Hindari Defisit, OPEC Sepakat Naikkan Produksi Minyak

Sabtu, 23 Juni 2018 - 16:03 WIB
Hindari Defisit, OPEC Sepakat Naikkan Produksi Minyak
Hindari Defisit, OPEC Sepakat Naikkan Produksi Minyak
A A A
WINA - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akhirnya sepakat untuk meningkatkan produksi minyaknya dalam jumlah terbatas. Kesepakatan itu diambil setelah pimpinan OPEC, Arab Saudi berhasil meyakinkan Iran untuk bekerja sama dan menerima keputusan tersebut.

Kendati demikian, OPEC masih belum mengumumkan seberapa besar tambahan produksi yang disepakati. Hal itu masih menjadi tanda tanya bagi para pedagang serta negara-negara konsumen yang berharap kenaikan harga minyak belakangan ini dapat tertahan. Sementara, harga minyak telah naik USD1,85 menjadi USD74,9 per barel.

Presiden AS Donald Trump menjadi salah satu tokoh dunia yang langsung menanggapi keputusan yang belum disertai angka pasti tersebut. "Berharap OPEC akan meningkatkan outputnya secara substansial. Perlu menekan harga agar tetap rendah!" ungkap Trump melalui cuitannya yang dikutip Reuters.

AS, China dan India telah meminta negara-negara produsen minyak untuk meningkatkan suplai ke pasar guna mencegah defisit minyak yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi global.

Arab Saudi menyatakan bahwa langkah menaikkan produksi tersebut akan diwujudkan dalam nominal output tambahan sekitar 1 juta barel per hari (bph), atau 1% dari suplai global. Sementara Irak menyatakan kenaikan riil berkisar 770.000 bph, karena beberapa negara yang mengalami penurunan produksi masih kesulitan memenuhi kuotanya.

Dengan tidak menetapkan target produksi tiap negara secara individual, kesepakatan itu tampaknya memberikan kesempatan bagi Arab Saudi untuk memproduksi minyak lebih dari alokasi yang ditetapkan guna memenuhi kekurangan dari negara-negara yang tengah kesulitan dalam memproduksi minyaknya seperti Venezuela.

Sementara Iran yang merupakan produsen terbesar ketiga OPEC sebelumnya mendesak agar organisasi tersebut menolak permintaan kenaikan produksi seperti yang disuarakan Trump. Alasannya, kenaikan harga minyak belakangan ini juga disebabkan oleh tindakan Trump yang mengenakan sanksi kepada Iran dan Venezuela.

Sanksi Trump kepada Teheran bulan Mei lalu diyakini akan memangkas produksi minyak Iran hingga sepertiganya. Karena itu, kenaikan produksi OPEC tidak akan memberi keuntungan bagi Negeri Mullah tersebut, berbeda dengan Arab Saudi.

Namun, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih di saat-saat akhir berhasil meyakinkan koleganya dari Iran Bijan Zanganeh untuk mendukung keputusan menaikkan produksi OPEC. Falih mewanti-wanti bahwa dunia bisa menghadapi defisit minyak hingga 1,8 juta bph pada semester kedua 2018 jika produksi tak dinaikkan.

OPEC dan sekutunya sejak tahun lalu memutuskan untuk memangkas produksi hingga 1,8 juta bph. Langkah itu dalam 18 bulan terakhir mampu memperbaiki keseimbangan permintaan-penawaran di pasar global dan memperbaiki harga yang kini rata-rata menjadi USD75 per barel dari sebelumnya yang hanya USD27 per barel di 2016.

Di bagian lain, terganggunya produksi di Venezuela, Libya dan Angola secara efektif memangkas produksi hingga sekitar 2,8 juta bph dalam beberapa bulan terakhir.

Kendati demikian, penambahan produksi OPEC tersebut telah diperkirakan sebelumnya oleh pasar dan dinilai sebagai langkah yang wajar. "Itu akan cukup untuk saat ini tapi tidak untuk kuartal keempat nanti akibat penurunan ekspor minyak oleh Iran dan Venezuela," ujar Head of Global Oil Analytics di S&P Global Gary Ross.

OPEC dan produsen non-OPEC rencananya akan mengukuhkan detail keputusan penambahan produksi tersebut hari ini. Selanjutnya, pertemuan akan diadakan kembali pada bulan September untuk mengkaji hasil keputusan itu.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3135 seconds (0.1#10.140)