Visa Ingatkan Konsumen soal Maraknya Penipuan saat Musim Belanja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Visa Inc ., perusahaan pembayaran digital, merilis Holiday Edition Threats Report (HETR). Laporan ini mengantisipasi peningkatan aktivitas penipuan selama musim liburan di seluruh transaksi, baik dengan kartu fisik (card-present/CP) maupun secara online (card-not-present/CNP).
Laporan baru ini mengidentifikasi taktik penipuan yang diperkirakan akan marak terjadi hingga Januari 2024. Meningkatnya penipuan dikarenakan adanya peningkatan pesat dalam aktivitas e-commerce dan pembelanjaan secara langsung di segmen ritel dan perhotelan.
Riko Abdurrahman, Presiden Direktur Visa Indonesia, mengatakan, para pelaku kejahatan sudah bersiap sepanjang tahun untuk beraksi di musim-musim liburan, termasuk di akhir tahun. Para penjahat memanfaatkan peningkatan aktivitas dan kelengahan konsumen dalam berbelanja.
"Kami juga memantau ancaman di jaringan kami selama 24 jam sehari, bahkan pada masa-masa tersibuk sepanjang tahun. Tentunya, pertahanan pertama ada pada masing-masing konsumen. Jadi mari kita tetap berhati-hati dalam berbelanja secara fisik maupun online," ujar Riko Abdurrahman, Senin (11/12/2023).
Rico menyampaikan, data dan transaksi dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa pelaku penipuan mengincar konsumen selama musim liburan. Bahkan, data Visa menunjukkan bahwa dari kategori top merchant yang menjadi target penipu, tingkat penipuan pada musim libur tahun 2022 meningkat 11% dibandingkan di luar musim libur.
"Angka ini meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama," bebernya.
Laporan Holiday Edition Threats Report Visa memperingatkan bahwa pelaku penipuan akan berusaha mengeksploitasi peningkatan minat dan urgensi konsumen untuk menemukan penawaran dan hadiah unik yang sering ditemukan pada promo musim liburan.
Ada pun penipuan itu meliputi antara lain skimming digital, phishing dan social engineering, skimming ATM, pencurian fisik, penipuan bypass OTP dan provisioning fraud.
"Seiring meningkatnya belanja online turut membuka peluang yang lebih besar bagi para penipu untuk membobol data akun dari pedagang e-commerce dan menghasilkan uang dari situ," bebernya.
Sementara itu, dengan meningkatnya lalu lintas pengunjung di toko-toko fisik dan ATM, para pelaku penipuan kemungkinan besar akan menargetkan terminal ATM dan Point of Sale (POS) dengan serangan skimming.
"Pelaku penipuan dapat mencoba mencuri kartu pembayaran dan/atau ponsel secara fisik dari konsumen yang tidak menaruh curiga di toko ritel yang ramai, pusat perbelanjaan, atau tempat parkir," urainya.
Lebih lanjut, Rico membeberkan beberapa hal untuk membantu konsumen berbelanja dengan aman. Antara lain, pertama, periksa kembali reputasi dan keaslian toko jika hendak berbelanja.
"Pilihlah toko tepercaya dan yang sudah Anda kenal dengan baik. Jika Anda mempertimbangkan untuk membeli dari toko di mana Anda belum pernah bertransaksi, lakukan riset untuk memeriksa reputasi dan keasliannya," jelasnya.
Kedua, amankan informasi pribadi Anda, pastikan situs web menggunakan teknologi yang aman. "Saat melakukan checkout, alamat situs web harus dimulai dengan 'https://'. Huruf 's' adalah singkatan dari secure yang berarti data Anda dienkripsi dan dikirim melalui koneksi yang aman," kelasnya.
Ketiga, hindari Wi-Fi publik untuk berbelanja. Jaringan Wi-Fi publik sering kali tidak aman, sehingga memudahkan para peretas untuk mencuri informasi Anda. Selalu gunakan koneksi internet pribadi yang aman saat Anda melakukan pembelian.
Keempat, waspadai penawaran yang terlalu menarik. Penawaran yang terdapat di situs web atau masuk ke email sering kali terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
"Terutama ketika harganya sangat rendah untuk barang-barang yang sulit didapat. Konsumen harus curiga dengan penawaran semacam itu," tandasnya.
Laporan baru ini mengidentifikasi taktik penipuan yang diperkirakan akan marak terjadi hingga Januari 2024. Meningkatnya penipuan dikarenakan adanya peningkatan pesat dalam aktivitas e-commerce dan pembelanjaan secara langsung di segmen ritel dan perhotelan.
Riko Abdurrahman, Presiden Direktur Visa Indonesia, mengatakan, para pelaku kejahatan sudah bersiap sepanjang tahun untuk beraksi di musim-musim liburan, termasuk di akhir tahun. Para penjahat memanfaatkan peningkatan aktivitas dan kelengahan konsumen dalam berbelanja.
"Kami juga memantau ancaman di jaringan kami selama 24 jam sehari, bahkan pada masa-masa tersibuk sepanjang tahun. Tentunya, pertahanan pertama ada pada masing-masing konsumen. Jadi mari kita tetap berhati-hati dalam berbelanja secara fisik maupun online," ujar Riko Abdurrahman, Senin (11/12/2023).
Rico menyampaikan, data dan transaksi dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa pelaku penipuan mengincar konsumen selama musim liburan. Bahkan, data Visa menunjukkan bahwa dari kategori top merchant yang menjadi target penipu, tingkat penipuan pada musim libur tahun 2022 meningkat 11% dibandingkan di luar musim libur.
"Angka ini meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama," bebernya.
Laporan Holiday Edition Threats Report Visa memperingatkan bahwa pelaku penipuan akan berusaha mengeksploitasi peningkatan minat dan urgensi konsumen untuk menemukan penawaran dan hadiah unik yang sering ditemukan pada promo musim liburan.
Ada pun penipuan itu meliputi antara lain skimming digital, phishing dan social engineering, skimming ATM, pencurian fisik, penipuan bypass OTP dan provisioning fraud.
"Seiring meningkatnya belanja online turut membuka peluang yang lebih besar bagi para penipu untuk membobol data akun dari pedagang e-commerce dan menghasilkan uang dari situ," bebernya.
Sementara itu, dengan meningkatnya lalu lintas pengunjung di toko-toko fisik dan ATM, para pelaku penipuan kemungkinan besar akan menargetkan terminal ATM dan Point of Sale (POS) dengan serangan skimming.
"Pelaku penipuan dapat mencoba mencuri kartu pembayaran dan/atau ponsel secara fisik dari konsumen yang tidak menaruh curiga di toko ritel yang ramai, pusat perbelanjaan, atau tempat parkir," urainya.
Lebih lanjut, Rico membeberkan beberapa hal untuk membantu konsumen berbelanja dengan aman. Antara lain, pertama, periksa kembali reputasi dan keaslian toko jika hendak berbelanja.
"Pilihlah toko tepercaya dan yang sudah Anda kenal dengan baik. Jika Anda mempertimbangkan untuk membeli dari toko di mana Anda belum pernah bertransaksi, lakukan riset untuk memeriksa reputasi dan keasliannya," jelasnya.
Kedua, amankan informasi pribadi Anda, pastikan situs web menggunakan teknologi yang aman. "Saat melakukan checkout, alamat situs web harus dimulai dengan 'https://'. Huruf 's' adalah singkatan dari secure yang berarti data Anda dienkripsi dan dikirim melalui koneksi yang aman," kelasnya.
Ketiga, hindari Wi-Fi publik untuk berbelanja. Jaringan Wi-Fi publik sering kali tidak aman, sehingga memudahkan para peretas untuk mencuri informasi Anda. Selalu gunakan koneksi internet pribadi yang aman saat Anda melakukan pembelian.
Keempat, waspadai penawaran yang terlalu menarik. Penawaran yang terdapat di situs web atau masuk ke email sering kali terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
"Terutama ketika harganya sangat rendah untuk barang-barang yang sulit didapat. Konsumen harus curiga dengan penawaran semacam itu," tandasnya.
(uka)