Hubungan Memanas, Korut Akhiri Seluruh Kerja Sama Ekonomi dengan Korsel

Jum'at, 09 Februari 2024 - 14:45 WIB
loading...
Hubungan Memanas, Korut...
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kembali ke negaranya setelah melakukan perhentian terakhir di kota Vladivostok, Rusia bagian timur. FOTO/Reuters
A A A
JAKARTA - Korea Utara (Korut) memilih untuk mengakhiri seluruh perjanjian kerja sama ekonomi dengan Korea Selatan (Korsel) karena hubungan antara kedua negara bertetangga ini semakin memanas.

Keputusan terbaru tersebut diambil setelah Pyongyang bulan lalu menyatakan Seoul sebagai musuh utama menyingkirkan badan-badan yang didedikasikan untuk reunifikasi dan mengancam akan menduduki Korea Selatan selama perang.

Majelis Rakyat Tertinggi memutuskan membatalkan undang-undang (UU) tentang kerja sama ekonomi antar-Korea, demikian dilaporkan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) dikutip dari Al-Jazeera, Jumat (9/2/2024).



Hubungan antara kedua negara Korea ini telah mengalami kebuntuan dengan proyek-proyek utama yang ditangguhkan selama bertahun-tahun, karena Pyongyang meningkatkan program pengembangan senjatanya dan Seoul meningkatkan kerja sama militer dengan Amerika Serikat dan Jepang.

Majelis juga menghapuskan undang-undang tentang pengoperasian proyek pariwisata Gunung Kumgang, yang menawarkan wisata dan merupakan simbol kerja sama ekonomi antara kedua belah pihak yang dimulai pada awal tahun 2000-an, yang menarik hampir dua juta pengunjung Korea Selatan. Resor ini dibangun oleh Hyundai Asan Korea Selatan.

Proyek tersebut dihentikan pada tahun 2008 ketika seorang turis Korea Selatan ditembak mati oleh penjaga Korea Utara karena masuk ke zona terlarang.

Resor Gunung Kumgang pernah menjadi salah satu dari dua proyek antar-Korea terbesar, bersama dengan zona industri Kaesong yang sekarang sudah ditutup. Pada masa kejayaannya, kawasan ini menjadi tempat berdirinya pabrik-pabrik dari 125 perusahaan Korea Selatan yang mempekerjakan 55.000 pekerja Korea Utara.

Seoul menarik diri dari proyek tersebut, yang diluncurkan setelah KTT antar-Korea tahun 2.000 pada 2016 sebagai tanggapan atas uji coba nuklir dan peluncuran rudal oleh Korea Utara, dengan mengatakan bahwa keuntungan Kaesong membantu mendanai provokasi tersebut.

Tidak Rasional

Korea Utara tahun lalu mengakhiri pakta militer yang ditandatangani pada tahun 2018 untuk meredakan ketegangan di dekat perbatasan militer yang dibuat berdasarkan gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea 1950-1953.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada hari Rabu menyebut langkah Pyongyang sebagai perubahan yang luar biasa tetapi mengatakan sulit untuk memahami logika mereka.

"Apa yang tidak berubah adalah bahwa Korea Utara telah mencoba selama lebih dari 70 tahun untuk mengubah kita menjadi komunis, dan ketika melakukan itu, mereka menyadari bahwa senjata konvensional mereka tidak cukup sehingga mereka beralih ke pengembangan nuklir untuk mengancam kita," kata dia dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi pemerintah KBS.



Yoon mengatakan masih terbuka untuk bekerja sama dengan Korea Utara dan akan memberikan bantuan jika diperlukan meskipun pihaknya mengakui kepemimpinan Korea Utara bukanlah kelompok yang rasional.

Setelah bertahun-tahun penutupan perbatasan karena pandemi Covid-19, memulai kembali bisnis pariwisata yang menguntungkan akan menawarkan Korea Utara cara untuk menghasilkan uang tunai, tetapi sekarang melanggar sanksi internasional yang diberlakukan terhadap Pyongyang atas program senjata nuklir dan balistiknya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1492 seconds (0.1#10.140)