Bangladesh Berpotensi Jadi Tujuan Utama Ekspor Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Ditunjang jumlah penduduk yang signifikan dan perekonomian yang terus tumbuh, Bangladesh dinilai berpeluang besar menjadi salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia di masa mendatang.
Terkait dengan itu, pemerintah terus mendorong dicapainya kesepakatan perdagangan dengan Bangladesh. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengumumkan, saat ini Indonesia dan Bangladesh sepakat merencanakan putaran pertama perundingan Indonesia-Bangladesh Preferential Trade Agreement (IB-PTA) pada semester pertama 2018.
"Indonesia dan Bangladesh menyadari besarnya potensi perdagangan yang bisa dimaksimalkan kedua negara. Sebagai negara yang perekonomiannya terus tumbuh serta didukung dengan jumlah penduduk yang signifikan, Bangladesh berpeluang besar menjadi salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia di masa mendatang,” jelas Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Iman Pambagyo dalam keterangan pers, Jumat (19/1/2018).
Kesepakatan lain yang dicapai, lanjut Iman, yaitu mempercepat penyelesaian Terms of Reference (ToR) Trade Negotiating Committee (TNC) IB-PTA, serta segera membahas draf teks IB-PTA pada pertemuan pendahuluan berikutnya.
Upaya menjalin kerja sama perdagangan dengan Bangladesh ini menurutnya sejalan dengan arah kebijakan pemerintah untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan kerja sama perdagangan Indonesia dengan negara-negara nontradisional, khususnya di kawasan Asia Selatan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan kedua negara pada tahun 2016 mencapai USD1,33 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Bangladesh pada tahun yang sama
menunjukkan surplus bagi Indonesia sebesar USD1,19 miliar.
Bangladesh menempati peringkat ke-23 sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia dengan pangsa sebesar 0,9%, serta menempati urutan ke-63 sebagai negara sumber impor utama Indonesia dengan pangsa sebesar
0,1%.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Bangladesh adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya, bubur kayu kimiawi, bangku penumpang untuk kereta atau trem, batu bara, serta kertas dan karton.
Sementara itu, Komoditas impor utama Indonesia dari Bangladesh adalah benang goni, kaus, singlet dan rompi lainnya, karung dan tas, pakaian wanita, serta pakaian laki-laki.
Terkait dengan itu, pemerintah terus mendorong dicapainya kesepakatan perdagangan dengan Bangladesh. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengumumkan, saat ini Indonesia dan Bangladesh sepakat merencanakan putaran pertama perundingan Indonesia-Bangladesh Preferential Trade Agreement (IB-PTA) pada semester pertama 2018.
"Indonesia dan Bangladesh menyadari besarnya potensi perdagangan yang bisa dimaksimalkan kedua negara. Sebagai negara yang perekonomiannya terus tumbuh serta didukung dengan jumlah penduduk yang signifikan, Bangladesh berpeluang besar menjadi salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia di masa mendatang,” jelas Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Iman Pambagyo dalam keterangan pers, Jumat (19/1/2018).
Kesepakatan lain yang dicapai, lanjut Iman, yaitu mempercepat penyelesaian Terms of Reference (ToR) Trade Negotiating Committee (TNC) IB-PTA, serta segera membahas draf teks IB-PTA pada pertemuan pendahuluan berikutnya.
Upaya menjalin kerja sama perdagangan dengan Bangladesh ini menurutnya sejalan dengan arah kebijakan pemerintah untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan kerja sama perdagangan Indonesia dengan negara-negara nontradisional, khususnya di kawasan Asia Selatan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan kedua negara pada tahun 2016 mencapai USD1,33 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Bangladesh pada tahun yang sama
menunjukkan surplus bagi Indonesia sebesar USD1,19 miliar.
Bangladesh menempati peringkat ke-23 sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia dengan pangsa sebesar 0,9%, serta menempati urutan ke-63 sebagai negara sumber impor utama Indonesia dengan pangsa sebesar
0,1%.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Bangladesh adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya, bubur kayu kimiawi, bangku penumpang untuk kereta atau trem, batu bara, serta kertas dan karton.
Sementara itu, Komoditas impor utama Indonesia dari Bangladesh adalah benang goni, kaus, singlet dan rompi lainnya, karung dan tas, pakaian wanita, serta pakaian laki-laki.
(fjo)