Tawarkan Harta Karun Rp15.000 Triliun, Taliban Ingin Gabung Jalur Sutra China
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kejutan datang dari Afghanistan. Pemerintahan Taliban menyatakan ingin secara resmi bergabung dengan inisiatif Belt and Road' Infrastructure ( BRI ) atau Jalur Sutra Modern yang dicanangkan Presiden Xi Jinping pada 2013 lalu. Seorang penjabat di Kementerian Perdagangan Afghanistan mengatakan, pihaknya akan mengirim tim teknis ke China untuk melakukan pembicaraan.
Beijing telah berupaya mengembangkan hubungannya dengan pemerintah yang dipimpin Taliban sejak mereka mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021, meskipun tidak ada pemerintah asing lain yang mengakui pemerintahannya.
Bulan lalu, China menjadi negara pertama yang menunjuk seorang duta besar untuk Kabul, sementara negara-negara lain tetap mempertahankan duta besar sebelumnya atau menunjuk kepala misi dalam kapasitas tugas yang tidak melibatkan penyerahan surat kepercayaan secara resmi kepada pemerintah.
“Kami meminta China untuk mengizinkan kami menjadi bagian dari Koridor Ekonomi China-Pakistan dan inisiatif BRI, (dan) sedang membahas masalah teknis hari ini,” kata penjabat Menteri Perdagangan Haji Nooruddin Azizi dikutip dari Reuters, Kamis (19/10/2023).
“Koridor ekonomi” Pakistan mengacu pada bagian utama dari BRI di negara tetangga Afghanistan. Azizi mengatakan pemerintah juga akan mengirimkan tim teknis ke China agar mereka dapat “lebih memahami” permasalahan yang menghalangi mereka untuk bergabung dengan inisiatif tersebut, namun tidak menjelaskan secara rinci apa yang menghambat Afghanistan.
Afghanistan dapat menawarkan China kekayaan sumber daya mineral yang didambakan. Beberapa perusahaan China sudah beroperasi di sana, termasuk Metallurgical Corp. of China Ltd (MCC) yang telah mengadakan pembicaraan dengan pemerintahan Taliban, serta pemerintah sebelumnya yang didukung Barat, mengenai rencana pembangunan tambang tembaga yang berpotensi besar.
“China yang berinvestasi di seluruh dunia, juga harus berinvestasi di Afghanistan, kami memiliki semua yang mereka butuhkan, seperti litium, tembaga, dan besi,” kata Azizi. “Afghanistan sekarang, lebih dari sebelumnya, siap untuk berinvestasi”.
Ketika ditanya tentang perundingan MCC, Azizi mengatakan diskusi sempat tertunda lantaran lokasi tambang dekat dengan situs bersejarah, namun masih berlangsung. “Perusahaan China telah melakukan investasi besar, dan kami mendukung mereka,” tambahnya.
Investor mengatakan keamanan masih menjadi perhatian. Kelompok militan ISIS telah menargetkan kedutaan asing dan sebuah hotel yang populer di kalangan investor China di Kabul.
Ketika ditanya tentang tantangan keamanan, Azizi mengatakan keamanan adalah prioritas bagi pemerintahan Taliban, dan menambahkan bahwa setelah perang selama 20 tahun--yang berakhir ketika pasukan asing mundur dan Taliban mengambil alih--berarti semakin banyak wilayah di negara itu yang aman.
“Sekarang kita bisa melakukan perjalanan ke provinsi-provinsi yang memiliki industri, pertanian, dan pertambangan yang sebelumnya tidak dapat dikunjungi… keamanan dapat terjamin,” tambah Azizi.
Afghanistan merupakan salah satu negara yang menyimpan begitu banyak harta karun. Afghanistan diperkirakan memiliki sumber daya alam--seperti minyak, gas alam, tembaga, dan tanah jarang--bernilai lebih dari USD1 triliun atau Rp15.700 triliun (kurs Rp15.700). Namun, banyak dari cadangan itu belum dimanfaatkan karena kekacauan selama beberapa dekade di negara ini.
Nilai sumber daya alam yang besar itu membuat sejumlah negara tertarik untuk mengeduknya, salah satunya China. Untuk bisa menggarap harta karun itu, perusahaan China dan pemerintah Taliban Afghanistan telah menandatangi kontrak pengeboran minyak. Kerja sama itu akan menjadi perjanjian ekstraksi energi besar pertama dengan perusahaan asing sejak Taliban menguasai Afghanistan pada 2021.
Lihat Juga: 5 Drama China Terpopuler pada November 2024, Rekomendasi Terbaik untuk Pecinta Serial Asia
Beijing telah berupaya mengembangkan hubungannya dengan pemerintah yang dipimpin Taliban sejak mereka mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021, meskipun tidak ada pemerintah asing lain yang mengakui pemerintahannya.
Bulan lalu, China menjadi negara pertama yang menunjuk seorang duta besar untuk Kabul, sementara negara-negara lain tetap mempertahankan duta besar sebelumnya atau menunjuk kepala misi dalam kapasitas tugas yang tidak melibatkan penyerahan surat kepercayaan secara resmi kepada pemerintah.
“Kami meminta China untuk mengizinkan kami menjadi bagian dari Koridor Ekonomi China-Pakistan dan inisiatif BRI, (dan) sedang membahas masalah teknis hari ini,” kata penjabat Menteri Perdagangan Haji Nooruddin Azizi dikutip dari Reuters, Kamis (19/10/2023).
“Koridor ekonomi” Pakistan mengacu pada bagian utama dari BRI di negara tetangga Afghanistan. Azizi mengatakan pemerintah juga akan mengirimkan tim teknis ke China agar mereka dapat “lebih memahami” permasalahan yang menghalangi mereka untuk bergabung dengan inisiatif tersebut, namun tidak menjelaskan secara rinci apa yang menghambat Afghanistan.
Afghanistan dapat menawarkan China kekayaan sumber daya mineral yang didambakan. Beberapa perusahaan China sudah beroperasi di sana, termasuk Metallurgical Corp. of China Ltd (MCC) yang telah mengadakan pembicaraan dengan pemerintahan Taliban, serta pemerintah sebelumnya yang didukung Barat, mengenai rencana pembangunan tambang tembaga yang berpotensi besar.
“China yang berinvestasi di seluruh dunia, juga harus berinvestasi di Afghanistan, kami memiliki semua yang mereka butuhkan, seperti litium, tembaga, dan besi,” kata Azizi. “Afghanistan sekarang, lebih dari sebelumnya, siap untuk berinvestasi”.
Ketika ditanya tentang perundingan MCC, Azizi mengatakan diskusi sempat tertunda lantaran lokasi tambang dekat dengan situs bersejarah, namun masih berlangsung. “Perusahaan China telah melakukan investasi besar, dan kami mendukung mereka,” tambahnya.
Investor mengatakan keamanan masih menjadi perhatian. Kelompok militan ISIS telah menargetkan kedutaan asing dan sebuah hotel yang populer di kalangan investor China di Kabul.
Ketika ditanya tentang tantangan keamanan, Azizi mengatakan keamanan adalah prioritas bagi pemerintahan Taliban, dan menambahkan bahwa setelah perang selama 20 tahun--yang berakhir ketika pasukan asing mundur dan Taliban mengambil alih--berarti semakin banyak wilayah di negara itu yang aman.
“Sekarang kita bisa melakukan perjalanan ke provinsi-provinsi yang memiliki industri, pertanian, dan pertambangan yang sebelumnya tidak dapat dikunjungi… keamanan dapat terjamin,” tambah Azizi.
Afghanistan merupakan salah satu negara yang menyimpan begitu banyak harta karun. Afghanistan diperkirakan memiliki sumber daya alam--seperti minyak, gas alam, tembaga, dan tanah jarang--bernilai lebih dari USD1 triliun atau Rp15.700 triliun (kurs Rp15.700). Namun, banyak dari cadangan itu belum dimanfaatkan karena kekacauan selama beberapa dekade di negara ini.
Nilai sumber daya alam yang besar itu membuat sejumlah negara tertarik untuk mengeduknya, salah satunya China. Untuk bisa menggarap harta karun itu, perusahaan China dan pemerintah Taliban Afghanistan telah menandatangi kontrak pengeboran minyak. Kerja sama itu akan menjadi perjanjian ekstraksi energi besar pertama dengan perusahaan asing sejak Taliban menguasai Afghanistan pada 2021.
Lihat Juga: 5 Drama China Terpopuler pada November 2024, Rekomendasi Terbaik untuk Pecinta Serial Asia
(uka)