Panen Raya Tahun Depan Diramal Molor, Bagaimana Harga Beras?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Panen raya tahun depan diperkirakan bakal mundur dari biasanya. Hal itu disebabkan oleh mundurnya masa tanam karena baru masuknya musim penghujan awal November ini.
Pengamat Pangan Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas menjelaskan, seiring terlambatnya musim penghujan yang baru terjadi pada awal November ini, masa tanam padi kemungkinan baru bisa serempak dilakukan pada awal bulan Desember mendatang.
"Kalau Oktober sudah hujan biasanya petani baru tanam bulan November. Kenapa demikian? Karena jika baru hujan itu tidak bisa langsung tanam padi, lahan yang semula kering harus terisi air dahulu sampai menggenang, jadi kemungkinan mereka baru tanam itu sekitar bulan November," ujar Dwi Andreas saat dihubungi MNC Portal, Senin (13/11/2023).
Menurut Andreas, jika dihitung mulai Desember, mala puncak panen adalah di bulan Maret. Mundurnya musim tanam pada tahun ini dipastikan berimbas pada panen pada tahun 2024 mendatang yang juga akan mengalami kemunduran. Dia memproyeksikan kemungkinan musim panen raya tahun depan bakal bergeser sekitar 2-3 minggu.
"Karena musim hujan baru di November kemungkinan terlambat sekitar 20-an hari, karena baru November kira-kira nanti tanam serempaknya perhitungan saya di Desember, tanam dalam luasan besar," lanjut Dwi Andreas.
Lalu bagaimana dengan harga beras? Dwi Andreas menilai kemunduran musim panen raya itu tidak akan berdampak banyak terhadap pembentukan harga beras di pasar. Sebab, Pemerintah telah mengantisipasi dengan melakukan impor beras secara masif.
"Seharusnya seperti itu (harga beras naik), tapi yang terjadi saat ini anomali, saya melihat dari survey AP2TI, harga gabah di tingkat usaha tani saat ini mulai turun, padahal gabah di tingkat petani jarang, kalau turun saya pastikan harga beras akan turun," jelasnya.
Sekedar informasi, Pemerintah telah menugaskan Bulog untuk menambah kuota impor sebanyak 2 juta ton pada awal tahun 2024 mendatang. Hal itu bertujuan untuk menekan harga beras di pasar, mengantisipasi kenaikan harga apabila produksi padi petani turun.
Pengamat Pangan Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas menjelaskan, seiring terlambatnya musim penghujan yang baru terjadi pada awal November ini, masa tanam padi kemungkinan baru bisa serempak dilakukan pada awal bulan Desember mendatang.
"Kalau Oktober sudah hujan biasanya petani baru tanam bulan November. Kenapa demikian? Karena jika baru hujan itu tidak bisa langsung tanam padi, lahan yang semula kering harus terisi air dahulu sampai menggenang, jadi kemungkinan mereka baru tanam itu sekitar bulan November," ujar Dwi Andreas saat dihubungi MNC Portal, Senin (13/11/2023).
Menurut Andreas, jika dihitung mulai Desember, mala puncak panen adalah di bulan Maret. Mundurnya musim tanam pada tahun ini dipastikan berimbas pada panen pada tahun 2024 mendatang yang juga akan mengalami kemunduran. Dia memproyeksikan kemungkinan musim panen raya tahun depan bakal bergeser sekitar 2-3 minggu.
"Karena musim hujan baru di November kemungkinan terlambat sekitar 20-an hari, karena baru November kira-kira nanti tanam serempaknya perhitungan saya di Desember, tanam dalam luasan besar," lanjut Dwi Andreas.
Lalu bagaimana dengan harga beras? Dwi Andreas menilai kemunduran musim panen raya itu tidak akan berdampak banyak terhadap pembentukan harga beras di pasar. Sebab, Pemerintah telah mengantisipasi dengan melakukan impor beras secara masif.
"Seharusnya seperti itu (harga beras naik), tapi yang terjadi saat ini anomali, saya melihat dari survey AP2TI, harga gabah di tingkat usaha tani saat ini mulai turun, padahal gabah di tingkat petani jarang, kalau turun saya pastikan harga beras akan turun," jelasnya.
Sekedar informasi, Pemerintah telah menugaskan Bulog untuk menambah kuota impor sebanyak 2 juta ton pada awal tahun 2024 mendatang. Hal itu bertujuan untuk menekan harga beras di pasar, mengantisipasi kenaikan harga apabila produksi padi petani turun.
(fjo)