Profil Bashar Masri, Miliarder Palestina yang Turut Membangun Kota Rawabi
loading...
A
A
A
Pasca bebas, sang ayah mengirimnya ke Kairo untuk menuntaskan pendidikan. Selesai pendidikan menengah, ia lanjut ke perguruan tinggi dengan menekuni studi Teknik Kimia serta manajemen di Inggris dan Amerika.
Lulus dari perguruan tinggi, Masri tidak melupakan kampung kelahirannya. Namun, pandangannya sedikit mengalami perubahan.
Bukan lagi dengan melempar batu, Masri menyadari perjuangannya bisa dilakukan melalui cara lain. Sesekali pulang, ia menghabiskan banyak waktu dengan bekerja di luar negeri.
Seiring waktu, Masri pun mendapat pundi-pundi kekayaan dari hasil kerjanya di bidang real estate. Selain itu, ia juga menjadi konsultan manajemen di sejumlah kota besar dunia, seperti London hingga Washington DC.
Pasca Perjanjian Oslo, Masri bertekad untuk membangun bangsanya. Cara yang dipilih adalah dengan membangun sebuah kota baru bernama Rawabi.
Menurut Business Insider, proyek ‘Rawabi’ di Tepi Barat digambarkan sebagai rencana meningkatkan perekonomian warga Palestina. Dengan biaya tak sedikit, proyek ini juga sempat menuai kritik akibat kerja sama yang melibatkan Israel di dalamnya.
Banyak aktivis pro-Palestina yang menduga proyek Rawabi adalah usaha Israel untuk menunjukkan dominasinya. Namun, Masri dengan segera pun membantah hal tersebut.
Menurut Masri, aktivis pro-Palestina selama ini hanya berfokus terhadap Israel. Padahal, menurutnya sumber masalah ada pada kumpulan pemukim Yahudi di Tepi Barat yang ingin mendapat tempat tinggal.
Setelah ‘Rawabi’, Masri juga banyak terlibat dalam proyek pembangunan lain di Palestina. Terlepas dari banyak orang yang mungkin menyebutnya sebagai pro-Israel, ia tetap menjadikan langkah-langkahnya sebagai bentuk perjuangan bagi tanah kelahirannya.
Lulus dari perguruan tinggi, Masri tidak melupakan kampung kelahirannya. Namun, pandangannya sedikit mengalami perubahan.
Bukan lagi dengan melempar batu, Masri menyadari perjuangannya bisa dilakukan melalui cara lain. Sesekali pulang, ia menghabiskan banyak waktu dengan bekerja di luar negeri.
Seiring waktu, Masri pun mendapat pundi-pundi kekayaan dari hasil kerjanya di bidang real estate. Selain itu, ia juga menjadi konsultan manajemen di sejumlah kota besar dunia, seperti London hingga Washington DC.
Pasca Perjanjian Oslo, Masri bertekad untuk membangun bangsanya. Cara yang dipilih adalah dengan membangun sebuah kota baru bernama Rawabi.
Menurut Business Insider, proyek ‘Rawabi’ di Tepi Barat digambarkan sebagai rencana meningkatkan perekonomian warga Palestina. Dengan biaya tak sedikit, proyek ini juga sempat menuai kritik akibat kerja sama yang melibatkan Israel di dalamnya.
Banyak aktivis pro-Palestina yang menduga proyek Rawabi adalah usaha Israel untuk menunjukkan dominasinya. Namun, Masri dengan segera pun membantah hal tersebut.
Menurut Masri, aktivis pro-Palestina selama ini hanya berfokus terhadap Israel. Padahal, menurutnya sumber masalah ada pada kumpulan pemukim Yahudi di Tepi Barat yang ingin mendapat tempat tinggal.
Setelah ‘Rawabi’, Masri juga banyak terlibat dalam proyek pembangunan lain di Palestina. Terlepas dari banyak orang yang mungkin menyebutnya sebagai pro-Israel, ia tetap menjadikan langkah-langkahnya sebagai bentuk perjuangan bagi tanah kelahirannya.