Utang Luar Negeri Rusia Menyusut Hampir 20%, Kini Sentuh Rp4.977 Triliun
loading...
A
A
A
MOSKOW - Pemerintah, maupun para pebisnis Rusia terus mengurangi jumlah utang mereka kepada pemberi pinjaman asing, berdasarkan data resmi terbaru. Tingkat utang luar negeri Rusia pada 2023 tercatat turun hampir seperlima, untuk mencapai titik terendah lebih dari satu dekade.
Data tersebut baru saja dipublikasikan oleh regulator Bank Rusia dalam laporan tahunannya. Bank sentral melaporkan, bahwa pada 1 Januari tahun ini, "utang luar negeri Federasi Rusia berjumlah USD316,8 miliar (setara Rp4.977 triliun), setelah menurun sebesar USD68,2 miliar, atau sebesar 17,7% selama (2023)."
Utang luar negeri adalah bagian dari utang nasional suatu negara yang dipinjam oleh negara, maupun sektor bisnis swasta dari pemberi pinjaman luar negeri seperti bank, IMF, perusahaan asing dan kreditor lainnya.
Jumlah utang bank sentral Rusia dan bank-bank lain tetap sama, atau hampir tidak berubah pada posisi USD94,7 miliar. Sementara itu utang pemerintah berkurang 29%, dari USD46,1 miliar menjadi USD32,7 miliar.
Di sisi lain sektor-sektor ekonomi lainnya mengurangi utang luar negeri mereka secara keseluruhan, yakni sebesar 22,6% menjadi USD189,4 miliar, kata laporan tersebut.
Regulator juga mencatat bahwa beban utang pada ekonomi Rusia ikut menyusut karena rasio utang luar negeri terhadap PDB turun menjadi 15,8% pada tahun lalu. Menurut Bank of Russia, tingkat utang luar negeri saat ini berada pada titik terendah dalam satu dekade.
Seperti dilansir RT, Presiden Vladimir Putin mengatakan, pada bulan Desember bahwa, perusahaan-perusahaan Rusia dengan patuh membayar semua pinjaman yang diambil dari lembaga keuangan asing, seringkali lebih cepat dari jadwal.
Utang luar negeri Rusia mencapai rekor tertinggi dalam sejarah, atau lebih dari USD700 miliar pada tahun 2014. Kewajiban mulai menurun relatif stabil sejak saat itu, karena sanksi Barat yang diberlakukan pada tahun 2014 atas penyatuan kembali Krimea dan penarikan modal oleh non-penduduk.
Kampanye sanksi baru yang dilepaskan oleh Barat terhadap Moskow sejak 2022 semakin mempercepat penurunan utang luar negeri.
Data tersebut baru saja dipublikasikan oleh regulator Bank Rusia dalam laporan tahunannya. Bank sentral melaporkan, bahwa pada 1 Januari tahun ini, "utang luar negeri Federasi Rusia berjumlah USD316,8 miliar (setara Rp4.977 triliun), setelah menurun sebesar USD68,2 miliar, atau sebesar 17,7% selama (2023)."
Utang luar negeri adalah bagian dari utang nasional suatu negara yang dipinjam oleh negara, maupun sektor bisnis swasta dari pemberi pinjaman luar negeri seperti bank, IMF, perusahaan asing dan kreditor lainnya.
Jumlah utang bank sentral Rusia dan bank-bank lain tetap sama, atau hampir tidak berubah pada posisi USD94,7 miliar. Sementara itu utang pemerintah berkurang 29%, dari USD46,1 miliar menjadi USD32,7 miliar.
Di sisi lain sektor-sektor ekonomi lainnya mengurangi utang luar negeri mereka secara keseluruhan, yakni sebesar 22,6% menjadi USD189,4 miliar, kata laporan tersebut.
Regulator juga mencatat bahwa beban utang pada ekonomi Rusia ikut menyusut karena rasio utang luar negeri terhadap PDB turun menjadi 15,8% pada tahun lalu. Menurut Bank of Russia, tingkat utang luar negeri saat ini berada pada titik terendah dalam satu dekade.
Seperti dilansir RT, Presiden Vladimir Putin mengatakan, pada bulan Desember bahwa, perusahaan-perusahaan Rusia dengan patuh membayar semua pinjaman yang diambil dari lembaga keuangan asing, seringkali lebih cepat dari jadwal.
Utang luar negeri Rusia mencapai rekor tertinggi dalam sejarah, atau lebih dari USD700 miliar pada tahun 2014. Kewajiban mulai menurun relatif stabil sejak saat itu, karena sanksi Barat yang diberlakukan pada tahun 2014 atas penyatuan kembali Krimea dan penarikan modal oleh non-penduduk.
Kampanye sanksi baru yang dilepaskan oleh Barat terhadap Moskow sejak 2022 semakin mempercepat penurunan utang luar negeri.
(akr)