Investor Barat Ketakutan dengan Rencana Kebijakan Putin Terbaru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Investor Barat di perusahaan-perusahaan Rusia tengah ketakutan dengan rencana kebijakan Presiden Putin yang baru. Mereka cemas dipaksa menjual kepemilikan saham mereka kepada pemerintah Rusia dengan diskon besar-besaran alias murah.
Mengutip Reuters, Jumat (17/11/2023), kebijakan tersebut--yang dapat memberikan Rusia hak memesan efek terlebih dahulu (super pre-emptive right) untuk membeli saham perusahaan strategis dari pemegang saham asing--menjadi pukulan terbaru bagi investor yang memiliki aset di Rusia yang bernilai beberapa miliar dolar sebelum Februari 2022.
Rusia telah berusaha mengurangi kepemilikan dan pengaruh asing terhadap perusahaan-perusahaan terbesarnya sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukannya masuk ke Ukraina. Aksi yang memicu sanksi besar dari negara-negara Barat.
Cara-cara ini termasuk membatalkan program investasi khusus yang awalnya dirancang untuk meningkatkan aliran modal internasional ke perusahaan-perusahaan Rusia dan mengabaikan bank-bank global dalam pengawasan skema tersebut, sehingga mengakibatkan kerugian bagi sebagian investor dan hilangnya sebagian saham yang mereka miliki.
Ivan Chebeskov, kepala departemen kebijakan keuangan Kementerian Keuangan, mengatakan bahwa amandemen terhadap keputusan presiden sedang dilakukan dan kemungkinan perubahan tersebut dapat memberikan pemerintah Rusia hak memesan efek terlebih dahulu (super pre-emptive right) untuk membeli saham di perusahaan-perusahaan strategis dari pihak asing yang keluar.
“Hak preemptif super ini hanya akan berlaku dalam kasus-kasus tertentu, dengan perusahaan-perusahaan tertentu,” kata Chebeskov di sela-sela forum keuangan di Moskow pada 14 November. “Daftar pastinya masih belum disetujui”.
Mengutip Reuters, Jumat (17/11/2023), kebijakan tersebut--yang dapat memberikan Rusia hak memesan efek terlebih dahulu (super pre-emptive right) untuk membeli saham perusahaan strategis dari pemegang saham asing--menjadi pukulan terbaru bagi investor yang memiliki aset di Rusia yang bernilai beberapa miliar dolar sebelum Februari 2022.
Rusia telah berusaha mengurangi kepemilikan dan pengaruh asing terhadap perusahaan-perusahaan terbesarnya sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukannya masuk ke Ukraina. Aksi yang memicu sanksi besar dari negara-negara Barat.
Cara-cara ini termasuk membatalkan program investasi khusus yang awalnya dirancang untuk meningkatkan aliran modal internasional ke perusahaan-perusahaan Rusia dan mengabaikan bank-bank global dalam pengawasan skema tersebut, sehingga mengakibatkan kerugian bagi sebagian investor dan hilangnya sebagian saham yang mereka miliki.
Ivan Chebeskov, kepala departemen kebijakan keuangan Kementerian Keuangan, mengatakan bahwa amandemen terhadap keputusan presiden sedang dilakukan dan kemungkinan perubahan tersebut dapat memberikan pemerintah Rusia hak memesan efek terlebih dahulu (super pre-emptive right) untuk membeli saham di perusahaan-perusahaan strategis dari pihak asing yang keluar.
“Hak preemptif super ini hanya akan berlaku dalam kasus-kasus tertentu, dengan perusahaan-perusahaan tertentu,” kata Chebeskov di sela-sela forum keuangan di Moskow pada 14 November. “Daftar pastinya masih belum disetujui”.
(uka)