Investasi Asing Ambles 60% di Awal 2023, Ekonomi Israel Sedang Tak Baik-baik Saja?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kondisi ekonomi Israel ternyata tidak sedang baik-baik saja, bahkan sebelum perang di Gaza memanas. Hal itu terlihat dari investasi asing di Israel yang menukik tajam hingga 60% pada tiga bulan pertama di awal tahun 2023.
Hal itu berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan Israel beberapa waktu lalu. Israel memikat investasi asing sekitar USD2,6 miliar atau setara Rp40,2 triliun (Kurs Rp15.497 per USD) pada kuartal pertama tahun ini.
Kondisi tersebut mencerminkan penurunan 60% apabila dibandingkan dengan rata-rata kuartalan yang tercatat pada tahun 2020 dan 2022. Namun dalam data tidak membandingkan dengan tahun 2021, dimana pada tahun tersebut mencetak rekot dan dipandang sebagai garis besar.
Penurunan terlihat pada jumlah transaksi asing dan jumlah investor asing selama kuartal pertama tahun ini. Mengutip data dari Biro Pusat Statistik, mencatat bahwa investasi asing langsung pada kuartal pertama tahun 2023 turun 34% menjadi USD4,76 miliar, dibandingkan rata-rata kuartalan yang tercatat pada tahun 2020 dan 2022.
Selain itu, ukuran rata-rata transaksi keluar -merger dan akuisisi atau penawaran umum perdana saham- pada kuartal pertama juga merosot tajam 80% menjadi USD56 juta dari sekitar USD307 juta pada tahun 2020 dan 2022. Kementerian Keuangan mengaitkan, sebagian dari penurunan tajam ini dengan penurunan valuasi banyak perusahaan teknologi di Amerika Serikat.
Tahun lalu di 2022, transaksi investasi asing mencapai USD29,3 miliar setelah mencetak rekor pada 2021, dengan aliran investasi asing secara mengejutkan tembus USD47 miliar yang setara Rp728,4 triliun, menurut data. Angka tersebut meningkat pesat bila dibandingkan dengan capaian investasi asing USD26,4 miliar yang tercatat pada tahun 2020.
Pada paruh kedua tahun 2022, investasi di perusahaan swasta melambat di tengah kenaikan suku bunga, penurunan pasar saham global, dan PHK teknologi. Ditambah kondisi ketidakpastian politik lokal seputar perombakan yudisial yang kontroversial pada awal tahun, telah mendorong investor asing ke posisi wait dan see tentang pembuatan kesepakatan.
Hal yang menjadi perhatian utama dalam komunitas bisnis dan teknologi adalah adanya kekhawatiran perombakan yudisial yang diusulkan akan mengikis demokrasi dan melemahkan checks and balances. Dimana bisa membuat pemodal ventura ragu menginvestasikan uang mereka di negara ini dan memicu arus dana keluar.
Pada tahun 2022, sekitar 72% atau setara dengan USD21 miliar, investasi asing di Israel berasal dari AS (Amerika Serikat), serupa dengan persentase pada tahun sebelumnya. Sedangakn 8% lainnya atau USD2,4 miliar, terdiri dari investasi dari Inggris.
Dalam sebuah laporan yang disampaikan kepada Knesset, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich memuji ekonomi dan keuangan Israel yang relatif kuat secara global. Akan tetapi Ia mengakui bahwa tekanan inflasi belum mereda sebanyak yang dia prediksi.
Hal itu berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan Israel beberapa waktu lalu. Israel memikat investasi asing sekitar USD2,6 miliar atau setara Rp40,2 triliun (Kurs Rp15.497 per USD) pada kuartal pertama tahun ini.
Kondisi tersebut mencerminkan penurunan 60% apabila dibandingkan dengan rata-rata kuartalan yang tercatat pada tahun 2020 dan 2022. Namun dalam data tidak membandingkan dengan tahun 2021, dimana pada tahun tersebut mencetak rekot dan dipandang sebagai garis besar.
Penurunan terlihat pada jumlah transaksi asing dan jumlah investor asing selama kuartal pertama tahun ini. Mengutip data dari Biro Pusat Statistik, mencatat bahwa investasi asing langsung pada kuartal pertama tahun 2023 turun 34% menjadi USD4,76 miliar, dibandingkan rata-rata kuartalan yang tercatat pada tahun 2020 dan 2022.
Selain itu, ukuran rata-rata transaksi keluar -merger dan akuisisi atau penawaran umum perdana saham- pada kuartal pertama juga merosot tajam 80% menjadi USD56 juta dari sekitar USD307 juta pada tahun 2020 dan 2022. Kementerian Keuangan mengaitkan, sebagian dari penurunan tajam ini dengan penurunan valuasi banyak perusahaan teknologi di Amerika Serikat.
Tahun lalu di 2022, transaksi investasi asing mencapai USD29,3 miliar setelah mencetak rekor pada 2021, dengan aliran investasi asing secara mengejutkan tembus USD47 miliar yang setara Rp728,4 triliun, menurut data. Angka tersebut meningkat pesat bila dibandingkan dengan capaian investasi asing USD26,4 miliar yang tercatat pada tahun 2020.
Pada paruh kedua tahun 2022, investasi di perusahaan swasta melambat di tengah kenaikan suku bunga, penurunan pasar saham global, dan PHK teknologi. Ditambah kondisi ketidakpastian politik lokal seputar perombakan yudisial yang kontroversial pada awal tahun, telah mendorong investor asing ke posisi wait dan see tentang pembuatan kesepakatan.
Hal yang menjadi perhatian utama dalam komunitas bisnis dan teknologi adalah adanya kekhawatiran perombakan yudisial yang diusulkan akan mengikis demokrasi dan melemahkan checks and balances. Dimana bisa membuat pemodal ventura ragu menginvestasikan uang mereka di negara ini dan memicu arus dana keluar.
Pada tahun 2022, sekitar 72% atau setara dengan USD21 miliar, investasi asing di Israel berasal dari AS (Amerika Serikat), serupa dengan persentase pada tahun sebelumnya. Sedangakn 8% lainnya atau USD2,4 miliar, terdiri dari investasi dari Inggris.
Dalam sebuah laporan yang disampaikan kepada Knesset, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich memuji ekonomi dan keuangan Israel yang relatif kuat secara global. Akan tetapi Ia mengakui bahwa tekanan inflasi belum mereda sebanyak yang dia prediksi.
(akr)