Jos Gandos! Ekspor Kopi Tetap Wangi di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, kinerja sektor pertanian dan perkebunan di tengah perlambatan ekonomi masih cukup positif. Hal itu ditandai dengan masih jalannya proses ekspor untuk beberapa komoditas, seperti kopi , kapulaga, karet, hingga produk turunan kelapa sawit, terutama di sejumlah daerah.
Lihat saja, kopi arabika Gayo , belum lama ini di ekspor sebanyak 57,6 ton ke Amerika. Kopi milik Koperasi Baitul Qiradh Baburrayan (KBQ Baburrayan) itu, berhasil di ekspor dengan nilai Rp 4,2 miliar. Dengan terbukanya kembali ekspor di masa normal baru ini, bisa mendongkrak program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) yang dicanangkan pemerintah.
Tak cuma kopi, kelapa asal Sulut yang telah diolah dalam bentuk parut, diminati di Brasil. Mengawali dibukanya sektor perdagangan di masa normal baru, 104 ton kelapa parut itu sukses diekspor ke Negeri Samba tersebut. Biasanya kelapa parut Sulut di ekspor ke negara-negara di benua Asia dan Eropa. Kelapa parut yang dilepas ke Brasil tersebut telah melalui serangkaian tindakan karantina dan dinyatakan sehat, aman serta memenuhi persyaratan negara tujuan. Keberhasilan ekspor ini, diharapkan dapat membawa dampak baik bagi kesejahteraan para petani kelapa di tengah pandemi Covid-19.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai menilai, kinerja ekspor perkebunan memang masih positif. Namun, hal itu juga perlu dibarengi dengan perbaikan sektor lain agar bisa mendorong ekonomi. Pasalnya, jika hanya bergantung ke sektor perkebunan komoditas tak bisa menahan perlambatan ekonomi. "Ekspor komoditas juga tidak bisa didorong ditengah wabah saat ini.Wabah membatasi semuanya. Yang harus Dilakukan utamanya adalah mengatasi wabah, sembari meningkatkan ketahanan masyarakat dan dunia usaha,” ujar Piter, di Jakarta, Jumat (7/8/2020).
Menurut Piter, dukungan kepada sektor pertanian dan perkebunan tetap perlu ditingkatkan namun dengan situasi pandemi ini saat ini harus ada kesinambungan dukungan kepada semua sector. Tentu saja, dalam jangka pendek, sector yang prospektif perlu didukung pemerintah, "Dukungan kepada sektor-sektor pertanian perkebunan memang perlu ditingkatkan namun prioritas menurut saya justru pada sector-sektor yang mengalami tekanan terbesar agar setidaknya bisa bertahan," ujar Piter.
Sektor pertanian perkebunan yang masih positif tentu kabar baik, namun juga diperlukan perbaikan keseluruhan dari system industri, dilakukan secara struktural agar setiap produk pertanian komoditas dikelola terlebih dahulu sehingga bisa memberi nilai tambah. "Walaupun sektor pertanian masih bagus. Kita seharusnya tetap melakukan restrukturisasi struktural, mengurangi ketergantungan kepada sektor komoditas, pemerintah harus membangun kembali industri," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Samarinda, Agus Sugiyono, menyebut karet lembaran asal Kalimantan Timur (Kaltim) diminati di pasar dunia. Tren ekspornya pun tercatat terus mengalami peningkatan. Karet asal Kaltim berhasil diekspor ke Tiongkok sebanyak 201,6 ton, dengan nilai Rp 5,02 miliar. Ekspor karet lembaran tahun ini mengalami peningkatan dan mulai menjajaki pasar-pasar negara baru.
Berdasarkan data pada sistem perkarantinaan IQfast, pada semester pertama Januari-Juni 2020, ekspor lembaran karet Indonesia meningkat dibandingkan awal semeter 2019. Pada semester pertama tahun ini setidaknya telah mencapai 63.248 ton, dibandingkan periode sama pada 2019 yang hanya mencapai 53.396 ton. Data Kemendag, Indonesia tak cuma sukses mengekspor minyak sawit mentah (CPO) serta minyak inti sawit (palm kernel oil) di pasar dunia. Produk sampingannya, seperti lidi sawit pun diminati di berbagai negara.Volume ekspor komoditas lidi sawit mencapai 8,5 ribu ton dengan frekuensi pengiriman 119 kali di semester pertama 2020. Catatan tersebut meningkat 34,9 persen jika dibandingkan periode sama pada 2019 lalu, yang hanya mengekspor 6,3 ribu ton dengan 81 pengiriman.
Di masa pandemi Covid-19, ekspor lidi sawit juga tetap melaju kencang. Akhir Juni lalu, misalnya, sebanyak 416,5 ton lidi sawit yang dikemas dalam 18 peti kemas berhasil dikirim ke Pakistan. Di negara tujuan seperti Pakistan, Malaysia, Nepal dan Thailand, komoditas ini selain digunakan untuk membuat peralatan kebersihan rumah tangga, juga dimanfaatkan untuk penyapu gandum.
Ekspor kapulaga asal Sumatera Utara (Sumut) tak goyah diterpa pandemi global Covid-19. Berdasarkan catatan Karantina Pertanian Belawan, permintaan komoditas ini di pasar global justru melesat tajam.
Pada semester pertama 2020, volume pengapalan kapulaga meningkat sebesar 54,2 persen atau mencapai 171 ton dengan nilai 12 miliar. Catatan ini jauh melampaui ekspor Januari-Juni 2019, yang hanya mencapai 82 ton. Ekspor kapulaga ini kian menambah panjang daftar ekspor rempah-rampah asal provinsi ini. Untuk diketahui, komoditas lainnya seperti kincung/combrang, jahe, kunyit, cengkih dan buah tempayang juga laris manis di pasar mancanegara.
Lihat saja, kopi arabika Gayo , belum lama ini di ekspor sebanyak 57,6 ton ke Amerika. Kopi milik Koperasi Baitul Qiradh Baburrayan (KBQ Baburrayan) itu, berhasil di ekspor dengan nilai Rp 4,2 miliar. Dengan terbukanya kembali ekspor di masa normal baru ini, bisa mendongkrak program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) yang dicanangkan pemerintah.
Tak cuma kopi, kelapa asal Sulut yang telah diolah dalam bentuk parut, diminati di Brasil. Mengawali dibukanya sektor perdagangan di masa normal baru, 104 ton kelapa parut itu sukses diekspor ke Negeri Samba tersebut. Biasanya kelapa parut Sulut di ekspor ke negara-negara di benua Asia dan Eropa. Kelapa parut yang dilepas ke Brasil tersebut telah melalui serangkaian tindakan karantina dan dinyatakan sehat, aman serta memenuhi persyaratan negara tujuan. Keberhasilan ekspor ini, diharapkan dapat membawa dampak baik bagi kesejahteraan para petani kelapa di tengah pandemi Covid-19.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai menilai, kinerja ekspor perkebunan memang masih positif. Namun, hal itu juga perlu dibarengi dengan perbaikan sektor lain agar bisa mendorong ekonomi. Pasalnya, jika hanya bergantung ke sektor perkebunan komoditas tak bisa menahan perlambatan ekonomi. "Ekspor komoditas juga tidak bisa didorong ditengah wabah saat ini.Wabah membatasi semuanya. Yang harus Dilakukan utamanya adalah mengatasi wabah, sembari meningkatkan ketahanan masyarakat dan dunia usaha,” ujar Piter, di Jakarta, Jumat (7/8/2020).
Baca Juga
Menurut Piter, dukungan kepada sektor pertanian dan perkebunan tetap perlu ditingkatkan namun dengan situasi pandemi ini saat ini harus ada kesinambungan dukungan kepada semua sector. Tentu saja, dalam jangka pendek, sector yang prospektif perlu didukung pemerintah, "Dukungan kepada sektor-sektor pertanian perkebunan memang perlu ditingkatkan namun prioritas menurut saya justru pada sector-sektor yang mengalami tekanan terbesar agar setidaknya bisa bertahan," ujar Piter.
Sektor pertanian perkebunan yang masih positif tentu kabar baik, namun juga diperlukan perbaikan keseluruhan dari system industri, dilakukan secara struktural agar setiap produk pertanian komoditas dikelola terlebih dahulu sehingga bisa memberi nilai tambah. "Walaupun sektor pertanian masih bagus. Kita seharusnya tetap melakukan restrukturisasi struktural, mengurangi ketergantungan kepada sektor komoditas, pemerintah harus membangun kembali industri," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Samarinda, Agus Sugiyono, menyebut karet lembaran asal Kalimantan Timur (Kaltim) diminati di pasar dunia. Tren ekspornya pun tercatat terus mengalami peningkatan. Karet asal Kaltim berhasil diekspor ke Tiongkok sebanyak 201,6 ton, dengan nilai Rp 5,02 miliar. Ekspor karet lembaran tahun ini mengalami peningkatan dan mulai menjajaki pasar-pasar negara baru.
Berdasarkan data pada sistem perkarantinaan IQfast, pada semester pertama Januari-Juni 2020, ekspor lembaran karet Indonesia meningkat dibandingkan awal semeter 2019. Pada semester pertama tahun ini setidaknya telah mencapai 63.248 ton, dibandingkan periode sama pada 2019 yang hanya mencapai 53.396 ton. Data Kemendag, Indonesia tak cuma sukses mengekspor minyak sawit mentah (CPO) serta minyak inti sawit (palm kernel oil) di pasar dunia. Produk sampingannya, seperti lidi sawit pun diminati di berbagai negara.Volume ekspor komoditas lidi sawit mencapai 8,5 ribu ton dengan frekuensi pengiriman 119 kali di semester pertama 2020. Catatan tersebut meningkat 34,9 persen jika dibandingkan periode sama pada 2019 lalu, yang hanya mengekspor 6,3 ribu ton dengan 81 pengiriman.
Di masa pandemi Covid-19, ekspor lidi sawit juga tetap melaju kencang. Akhir Juni lalu, misalnya, sebanyak 416,5 ton lidi sawit yang dikemas dalam 18 peti kemas berhasil dikirim ke Pakistan. Di negara tujuan seperti Pakistan, Malaysia, Nepal dan Thailand, komoditas ini selain digunakan untuk membuat peralatan kebersihan rumah tangga, juga dimanfaatkan untuk penyapu gandum.
Ekspor kapulaga asal Sumatera Utara (Sumut) tak goyah diterpa pandemi global Covid-19. Berdasarkan catatan Karantina Pertanian Belawan, permintaan komoditas ini di pasar global justru melesat tajam.
Pada semester pertama 2020, volume pengapalan kapulaga meningkat sebesar 54,2 persen atau mencapai 171 ton dengan nilai 12 miliar. Catatan ini jauh melampaui ekspor Januari-Juni 2019, yang hanya mencapai 82 ton. Ekspor kapulaga ini kian menambah panjang daftar ekspor rempah-rampah asal provinsi ini. Untuk diketahui, komoditas lainnya seperti kincung/combrang, jahe, kunyit, cengkih dan buah tempayang juga laris manis di pasar mancanegara.
(nng)