Ledakan Smelter di Morowali, Pengamat Nilai Investor Abaikan Keselamatan Tambang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengamat energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, meledaknya smelter di Morowali makin membuktikan bahwa investor smelter mengabaikan standar keselamatan pertambangan atau mining savety standar.
Ia bahkan menyebutkan bahwa ada indikasi bahwa Pemerintah lebih mementingkan kepentingan investor ketimbang keselamatan kerja karyawan.
Diungkapkannya, penerapan standar K3 seharusnya mengacu pada standar International, bukan standar Nasional maupun standar China. Investor China biasanya cenderung minimizing cost, termasuk mining savety cost
"Pemerintah harus memberlakukan savety International standar dengan zero accidents kepada seluruh investor, termasuk investor China. Jangan lebih mementingkan masuknya investor smelter dengan mengabaikan savety system," tegas Fahmy, Selasa (26/12/2023).
Pihaknya juga meminta savety audit diadakan secara reguler untuk memastikan bahwa savety system bekerja sesuai savety standar. Diberitakan sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) juga mengaku akan menurunkan tim pengawas ketenagakerjaan untuk menindaklanjuti kecelakaan di smellter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), Morowali tersebut.
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kemnaker, Haiyani Rumondang menyampaikan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Tengah dan juga perusahaan terkait kecelakaan tersebut.
Tim Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tengah dan Pusat melakukan pengawasan, termasuk memberikan pembinaan penerapan norma ketenagakerjaan khususnya K3.
"Maka harus benar-benar dipastikan semua keadaan sesuai dengan persyaratan K3, terlebih pada industri smelter yang memiliki risiko bahaya tinggi. Pembinaan terus dilakukan termasuk memastikan prosedur dan personil K3 yang memenuhi standar K3," jelasnya.
Ia bahkan menyebutkan bahwa ada indikasi bahwa Pemerintah lebih mementingkan kepentingan investor ketimbang keselamatan kerja karyawan.
Diungkapkannya, penerapan standar K3 seharusnya mengacu pada standar International, bukan standar Nasional maupun standar China. Investor China biasanya cenderung minimizing cost, termasuk mining savety cost
"Pemerintah harus memberlakukan savety International standar dengan zero accidents kepada seluruh investor, termasuk investor China. Jangan lebih mementingkan masuknya investor smelter dengan mengabaikan savety system," tegas Fahmy, Selasa (26/12/2023).
Pihaknya juga meminta savety audit diadakan secara reguler untuk memastikan bahwa savety system bekerja sesuai savety standar. Diberitakan sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) juga mengaku akan menurunkan tim pengawas ketenagakerjaan untuk menindaklanjuti kecelakaan di smellter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), Morowali tersebut.
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kemnaker, Haiyani Rumondang menyampaikan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Tengah dan juga perusahaan terkait kecelakaan tersebut.
Tim Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tengah dan Pusat melakukan pengawasan, termasuk memberikan pembinaan penerapan norma ketenagakerjaan khususnya K3.
"Maka harus benar-benar dipastikan semua keadaan sesuai dengan persyaratan K3, terlebih pada industri smelter yang memiliki risiko bahaya tinggi. Pembinaan terus dilakukan termasuk memastikan prosedur dan personil K3 yang memenuhi standar K3," jelasnya.
(nng)