Bahaya Eskalasi Perang Hamas-Israel: Harga Minyak Bisa Tembus USD150 per Barel

Selasa, 31 Oktober 2023 - 06:48 WIB
loading...
A A A
Harga gas Eropa bulan ini melonjak ke level tertinggi sejak Maret, ketika para pedagang khawatir bahwa gangguan pipa akan memukul pasokan global, tetapi pasar minyak sebagian besar mengabaikan dampak konflik.

Harga patokan Brent turun lebih dari 3% menjadi sekitar USD87 per barel pada hari Senin, setelah melampaui USD89 setelah pecahnya konflik terbaru. Harga minyak mentah sempat mencapai rekor USD147 per barel pada tahun 2008 menjelang krisis keuangan global.

Bank Dunia mengatakan, ekonomi global berada dalam posisi yang lebih baik untuk menahan guncangan pasokan daripada pada Oktober 1973, ketika anggota Arab OPEC memotong ekspor ke AS dan negara-negara lain yang mendukung Israel dalam perang Yom Kippur, dimana harga minyak mentah naik empat kali lipat.

Timur Tengah dinilai kurang penting bagi ekspor minyak global daripada 50 tahun yang lalu, terhitung menyumbang sekitar 30% dari pasokan, turun dari 37% pada 1970-an.

Tetapi 30 persen masih merupakan bagian besar, seperti diperingatkan oleh wakil kepala ekonom Bank Dunia, Ayhan Kose. "Ketika Anda berpikir tentang harga minyak, apa yang terjadi di Timur Tengah tidak tinggal di Timur Tengah. Ini memiliki dampak global yang sangat besar," paparnya.

Tetapi laporan itu memperingatkan bahwa belum ada pemulihan penuh dari invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak Februari 2022, yang digambarkan Kose sebagai "traumatis bagi pasar komoditas".

Dia mengatakan, efek negatif akan datang jika eskalasi dalam konflik mendorong kenaikan harga komoditas yang terus-menerus, yang akan melepaskan "gelombang inflasi lain" dan memaksa para bankir sentral untuk bertindak. Gil menambahkan: "Pembuat kebijakan harus waspada."

Ini akan memiliki konsekuensi parah bagi ketahanan pangan di negara-negara miskin yang sudah menghadapi meningkatnya tingkat kelaparan, menurut bank dunia. Lonjakan harga minyak dan gas juga akan menaikkan biaya pengiriman dan pupuk,

"Harga minyak yang lebih tinggi, jika berkelanjutan, pasti membuat harga pangan menjadi lebih mahal," kata Kose, menambahkan bahwa pada akhir 2022 hampir sepersepuluh populasi dunia kekurangan gizi.

"Eskalasi konflik terbaru akan meningkatkan kerawanan pangan, tidak hanya di kawasan ini tetapi juga di seluruh dunia," kata Kose.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1864 seconds (0.1#10.140)