kita bahas banyak tempat wisata bisa dipasarkan, tapi belum booming. Terus bakal wisata yang katanya gratis, tapi tetap bayar juga ujung- ujungnya,” ungkap Heri.
Merespons hal itu, Ganjar berbicara mengenai perlunya ketegasan di dalam menjalankan sebuah regulasi, termasuk juga berkaitan dengan pungutan liar. “Ada, langsung laporkan. Kalo mandek, langsung lapor atasan,” kata Ganjar.
Diskusi berjalan sangat cair dan berlangsung kurang lebih 30 menit. Sebelum mengakhiri pertemuan, Ganjar berfoto bersama dengan para Pengusaha Lokal se-Tasikmalaya.
Mulanya, salah satu pengusaha bernama Ella bercerita mengenai usaha dimsum yang dirintisnya. Dia ingin semakin melebarkan sayap usahanya, namun masih belum stabil, karena itu dia meminta saran kepada Ganjar.
“Produk saya dimsum, alhamdulillah kami produksi sendiri," kata Ella.
Ella berujar sekarang ini dirinya baru bisa memproduksi 2.000 dimsum per harinya. “Mungkin, karena tentang pemasaran kita harus belajar ya,” tutunya.
Merespons keluhan yang didapatkan dari Ella, Ganjar menekankan perlu pengemasan produk dalam rangka menarik pembeli. "Kalau ini mau diekspor, siapkan dengan bahasa Inggris. Kalau mau lokal, tidak apa-apa,” ungkap dia.
“Packaging itu berpengaruh dan desain berpengaruh, maka nantinya akan naik kelas,” imbuh Ganjar.
Pertanyaan lainnya datang dari seorang pengurus asosiasi perjalanan wisata di Tasikmalaya, yaitu Heri. Dia menceritakan mengapa tempat wisata di Tasikmalaya masih sepi peminat, padahal obyeknya berlimpah dan bisa menjadi sebuah ladang usaha.
Selain itu, dia mengeluhkan masih adanya tempat wisata yang mengenakan pungutan liar (Pungli) bagi pengunjungnya. Untuk itu, dia menanyakan saran kepada Ganjar dalam menghadapi situasi tersebut.
“Sering kita bahas banyak tempat wisata bisa dipasarkan, tapi belum booming. Terus bakal wisata yang katanya gratis, tapi tetap bayar juga ujung- ujungnya,” ungkap Heri.
Merespons hal itu, Ganjar berbicara mengenai perlunya ketegasan di dalam menjalankan sebuah regulasi, termasuk juga berkaitan dengan pungutan liar. “Ada, langsung laporkan. Kalo mandek, langsung lapor atasan,” kata Ganjar.
Diskusi berjalan sangat cair dan berlangsung kurang lebih 30 menit. Sebelum mengakhiri pertemuan, Ganjar berfoto bersama dengan para Pengusaha Lokal se-Tasikmalaya.
(akr)