Akibat Serangan Brutal Israel: 41 Ribu Rumah Hancur dan 390.000 Pekerjaan Hilang

Senin, 13 November 2023 - 13:25 WIB
loading...
Akibat Serangan Brutal Israel: 41 Ribu Rumah Hancur dan 390.000 Pekerjaan Hilang
Serangan brutal Israel hancurkan puluhan ribu rumah dan ratusan ribu pekerjaan hilang. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Serangan udara, darat, dan laut Israel di jalur Gaza, yang dipicu oleh serangan Hamas telah membawa pergolakan dan kehancuran di wilayah Palestina dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya.



Berikut adalah perkiraan imbas sosial dan ekonomi dari konflik tersebut versi beberapa organisasi internasional, dilansir dari Reuters.

1. Sektor Perumahan

United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) mengutip data dari departemen pekerjaan umum dan perumahan Palestina, menyebutkan serangan Israel telah menghancurkan lebih dari 41.000 unit rumah dan merusak lebih dari 222.000 unit rumah.

"Secara keseluruhan, dilaporkan setidaknya 45% unit perumahan di Gaza dilaporkan rusak atau hancur," demikian dikutip MNC Portal Indonesia dari Reuters di Jakarta, Senin (13/11/2023).

Bahkan, sulit untuk memverifikasi secara independen jumlah korban jiwa yang jatuh, namun wartawan Reuters di Gaza mengatakan kerusakan yang terjadi terjadi dalam skala besar. Seorang reporter Israel yang dibawa mengunjungi Kota Beit Hanoun di Gaza oleh militer Israel melaporkan pada hari Minggu bahwa "hampir tidak ada satu pun bangunan yang dapat dihuni yang masih berdiri". Sebanyak lebih dari 52.000 orang pernah tinggal di sana sebelum perang.

2. Rumah Sakit dan Sekolah

Dalam laporannya pada 10 November, OCHA mengatakan bahwa 279 fasilitas pendidikan dilaporkan rusak, lebih dari 51% dari total kerusakan, dan tidak satu pun dari 625.000 siswa di Gaza dapat mengakses pendidikan.

Disebutkan pula bahwa lebih dari separuh rumah sakit di Gaza dan hampir dua pertiga pusat layanan kesehatan primer tidak berfungsi dan 53 ambulans rusak. Ke-13 rumah sakit di Kota Gaza dan Gaza utara telah menerima perintah evakuasi dari militer Israel.

3. Sanitasi dan Air Bersih

OCHA mengatakan bahwa konsumsi air telah menurun sebesar 90% sejak perang dimulai. Dua dari tiga jaringan pipa air dari Israel berfungsi, namun ada 50% kebocoran dari pipa utama antara Rafah, di perbatasan Mesir, dan kota Khan Younis di selatan, tempat banyak pengungsi dari utara melarikan diri. Sebagian besar dari 65 pompa limbah Gaza tidak berfungsi.

4. Keamanan Pangan

OCHA melaporkan bahwa Gaza memiliki pasokan gandum yang cukup untuk 12 hari, namun satu-satunya pabrik yang beroperasi di wilayah tersebut tidak dapat mengubah gandum menjadi tepung karena pemadaman listrik. Dikatakan tidak ada lagi stok minyak sayur, kacang-kacangan, gula atau beras. Masyarakat rata-rata mengantre selama 4-6 jam untuk menerima setengah dari jatah roti normal.

5. Bantuan Kemanusiaan

Rata-rata 500 truk makanan dan barang memasuki Gaza setiap hari sebelum konflik. Semua impor dihentikan setelah 7 Oktober dan baru dilanjutkan pada 21 Oktober. Antara saat itu dan 10 November, total 861 truk yang membawa bantuan kemanusiaan telah menyeberang ke Gaza.

Lantas, bagaimana dengan imbas ekonominya?

Dalam sebuah laporan bersama, the United Nations Economic and Social Commission for Western Asia (ESCWA) and the United Nations Development Programme (UNDP) mengatakan pada tanggal 5 November bahwa sekitar 390.000 pekerjaan telah hilang sejak dimulainya perang.



Situasi sosio-ekonomi di Gaza sudah sangat buruk sebelum perang, dengan tingkat kemiskinan diperkirakan mencapai 61% pada tahun 2020. Dalam perkiraan awal, badan-badan PBB mengatakan kemiskinan diperkirakan akan meningkat antara 20% dan 45%, tergantung pada durasi perang. Mereka juga memperkirakan bahwa perang tersebut akan merugikan Gaza sebesar antara 4% dan 12% dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2023.

(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3209 seconds (0.1#10.140)