Mengurai Makna Konstruksi Berkelanjutan di Indonesia lewat OGRA 2023 Asia
loading...
A
A
A
“Titik awal desain saya adalah menyeimbangkan tanggung jawab terhadap lingkungan dan melihat keseluruhan sistem yang saling terkait, baik orientasi, bentuk, dan pemilihan bahan bangunan yang disesuaikan dengan iklim mikro di Indonesia. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk berkreasi dengan desain pasif. Salah satunya, memanfaatkan potensi energi angin dari koridor jalanan kampung yang masuk ke dalam rumah melalui jendela dan atap,” papar Sarjana Arsitektur jebolan Universitas Gajah Mada ini.
Tobias mengkombinasikan massa bangunan dan detail arsitektur secara seksama untuk memastikan adanya ventilasi silang di dalam rumah. Sentuhan material kayu bekas pada struktur tiang dan atap rumah tak hanya melugaskan kesan rumah adat masa lampau, namun juga menghadirkan sirkulasi udara yang baik dan menciptakan privasi penghuni.
“Dengan menggunakan material kayu bekas tersebut kita dapat menghemat sekitar 50-70% biaya material kayu. Genteng tanah liat bekas juga bisa dikreasikan sebagai finishing lantai. Selain dari aspek biaya, penggunaan material ini juga merupakan upaya pengurangan emisi karbon,” jelasnya.
Lantai loteng pada area atap berfungsi sebagai instalasi pengolahan air hujan. Air hujan yang ditampung melalui talang atap akan disaring terlebih dahulu sebelum disimpan dan digunakan. “Air hujan yang telah diolah bisa digunakan untuk berkebun dan menyuplai air ke kolam ikan. Kelebihan air dialirkan ke sumur resapan dan sistem drain perancis yang terletak di sekeliling bangunan,” imbuhnya.
Atas pencapaiannya tersebut, pria kelahiran 1990 ini mendapatkan hadiah uang tunai USD 3,300 setara Rp52 jutaan (kurs 15,800), tropi Juara 1 dan akan diundang sebagai pembicara di sejumlah kegiatan Onduline Indonesia.
Indonesia Menonjol
Para juri yang merupakan jajaran arsitek internasional ternama memilih proyek yang paling menonjol. Menjadi kebanggaan, lima arsitek Indonesia berhasil memborong seluruh podium juara di ajang kompetisi OGRA 2023 ASIA. Mereka menampilkan ide dan gagasan terbaiknya demi bersaing dengan ratusan peserta dari enam negara di Asia.
Menurut Onduline Asia Pacific Director Onduline Olivier Guilluy yang menjadi salah satu anggota juri dalam OGRA 2023 ASIA ini, peserta dari Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan mutunya semakin baik dan terbukti bisa menyabet seluruh podium penghargaan kali ini.
“Siapapun bisa berkontribusi dalam mendukung pembangunan yang keberlanjutan, termasuk Indonesia. Yang terpenting kita bisa mengintegrasikan berbagai ide desain demi manfaat yang lebih besar untuk manusia dan lingkungannya,” tuturnya.
Country Director Onduline Indonesia, Esther Pane, turut memberikan dua jempol untuk rancang bangun rumah tinggal yang menonjolkan respons atas berbagai isu teknologi, lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya yang memengaruhi konstruksi kontemporer, dan menawarkan solusi visioner terhadap cara kita membangun.
Tobias mengkombinasikan massa bangunan dan detail arsitektur secara seksama untuk memastikan adanya ventilasi silang di dalam rumah. Sentuhan material kayu bekas pada struktur tiang dan atap rumah tak hanya melugaskan kesan rumah adat masa lampau, namun juga menghadirkan sirkulasi udara yang baik dan menciptakan privasi penghuni.
“Dengan menggunakan material kayu bekas tersebut kita dapat menghemat sekitar 50-70% biaya material kayu. Genteng tanah liat bekas juga bisa dikreasikan sebagai finishing lantai. Selain dari aspek biaya, penggunaan material ini juga merupakan upaya pengurangan emisi karbon,” jelasnya.
Lantai loteng pada area atap berfungsi sebagai instalasi pengolahan air hujan. Air hujan yang ditampung melalui talang atap akan disaring terlebih dahulu sebelum disimpan dan digunakan. “Air hujan yang telah diolah bisa digunakan untuk berkebun dan menyuplai air ke kolam ikan. Kelebihan air dialirkan ke sumur resapan dan sistem drain perancis yang terletak di sekeliling bangunan,” imbuhnya.
Atas pencapaiannya tersebut, pria kelahiran 1990 ini mendapatkan hadiah uang tunai USD 3,300 setara Rp52 jutaan (kurs 15,800), tropi Juara 1 dan akan diundang sebagai pembicara di sejumlah kegiatan Onduline Indonesia.
Indonesia Menonjol
Para juri yang merupakan jajaran arsitek internasional ternama memilih proyek yang paling menonjol. Menjadi kebanggaan, lima arsitek Indonesia berhasil memborong seluruh podium juara di ajang kompetisi OGRA 2023 ASIA. Mereka menampilkan ide dan gagasan terbaiknya demi bersaing dengan ratusan peserta dari enam negara di Asia.
Menurut Onduline Asia Pacific Director Onduline Olivier Guilluy yang menjadi salah satu anggota juri dalam OGRA 2023 ASIA ini, peserta dari Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan mutunya semakin baik dan terbukti bisa menyabet seluruh podium penghargaan kali ini.
“Siapapun bisa berkontribusi dalam mendukung pembangunan yang keberlanjutan, termasuk Indonesia. Yang terpenting kita bisa mengintegrasikan berbagai ide desain demi manfaat yang lebih besar untuk manusia dan lingkungannya,” tuturnya.
Country Director Onduline Indonesia, Esther Pane, turut memberikan dua jempol untuk rancang bangun rumah tinggal yang menonjolkan respons atas berbagai isu teknologi, lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya yang memengaruhi konstruksi kontemporer, dan menawarkan solusi visioner terhadap cara kita membangun.