Ekonomi Korsel Diramal Tumbuh Lebih Tinggi dari Perkiraan

Selasa, 28 November 2017 - 22:11 WIB
Ekonomi Korsel Diramal Tumbuh Lebih Tinggi dari Perkiraan
Ekonomi Korsel Diramal Tumbuh Lebih Tinggi dari Perkiraan
A A A
SEOUL - Perekonomian Korea Selatan (Korsel) diperkirakan akan tumbuh 3,0% tahun ini, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,6%, didukung membaiknya ekspor dan investasi perusahaan.

Tahun depan, Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) merevisi perkiraan pertumbuhan Korsel menjadi 3,0% dari 2,8% yang ditetapkan enam bulan sebelumnya.

"Investasi konstruksi, pendorong utama pertumbuhan sejak 2015, melambat namun ekspor telah meningkat. Industri semikonduktor telah memimpin pemulihan ekspor Korea dan menyumbang tiga perempat investasi bisnis selama delapan bulan pertama 2017," kata OECD seperti dikutip dari Yonhap News, Selasa (28/11/2017).

Organisasi tersebut mengatakan, dukungan fiskal dan perdagangan internasional yang melonjak di Asia diproyeksikan akan menopang pertumbuhan sampai 2019.

Peningkatan lapangan kerja publik dan belanja sosial yang direncanakan, sementara mencapai target menaikkan upah minimum sebesar 54% selama periode 2017-2020, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan konsumsi rumah tangga, mengimbangi perlambatan investasi perumahan yang terus berlanjut.

"Pemulihan ekspor berbasis luas yang melampaui industri utama, terutama semikonduktor, dan hasil positif dari langkah pemerintah untuk mempromosikan inovasi akan menghasilkan pertumbuhan produksi yang lebih cepat," terang dia.

Pemerintah Korea Selatan dan bank sentral memiliki perkiraan pertumbuhan ekonomi 3,0% untuk tahun ini. Begitu juga dengan International Monetary Fund (IMF) yang memperkirakan pertumbuhan 3%.

OECD mengatakan bahwa utilisasi kapasitas di sektor manufaktur rendah menurut standar historis. Sementara pertumbuhan upah dan lapangan kerja tetap lamban.

Kenaikan inflasi dari 1% pada 2016 menjadi 2% didorong oleh harga pangan dan energi, telah membatasi kenaikan pendapatan riil dan konsumsi swasta. Meskipun terjadi rebound dalam sentimen konsumen setelah pemilihan presiden baru pada Mei.

Kenaikan utang rumah tangga yang terus berlanjut juga tetap menjadi konsumsi utama bagi konsumsi swasta, yang telah tertinggal dari pertumbuhan produksi setiap tahun sejak 2006.

"Ketegangan geo-politik yang berlanjut terkait dengan Korea Utara dapat melemahkan kepercayaan bisnis dan rumah tangga, dengan implikasi yang merugikan untuk investasi bisnis dan konsumsi swasta. Berbagai langkah terkait perumahan dapat mengubah perlambatan investasi perumahan menjadi penurunan langsung," terangnya.

OECD juga mengatakan bahwa strategi pemerintah untuk pertumbuhan yang dipimpin pendapatan, didorong oleh pekerjaan publik, kenaikan upah minimum yang tajam dan peningkatan belanja sosial. Hal ini perlu didukung oleh reformasi untuk meningkatkan produktivitas.

Kebijakan fiskal, yang semakin terfokus pada redistribusi pendapatan, juga perlu memberi penekanan lebih besar pada produktivitas. Utang rumah tangga tinggi, hampir 160% dari pendapatan disposable rumah tangga, dan meningkat.

"Langkah-langkah untuk menempatkan utang rumah tangga pada tren penurunan adalah prioritas untuk mempromosikan pertumbuhan inklusif, sebagian dengan mengatasi beban utang orang tua yang lebih tinggi, pekerja berpendidikan dan berpenghasilan rendah," tuturnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0180 seconds (0.1#10.140)