Bulog Beri Kabar Tak Sedap, Harga Beras Meroket di Awal 2024

Kamis, 11 Januari 2024 - 20:52 WIB
loading...
Bulog Beri Kabar Tak Sedap, Harga Beras Meroket di Awal 2024
Bulog mengungkapkan harga beras naik mengawali tahun ini. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan kabar tak menggembirakan di awal 2024 ini. Informasi tersebut berkaitan dengan harga beras di pasaran yang cenderung masih tinggi hingga pasokannya yang diperkirakan berkurang alias defisit.

Menurutnya, ada beberapa aspek yang mengerek naiknya harga beras di pasar dalam negeri. Misalnya, produksi komoditas pangan di Tanah Air yang belum seutuhnya pulih, terutama beras. Selain itu, harga pupuk juga masih mahal.

“Ya memang 2024 paling tidak pada awal tahun ini belum ada tanda yang menggembirakan, tiga faktor yang udah pernah saya sampaikan, mengapa harga naik itu masih ada? Satu, produksi kita masih belum pulih. Dua, biaya input masih tetap tinggi dan harga pupuk masih tetap tinggi,” papar Bayu saat konferensi pers, Kamis (11/1/2024).



Tak hanya itu, dunia tetap bergejolak dan mempengaruhi pasar pangan di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Lalu, kebijakan beberapa negara yang membatasi ekspor beras membuat pasar di negara lain tidak stabil.

“Kebijakan-kebijakan negara-negara yang belum membuat pasar dunia lebih tenang, pasar dunia masih naik turun dengan jumlah yang cukup besar,” papar dia.

Kondisi internal dan eksternal ini dipandang memberatkan Indonesia. Di dalam negeri misalnya, musim tanam di beberapa kawasan Pulau Jawa dipastikan mundur dari waktu awal, sehingga mempengaruhi masa panen raya.

Bayu menyebut hal itu membuat defisit beras pada periode Januari-Februari 2024. Pernyataan tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

“Ini memang berat bagi Indonesia, situasinya saya menggunakan data BPS yang mengatakan Januari-Februari (2024) kita masih defisit dalam jumlah yang cukup besar,” bebernya.



“Ini terjadi karena sebagian dari Jawa utamanya mundur tanamnya sehingga panen juga mundur, itu membuat supply dari dalam negeri menurut saya masih akan sulit,” lanjut Bayu.

Kendati begitu, pemerintah tetap mengambil langkah antisipasi agar suplai beras tetap dilakukan. Salah satunya dengan menggelontorkan bantuan pangan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM).

“Yaudah, mari kita terus usahakan dan strategi yang dipilih pemerintah dengan Bulog pelaksananya adalah terus memastikan 22 juta masyarakat paling membutuhkan tidak gelisah, mereka cukup tenang karena ada beras,” ucapnya.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1944 seconds (0.1#10.140)