Kejayaan Batu Bara dan CPO Meredup, Ekspor Indonesia Bakal Terus Turun hingga 2025
loading...
A
A
A
JAKARTA - Turunnya nilai ekspor per Oktober sebesar 10,43% secara year on year dipengaruhi oleh melandainya harga komoditas unggulan seperti minyak sawit ( CPO ) dan batu bara. Tren penurunan nilai ekspor bisa berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya dikarenakan windfall kedua komoditas tersebut telah berakhir.
Bahkan untuk CPO saja harganya secara tahunan per Oktober 2023 lalu sudah turun 22,7% sebesar USD865 per ton. Hingga akhir tahun diprediksi harga CPO tidak bisa balik ke angka USD1.000per ton.
"Kalau kita bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, harga CPO itu bisa USD1.200-1300 per ton, tapi hingga tahun ini terus turun. Bahkan diprediksikan sampai 2025 harga CPO akan terus menurun. Bukan hanya CPO, juga harga batu bara acuan juga anjlo. Dua hal ini yang menjadi triger paling besar pelemahan ekspor," ujar Andry Satrio Nugroho, Head of Center of Industry, Trade and Investment Indef, dalam Market Review IDXChannel, Jumat (17/11/2023).
Menurut Andry, terkait CPO, World Bank sudah mempresentasikan bahwa harga komoditas itu baru bisa tembus USD920 per ton. Harga CPO belum bisa menyentuh USD1.000 per ton, sehingga kemungkinan sampai akhir tahun ekspor akan terus menurun.
Di samping itu, kondisi pelemahan ekonomi di negara mitra dagang seperti China juga perlu diwaspadai oleh pemerintah. Pelemahan ekonomi China mampu menjadi salah satu sentimen negatif terkoreksinya kinerja ekspor Indonesia.
Andry melanjutkan, pada kuartal III-2023 yang lalu pertumbuhan ekonomi China berada di angka 4,39%. Angka itu turun jika dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal II sebelumnya.
"Dengan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi, bahkan deflasi 0,2%, ini menjadi suatu hal yang harus diwaspadai oleh pemerintah jika berbicara ekspor, padahal rekan bisnis kita terbesar adalah China," pungkasnya.
Bahkan untuk CPO saja harganya secara tahunan per Oktober 2023 lalu sudah turun 22,7% sebesar USD865 per ton. Hingga akhir tahun diprediksi harga CPO tidak bisa balik ke angka USD1.000per ton.
"Kalau kita bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, harga CPO itu bisa USD1.200-1300 per ton, tapi hingga tahun ini terus turun. Bahkan diprediksikan sampai 2025 harga CPO akan terus menurun. Bukan hanya CPO, juga harga batu bara acuan juga anjlo. Dua hal ini yang menjadi triger paling besar pelemahan ekspor," ujar Andry Satrio Nugroho, Head of Center of Industry, Trade and Investment Indef, dalam Market Review IDXChannel, Jumat (17/11/2023).
Menurut Andry, terkait CPO, World Bank sudah mempresentasikan bahwa harga komoditas itu baru bisa tembus USD920 per ton. Harga CPO belum bisa menyentuh USD1.000 per ton, sehingga kemungkinan sampai akhir tahun ekspor akan terus menurun.
Di samping itu, kondisi pelemahan ekonomi di negara mitra dagang seperti China juga perlu diwaspadai oleh pemerintah. Pelemahan ekonomi China mampu menjadi salah satu sentimen negatif terkoreksinya kinerja ekspor Indonesia.
Andry melanjutkan, pada kuartal III-2023 yang lalu pertumbuhan ekonomi China berada di angka 4,39%. Angka itu turun jika dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal II sebelumnya.
"Dengan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi, bahkan deflasi 0,2%, ini menjadi suatu hal yang harus diwaspadai oleh pemerintah jika berbicara ekspor, padahal rekan bisnis kita terbesar adalah China," pungkasnya.
(uka)