Pro-Kontra Pencabutan Izin Operasi Uber di Inggris

Sabtu, 23 September 2017 - 20:13 WIB
Pro-Kontra Pencabutan Izin Operasi Uber di Inggris
Pro-Kontra Pencabutan Izin Operasi Uber di Inggris
A A A
LONDON - Keputusan regulator transportasi London (TfL), Inggris mencabut izin operasi trasportasi Uber menuai pro dan kontra. Selain menjadi pukulan keras bagi perusahaan asal Silicon Valley, Amerika Serikat (AS) ini, juga memicu protes dari pelanggan dan pengemudi perusahaan.

Seperti diketahui, izin operasional Uber di London resmi dicabut oleh regulator transportasi London, pada Jumat (22/9/2017). Meski begitu mereka masih diperbolehkan beroperasi hingga izinnya habis pada 30 September nanti.

Permohonan perusahaan untuk mendapatkan lisensi baru di London ditolak dengan alasan Uber bukanlah operator kendaraan yang "fit and proper". Uber memiliki waktu sekitar 21 hari untuk mengajukan banding, namun dapat terus beroperasi sampai prosesnya habis yang bisa memakan waktu berbulan-bulan

Chief Executive Uber, Dara Khosrowshahi mengkonfirmasi bahwa perusahaan akan mengajukan banding atas keputusan tersebut. "Sangat penting bahwa kita bertindak dengan integritas dalam segala hal yang kita lakukan, dan belajar bagaimana menjadi mitra yang lebih baik untuk setiap kota tempat kita beroperasi. Itu tidak berarti meninggalkan prinsip kita. Kita akan mengajukan banding atas keputusan TfL ini," ujarnya, seperti dilansir dari Guardian, Sabtu (23/9/2017).

Keputusan tersebut bakal berpengaruh kepada lebih dari 40.000 pengendara perusahaan transportasi aplikasi ini. Salah satu sopir dari sekitar 40.000 pengemudi Uber di ibu kota, James Farrar, yang telah mengkampanyekan kondisi kerja yang lebih baik di perusahaan tersebut, mengatakan bahwa keputusan TfL adalah "pukulan yang menghancurkan".

TfL beralasan menolak permohonan perusahaan untuk memperbarui lisensi karena "pendekatan dan perilaku Uber menunjukkan kurangnya tanggung jawab perusahaan terkait dengan pelaporan tindak pidana berat, sertifikat medis dan pemeriksaan latar belakang dari pengemudi.

Badan perizinan juga mengatakan bahwa hal itu terkait dengan penggunaan Greyball oleh Uber, perangkat lunak yang dapat digunakan untuk memblokir badan pengatur agar tidak mendapatkan akses penuh terhadap aplikasinya dalam melakukan peraturan atau tugas penegakan hukum.

Keputusan untuk menghapus Uber dari salah satu pasar terbesarnya adalah pukulan baru bagi perusahaan yang berbasis di AS yang telah mencapai valuasi senilai USD70 miliar (52 miliar pounds) sejak didirikan pada 2009.

Andre Spicer, seorang profesor di Cass Business School London mengatakan, keputusan tersebut merupakan pukulan yang berpotensi fatal bagi Uber. "Di masa lalu Uber beroperasi di tepi hukum dengan teknologi baru sebagai alibi. Kini model bisnisnya menjadi pertanggungjawaban besar. "

Di sisi lain, keputusan TfL didukung oleh Wali Kota London Sadiq Khan. Dia menyatakan sepenuhnya mendukung keputusan untuk mencabut lisensi Uber karena semua perusahaan harus bermain sesuai peraturan.

"Saya ingin London berada di garis terdepan dalam inovasi dan teknologi baru serta menjadi rumah alami bagi perusahaan baru yang menarik, dan membantu London dengan menyediakan layanan lebih baik dan terjangkau," ujarnya.

"Namun, semua perusahaan di London harus mematuhi peraturan dan mematuhi standar tinggi yang kami harapkan - terutama bila menyangkut keamanan pelanggan," tegas Khan.

Di pihak lain Menteri Perdagangan Greg Hands mengatakan langkah Sadiq Khan akan membuat 40.000 orang kehilangan pekerjaan dan membiarkan 3,5 juta pengguna Uber terkatung-katung.

"Uber harus mengatasi masalah keamanan. Tapi larangan menyeluruh akan menyebabkan ketidaknyamanan besar bagi jutaan warga London," katanya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5562 seconds (0.1#10.140)