Krisis Kemanusiaan di Gaza Bisa Picu Resesi Ekonomi Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Krisis kemanusiaan di Gaza, yang diakibatkan perang Israel dengan Hamas dapat memicu terjadinya resesi ekenomi global. Hal itu diungkapkan pejabat Wall Street lantaran memperparah tantangan ekonomi dunia.
Kekhawatiran tersebut muncul ketika badan statistik Inggris akan melaporkan kondisi terkini ekonomi pada kurtal III-2023. Para ekonom City memproyeksikan, setelah hampir tidak tumbuh selama 2023, ekonomi Inggris diperkirakan akan kembali terhenti.
Tidak hanya itu, ada juga angka-angka suram baru di pasar properti, dengan pinjaman hipotek Inggris diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan terendah dalam satu dekade selama 2023 hingga 2024.
Kepala eksekutif manajer aset terbesar dunia, BlackRock, Larry Fink mengatakan serangan Israel ke Gaza hingga konflik Rusia dan Ukraina telah mendorong masa depan baru dunia. Dalam sebuah wawancara dengan Sunday Times, Fink mengatakan bahwa risiko geopolitik adalah komponen utama seluruh sektor termasuk ekonomi.
"Kita mengalami peningkatan rasa takut di seluruh dunia, dan berkurangnya harapan. Meningkatnya rasa takut menciptakan penarikan diri dari konsumsi atau pengeluaran lebih banyak. Jadi, ketakutan menciptakan resesi dalam jangka panjang, dan jika kita terus mengalami peningkatan ketakutan, probabilitas resesi Eropa meningkat dan probabilitas resesi AS meningkat," kata dia dikutip The Guardian, Senin (6/11/2023).
Pimpinan bank terbesar di Amerika, JP Morgan, Jamie Dimon mengatakan memanasnya geopolitik cukup menakutkan dan tidak dapat diprediksi. "Apa yang terjadi terhadap geopolitik saat ini adalah hal yang paling penting bagi masa depan dunia, yaitu kebebasan, demokrasi, makanan, energi dan imigrasi," kata dia.
Komentar tersebut muncul setelah pernyataan apokaliptik serupa dari Dimon, yang merupakan salah satu pemodal paling terkenal di dunia. Bulan lalu, ia memperingatkan bahwa ini adalah masa paling berbahaya yang pernah dialami dunia dalam beberapa dekade terakhir.
"Dengan konflik yang meningkat berpotensi memiliki dampak yang luas terhadap harga energi, biaya pangan, perdagangan internasional, dan hubungan diplomatik," kata dia.
Salah satu alasan mengapa konflik antara Israel dan Hamas dianggap sebagai ancaman ekonomi global adalah ketergantungan dunia pada minyak di kawasan ini, yang menyumbang sepertiga dari pasar. Para ekonom khawatir bahwa lonjakan harga minyak dapat memicu resesi global.
Kekhawatiran tersebut muncul ketika badan statistik Inggris akan melaporkan kondisi terkini ekonomi pada kurtal III-2023. Para ekonom City memproyeksikan, setelah hampir tidak tumbuh selama 2023, ekonomi Inggris diperkirakan akan kembali terhenti.
Tidak hanya itu, ada juga angka-angka suram baru di pasar properti, dengan pinjaman hipotek Inggris diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan terendah dalam satu dekade selama 2023 hingga 2024.
Kepala eksekutif manajer aset terbesar dunia, BlackRock, Larry Fink mengatakan serangan Israel ke Gaza hingga konflik Rusia dan Ukraina telah mendorong masa depan baru dunia. Dalam sebuah wawancara dengan Sunday Times, Fink mengatakan bahwa risiko geopolitik adalah komponen utama seluruh sektor termasuk ekonomi.
"Kita mengalami peningkatan rasa takut di seluruh dunia, dan berkurangnya harapan. Meningkatnya rasa takut menciptakan penarikan diri dari konsumsi atau pengeluaran lebih banyak. Jadi, ketakutan menciptakan resesi dalam jangka panjang, dan jika kita terus mengalami peningkatan ketakutan, probabilitas resesi Eropa meningkat dan probabilitas resesi AS meningkat," kata dia dikutip The Guardian, Senin (6/11/2023).
Pimpinan bank terbesar di Amerika, JP Morgan, Jamie Dimon mengatakan memanasnya geopolitik cukup menakutkan dan tidak dapat diprediksi. "Apa yang terjadi terhadap geopolitik saat ini adalah hal yang paling penting bagi masa depan dunia, yaitu kebebasan, demokrasi, makanan, energi dan imigrasi," kata dia.
Komentar tersebut muncul setelah pernyataan apokaliptik serupa dari Dimon, yang merupakan salah satu pemodal paling terkenal di dunia. Bulan lalu, ia memperingatkan bahwa ini adalah masa paling berbahaya yang pernah dialami dunia dalam beberapa dekade terakhir.
"Dengan konflik yang meningkat berpotensi memiliki dampak yang luas terhadap harga energi, biaya pangan, perdagangan internasional, dan hubungan diplomatik," kata dia.
Salah satu alasan mengapa konflik antara Israel dan Hamas dianggap sebagai ancaman ekonomi global adalah ketergantungan dunia pada minyak di kawasan ini, yang menyumbang sepertiga dari pasar. Para ekonom khawatir bahwa lonjakan harga minyak dapat memicu resesi global.
(nng)