The Fed Siap Naikkan Suku Bunga Lanjutan, Rupiah Ditutup Stagnan

Kamis, 12 Oktober 2023 - 16:22 WIB
loading...
The Fed Siap Naikkan...
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup stagnan pada perdagangan Kamis (12/10/2023). FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah sore ini ditutup stagnan setelah sebelumnya menguat 15 poin ke level Rp15.699 dari di level Rp15.738. Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS terpengaruh pertemuan terakhir The Fed yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengambil kebijakan bank sentral sepakat bahwa kenaikan suku bunga satu kali lagi akan pantas karena tren inflasi terus jauh di atas target.

"Meskipun demikian, risalah tersebut juga menunjukkan ketidakpastian seputar perekonomian sebagai hal yang mendukung perlu mengambil tindakan secara hati-hati dalam menentukan sejauh mana penguatan kebijakan tambahan yang mungkin tepat," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (12/10/2023).



Minggu-minggu setelah pertemuan bulan September terjadi kenaikan tajam dalam imbal hasil Treasury, dan hal ini disebut oleh sejumlah pejabat Fed sebagai faktor yang memungkinkan mereka mengakhiri siklus kenaikan suku bunga, sehingga merugikan mata uang AS. Penurunan terbatas pada hari Kamis setelah angka inflasi produsen AS pada bulan September lebih kuat dari perkiraan, menciptakan ketegangan menjelang pembacaan harga konsumen di sesi ini.

Analis memperkirakan angka utama akan naik 3,6% dari tahun lalu dan 0,3% untuk bulan ini, sementara CPI inti, yang tidak termasuk harga makanan dan bahan bakar, diperkirakan akan naik 4,1% dari tahun lalu dan 0,3% dari bulan Agustus.

Selain itu, Perekonomian Inggris tumbuh 0,2% pada bulan Agustus, menurut data yang dirilis Kamis pagi, sebagian pulih setelah penurunan tajam 0,6% pada bulan Juli. Pertumbuhan ini mengurangi kemungkinan resesi yang dimulai pada periode Juli-September, dengan ONS menyatakan bahwa perekonomian perlu tumbuh sebesar 0,2% pada bulan September untuk menghindari kontraksi pada kuartal ketiga.

Dari sentimen internal, Bank Dunia atau World Bank melihat Indonesia perlu melanjutkan menjaga stabilitas makroekonomi untuk tetap dilirik oleh para investor yang cenderung wait and see menjelang Pemilu dan Pilpres 2024.

"Tugas Indonesia saat ini harus fokus menjaga stabilitas kebijakan makroekonomi baik fiskal dan moneter saat ini tidak diperlukan untuk mendorong ekspansi siklikal karena ekonomi sudah tumbuh di level 5 persen, sehingga fokus kebijakan makro adalah terus menjaga stabilitas," kata Ibrahim.

Saat ini pun pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) berhasil menjaga inflasi di level yang terkendali, seiring dengan suku bunga acuan yang terus dipertahankan pada level 5,75 persen sejak Januari 2023. Menurutnya, hal yang menjadi kunci dalam menarik investor di tengah situasi ini adalah Indonesia harus melanjutkan reformasi struktural.

Misalnya, adanya omnibus law UU Cipta Kerja yang meningkatkan fleksibilitas pasar kerja hingga omnibus law sektor keuangan yang bertujuan untuk mendorong stabilitas serta akses dan inklusi sektor keuangan, salah satunya melalui Undang-undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).



Reformasi struktural yang penting untuk memperdalam kapasitas sisi penawaran, bukan tentang pertumbuhan siklus, namun pertumbuhan struktural. Selain itu, pemerintah masih optimistis untuk menyerap investasi hingga menuju target Rp1.400 triliun sepanjang 2023. Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi sepanjang semester I/2023 mencapai Rp678,7 triliun atau 48,5 persen dari target.

Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah yang stagnan hari ini untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup melemah di rentang Rp15.670 - Rp15.750.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2056 seconds (0.1#10.140)