Mengintip Bisnis Prajogo Pangestu, Orang Paling Kaya di Indonesia Saat Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Melonjaknya saham Barito Renewables Energy (BREN), yang listing bulan lalu telah mendorong kekayaan Prajogo Pangestu ke rekor tertinggi. Rejeki nomplok miliarder Prajogo Pangestu dari Geothermal Energy menjadikannya orang terkaya di Indonesia saat ini per November 2023.
Miliarder petrokimia dan energi, Prajogo (79 tahun) telah menjadi orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih mencapai lebih dari USD40 miliar, menurut Real-Time Billionaires List. Angka tersebut meningkat lebih dari tujuh kali lipat dari Daftar Miliarder Dunia yang diterbitkan awal tahun ini, di mana ia muncul dengan kekayaan USD5,3 miliar.
Pangestu melampaui miliarder batu bara, Low Tuck Kwong yang mengantongi kekayaan bersih USD26,5 miliar. Sementara dua bersaudara R. Budi Hartono dan Michael Hartono juga turun satu tingkat ke posisi ketiga dan keempat dalam daftar orang terkaya di Indonesia dengan masing-masing memiliki kekayaan bersih USD24,8 miliar dan USSD23,7 miliar.
Sebagian besar rejeki nomplok yang didapatkan Pangestu disumbangkan oleh meroketnya nilai sahamnya di produsen energi panas bumi Barito Renewables Energy, yang terdaftar di bursa saham Indonesia bulan lalu. Saham perusahaan telah meningkat lima kali lipat sejak saat itu, dimana pada satu hari di minggu lalu sempat tercatat melonjak 25%.
Bursa saham sempat menangguhkan sementara perdagangan saham BREN untuk mengekang volatilitas harga. Perdagangan dilanjutkan Senin, (10/11) tetapi kapitalisasi pasarnya masih sekitar USD45 miliar, naik dari USD8,3 miliar ketika terdaftar.
Barito Renewables merupakan induk perusahaan dari Star Energy Geothermal Group, produsen panas bumi terbesar di Indonesia dengan kapasitas 886 megawatt. Star Energy mengoperasikan tiga proyek tenaga panas bumi di provinsi Jawa Barat, dan memiliki izin untuk melakukan eksplorasi di beberapa bagian provinsi Maluku Utara dan Lampung.
Menurut firma riset, ThinkGeoEnergy, Indonesia adalah produsen energi panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat (AS), dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi terpasang sebesar 2.356 megawatt pada akhir tahun lalu.
Tahun lalu, Green Era milik bisnis keluarga Pangestu yang berbasis di Singapura, mengambil alih Star Energy, dengan mengakuisisi sepertiga saham dari BCPG Thailand seharga USD440 juta. Sisa saham sudah dipegang oleh Barito Pacific, perusahaan induk yang terdaftar, di mana Pangestu memiliki saham mayoritas.
Analis dari Samuel Sekuritas Indonesia, Yosua Zisokhi seperti dikutip dari Forbes mengatakan, melalui email bahwa investor optimistis seputar prospek pertumbuhan perusahaan di tengah hype tentang energi panas bumi, yang mendapat dorongan oleh pembentukan pasar perdagangan karbon Indonesia.
Pangestu juga baru-baru ini mendapat manfaat dari investasinya dalam emas hitam. Saham perusahaan pertambangan batu bara miliknya di Petrindo Jaya Kreasi naik 30 kali lipat sejak IPO Maret. Seminggu setelah debutnya, bursa saham memperingatkan "aktivitas yang tidak biasa" dalam perdagangan sahamnya.
Pekan lalu, perdagangan saham perusahaan ini juga dihentikan setelah saham naik 15%, didorong oleh berita bahwa perusahaan mengakuisisi 34% saham di kontraktor batubara Petrosea. Baru-baru ini, perusahaan juga telah mengakuisisi 100% Multi Tambangjaya Utama, tambang batubara dari Indika Energy. Sejak itu, saham melanjutkan perdagangan.
Baru-baru ini, lonjakan harga saham telah menarik perhatian regulator Indonesia dan menyebabkan diambilnya langkah-langkah untuk melindungi investor. Pada bulan Juni, bursa saham memperkenalkan papan pantauan untuk memantau saham-saham tertentu yang memiliki likuiditas perdagangan rendah, di antara kriteria lainnya.
Putra dari seorang pedagang karet, Pangestu memulai bisnisnya dari menjual kayu pada akhir 1970-an. Dia mendaftarkan perusahaannya, Barito Pacific Timber pada tahun 1993 dan mengubah namanya menjadi Barito Pacific setelah melakukan diversifikasi ke lini bisnis lain.
Pada tahun 2007, Pangestu mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia Chandra Asri dan empat tahun kemudian menyelesaikan merger dengan Tri Polyta Indonesia untuk menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Pada tahun 2021, Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri.
Pangestu sudah mempersiapkan generasi berikutnya sebagai pengganti, dimana putra tertuanya, Agus Salim, bekerja dengannya sebagai direktur utama Barito Pacific. Putrinya, Nancy Pangestu Tabardel, mengelola kantor keluarga serta Green Era, di Singapura. Putra bungsu Pangestu, Baritono adalah wakil presiden direktur komersial Chandra Asri.
Miliarder petrokimia dan energi, Prajogo (79 tahun) telah menjadi orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih mencapai lebih dari USD40 miliar, menurut Real-Time Billionaires List. Angka tersebut meningkat lebih dari tujuh kali lipat dari Daftar Miliarder Dunia yang diterbitkan awal tahun ini, di mana ia muncul dengan kekayaan USD5,3 miliar.
Pangestu melampaui miliarder batu bara, Low Tuck Kwong yang mengantongi kekayaan bersih USD26,5 miliar. Sementara dua bersaudara R. Budi Hartono dan Michael Hartono juga turun satu tingkat ke posisi ketiga dan keempat dalam daftar orang terkaya di Indonesia dengan masing-masing memiliki kekayaan bersih USD24,8 miliar dan USSD23,7 miliar.
Sebagian besar rejeki nomplok yang didapatkan Pangestu disumbangkan oleh meroketnya nilai sahamnya di produsen energi panas bumi Barito Renewables Energy, yang terdaftar di bursa saham Indonesia bulan lalu. Saham perusahaan telah meningkat lima kali lipat sejak saat itu, dimana pada satu hari di minggu lalu sempat tercatat melonjak 25%.
Bursa saham sempat menangguhkan sementara perdagangan saham BREN untuk mengekang volatilitas harga. Perdagangan dilanjutkan Senin, (10/11) tetapi kapitalisasi pasarnya masih sekitar USD45 miliar, naik dari USD8,3 miliar ketika terdaftar.
Barito Renewables merupakan induk perusahaan dari Star Energy Geothermal Group, produsen panas bumi terbesar di Indonesia dengan kapasitas 886 megawatt. Star Energy mengoperasikan tiga proyek tenaga panas bumi di provinsi Jawa Barat, dan memiliki izin untuk melakukan eksplorasi di beberapa bagian provinsi Maluku Utara dan Lampung.
Menurut firma riset, ThinkGeoEnergy, Indonesia adalah produsen energi panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat (AS), dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi terpasang sebesar 2.356 megawatt pada akhir tahun lalu.
Tahun lalu, Green Era milik bisnis keluarga Pangestu yang berbasis di Singapura, mengambil alih Star Energy, dengan mengakuisisi sepertiga saham dari BCPG Thailand seharga USD440 juta. Sisa saham sudah dipegang oleh Barito Pacific, perusahaan induk yang terdaftar, di mana Pangestu memiliki saham mayoritas.
Analis dari Samuel Sekuritas Indonesia, Yosua Zisokhi seperti dikutip dari Forbes mengatakan, melalui email bahwa investor optimistis seputar prospek pertumbuhan perusahaan di tengah hype tentang energi panas bumi, yang mendapat dorongan oleh pembentukan pasar perdagangan karbon Indonesia.
Pangestu juga baru-baru ini mendapat manfaat dari investasinya dalam emas hitam. Saham perusahaan pertambangan batu bara miliknya di Petrindo Jaya Kreasi naik 30 kali lipat sejak IPO Maret. Seminggu setelah debutnya, bursa saham memperingatkan "aktivitas yang tidak biasa" dalam perdagangan sahamnya.
Pekan lalu, perdagangan saham perusahaan ini juga dihentikan setelah saham naik 15%, didorong oleh berita bahwa perusahaan mengakuisisi 34% saham di kontraktor batubara Petrosea. Baru-baru ini, perusahaan juga telah mengakuisisi 100% Multi Tambangjaya Utama, tambang batubara dari Indika Energy. Sejak itu, saham melanjutkan perdagangan.
Baru-baru ini, lonjakan harga saham telah menarik perhatian regulator Indonesia dan menyebabkan diambilnya langkah-langkah untuk melindungi investor. Pada bulan Juni, bursa saham memperkenalkan papan pantauan untuk memantau saham-saham tertentu yang memiliki likuiditas perdagangan rendah, di antara kriteria lainnya.
Putra dari seorang pedagang karet, Pangestu memulai bisnisnya dari menjual kayu pada akhir 1970-an. Dia mendaftarkan perusahaannya, Barito Pacific Timber pada tahun 1993 dan mengubah namanya menjadi Barito Pacific setelah melakukan diversifikasi ke lini bisnis lain.
Pada tahun 2007, Pangestu mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia Chandra Asri dan empat tahun kemudian menyelesaikan merger dengan Tri Polyta Indonesia untuk menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Pada tahun 2021, Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri.
Pangestu sudah mempersiapkan generasi berikutnya sebagai pengganti, dimana putra tertuanya, Agus Salim, bekerja dengannya sebagai direktur utama Barito Pacific. Putrinya, Nancy Pangestu Tabardel, mengelola kantor keluarga serta Green Era, di Singapura. Putra bungsu Pangestu, Baritono adalah wakil presiden direktur komersial Chandra Asri.
(akr)