Peran Batu Bara Belum Tergantikan, Indonesia Perlu Dorong Clean Coal Process
loading...
A
A
A
Terkait dengan itu, Irwandy mengatakan, tantangan dalam optimalisasi pemanfaatan batu bara adalah bagaimana menekan emisi CO2 yang dihasilkan. Namun, hal itu butuh teknologi yang sejauh ini menurutnya masih mahal. "Kita memang belum memiliki teknologi ini, semuanya masih dari luar sehingga mahal sekali," ujarnya.
Tekait dengan dilema tersebut, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro berharap semua pihak yang berkepentingan bijak dalam mengambil keputusan. Sebab, kata dia, peran penting batu bara tak bisa dimungkiri. Negara-negara industri seperti Inggris dan Amerika pun menurut dia dulu besar dengan memanfaatkan batu bara, sebelum kini beranjak pada energi yang lebih bersih.
"Tapi Eropa dan Amerika dari sisi perdagangan dalam 15 tahun terakhir kalah saing dengan China dan India. Kalau mau dilihat, salah satu faktornya adalah karena energi di kedua negara itu lebih murah, di mana India bauran energinya 70% dari batu bara dan China 60-65%," paparnya.
Berangkat dari hal itu, Komaidi menilai transisi energi yang digembar-gemborkan Barat saat ini bisa saja tidak murni persoalan lingkungan, tetapi juga memiliki unsur geopolitik. Indonesia yang memiliki sumber daya batu bara dalam jumlah besar menurutnya perlu bijak menyikapi hal ini. "Kita tetap ikut transisi energi, tapi ada pilihan cara. Kita enggak harus didikte oleh Eropa. Banyak argumentasi kenapa kita tidak harus memaksakan diri, tapi tetap ikut arus global," tandasnya.
Tekait dengan dilema tersebut, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro berharap semua pihak yang berkepentingan bijak dalam mengambil keputusan. Sebab, kata dia, peran penting batu bara tak bisa dimungkiri. Negara-negara industri seperti Inggris dan Amerika pun menurut dia dulu besar dengan memanfaatkan batu bara, sebelum kini beranjak pada energi yang lebih bersih.
"Tapi Eropa dan Amerika dari sisi perdagangan dalam 15 tahun terakhir kalah saing dengan China dan India. Kalau mau dilihat, salah satu faktornya adalah karena energi di kedua negara itu lebih murah, di mana India bauran energinya 70% dari batu bara dan China 60-65%," paparnya.
Berangkat dari hal itu, Komaidi menilai transisi energi yang digembar-gemborkan Barat saat ini bisa saja tidak murni persoalan lingkungan, tetapi juga memiliki unsur geopolitik. Indonesia yang memiliki sumber daya batu bara dalam jumlah besar menurutnya perlu bijak menyikapi hal ini. "Kita tetap ikut transisi energi, tapi ada pilihan cara. Kita enggak harus didikte oleh Eropa. Banyak argumentasi kenapa kita tidak harus memaksakan diri, tapi tetap ikut arus global," tandasnya.
(fjo)