Raksasa Pelayaran Memperingatkan Krisis Laut Merah Bakal Panjang hingga Paruh Kedua 2024

Senin, 19 Februari 2024 - 07:38 WIB
loading...
Raksasa Pelayaran Memperingatkan...
Perusahaan raksasa pengiriman logistik asal Denmark, AP Moller-Maersk memperingatkan pelanggan untuk bersiap menghadapi krisis Laut Merah berkepanjangan yang dapat berlangsung hingga paruh kedua tahun ini. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Perusahaan raksasa pengiriman logistik asal Denmark, AP Moller-Maersk memperingatkan pelanggan untuk bersiap menghadapi krisis Laut Merah berkepanjangan yang dapat berlangsung hingga paruh kedua tahun 2024. Menurut laporan, armada laut global terbesar kedua itu telah menambahkan sekitar 6% dari kapasitas kapal tambahan ke jadwalnya, hingga akhirnya menambah biaya operasional.



Perusahaan pelayaran besar telah mulai mengirim ratusan kapal mereka dalam perjalanan yang lebih lama dan lebih mahal di sekitar Cape of Good Hope Afrika selatan setelah pemberontak Houthi melayangkan serangan melalui Laut Merah ke Terusan Suez. Maersk sudah menangguhkan operasinya di wilayah itu pada bulan lalu setelah Houthi menargetkan dua kapalnya.



Sementara itu, para militan telah bersumpah akan memperluas serangan mereka setelah Amerika Serikat atau AS dan Inggris mulai melayangkan serangan balasan terhadap target terkait Houthi di Yaman .

"Sayangnya, kami tidak melihat perubahan di Laut Merah terjadi dalam waktu dekat," kata presiden regional untuk Maersk Amerika Utara, Charles van der Steene dilansir CNBC.

"Kami memperkirakan rute transit yang lebih panjang dapat bertahan hingga Q2 dan berpotensi sampai Q3. Pelanggan perlu memastikan bahwa mereka akan merasakan waktu transit yang lebih lama secara keseluruhan ke dalam rantai pasokan mereka," sambungnya.

Sebagai informasi lalu lintas melalui Terusan Suez – rute tercepat dari Asia ke Eropa – mencapai sekitar 15% dari pengiriman komersial dunia. Perusahaan angkutan logistik besar saat ini menghadapi ancaman peningkatan biaya dan meroketnya premi asuransi karena harus mengalihkan kapal mereka dari Laut Merah.

Menurut van der Steen, selain pengiriman, perusahaan perlu mengukur biaya untuk rantai pasokan mereka dengan biaya aktual.

"Banyak pelanggan kami memperhitungkan biaya per unit untuk rantai pasokan mereka ke dalam penganggaran mereka, yang pada dasarnya adalah apa yang mereka butuhkan untuk membuat hasil mereka bekerja," katanya.

"Jika secara fundamental bergeser dan berubah, itu bisa memiliki efek yang cukup signifikan pada biaya keseluruhan," bebernya.

Perdagangan global telah anjlok 1,3% dari November hingga Desember 2023 sebagai akibat dari serangan terhadap kapal dagang di Laut Merah, menurut laporan terbaru oleh Kiel Institute.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1983 seconds (0.1#10.140)