Bos Bank Sentral Inggris Wanti-wanti Efek Teror Laut Merah ke Suku Bunga

Jum'at, 12 Januari 2024 - 17:54 WIB
loading...
Bos Bank Sentral Inggris Wanti-wanti Efek Teror Laut Merah ke Suku Bunga
Gubernur Bank Sentral Inggris, Andrew Bailey memperingatkan, lonjakan tarif pengiriman yang dipicu oleh serangan Laut Merah bisa menimbulkan ancaman terhadap suku bunga. Foto/Dok
A A A
LONDON - Gubernur Bank Sentral Inggris , Andrew Bailey memperingatkan, lonjakan tarif pengiriman yang dipicu oleh serangan Laut Merah bisa menimbulkan ancaman terhadap suku bunga . Ia menerangkan, dampak dari kapal yang harus mengubah rute dari Terusan Suez di sekitar Afrika Selatan kemungkinan akan menjadi masalah bagi kebijakan moneter.



Pemberontak Houthi yang didukung Iran telah menyerang kapal-kapal yang melalui selat Bab El-Mandab, di lepas pantai Yaman, yang mengarah ke Terusan Suez. Serangan Houthi di Laut Merah sebagai pembalasan atas perang Israel di Gaza.

Berbicara di depan Treasury Select Committee (TSC) pada tengah pekan kemarin, Bailey mengatakan: "Sejauh yang bisa kami ketahui dari pantauan, lalu lintas pengiriman sedang terpengaruh dan ada pengalihan. Hal itu akan meningkatkan harga dan biaya pengiriman,".

"Saya pikir itu akan menjadi masalah juga di kebijakan moneter," sambungnya.



Apabila inflasi tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama, itu akan membuat lebih sulit bagi Bank of England dalam memangkas suku bunga. Sejak Desember 2021, Bank telah menaikkan suku bunga dari rekor terendah 0,1% ke level tertinggi 15 tahun di 5,25% untuk mencoba menjinakkan inflasi yang tak terkendali.

Sementara itu proyeksi ke depan mulai membaik, dimana Indeks harga konsumen (CPI) kini telah mendingin dari posisi puncak 11,1% menjadi 3,9% pada bulan November.

Terusan Suez juga merupakan rute vital untuk mengangkut pasokan energi, yakni sepersepuluh dari minyak mentah dan produk minyak bumi dunia dan 8% gas alam cair (LNG) bepergian melalui jalur perdagangan tersebut.

Di sisi lain sejauh ini dampak serangan terhadap harga minyak masih terbatas. Namun, Bailey memperingatkan bahwa guncangan harga energi yang dipicu oleh konflik di Timur Tengah menimbulkan potensi ancaman terbesar bagi stabilitas keuangan tahun ini.

Bailey mengatakan: "Cukup banyak lalu lintas pengiriman yang melewati Terusan Suez, di antaranya adalah minyak dan LNG, jadi kita harus mengawasinya (harga) dengan sangat hati-hati."

Dia menambahkan, potensi global untuk guncangan global lebih lanjut jelas ada.

"Peristiwa di Timur Tengah tragis dari sudut pandang individu, tetapi menarik dari sudut pandang ekonomi. Lihat harga minyak. Hal itu belum sepenuhnya naik seperti yang saya takutkan, tapi jelas tetap tempat yang sangat tidak pasti," paparnya.

Ketika serangan Houthi meningkat pada pertengahan Desember, harga minyak mentah Brent awalnya melonjak dari USD73 per barel menjadi di atas USD80. Namun sejak itu harga telah turun kembali, tepat di bawah USD77 per barel. Angka itu jauh lebih rendah dari pada bulan September, ketika harga melebihi USD90.

Tetapi risiko terhadap stabilitas keuangan jika situasinya meningkat akan menjadi titik kunci pembicaraan bagi para pemimpin dunia G7 tahun ini, kata Bailey.

Dia menambahkan: "Implikasi potensial dari perkembangan Timur Tengah akan menjadi fokus tentu saja di G7. Kami mendapat telepon tepat sebelum Natal dan poin itu muncul."
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2448 seconds (0.1#10.140)