Rupiah KO, Airlangga Sentil Erick Thohir yang Minta BUMN Borong Dolar

Kamis, 18 April 2024 - 20:38 WIB
loading...
Rupiah KO, Airlangga Sentil Erick Thohir yang Minta BUMN Borong Dolar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons imbauan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kepada perusahaan-perusahaan pelat merah untuk memborong dolar Amerika Serikat (AS) sebanyak mungkin. Imbauan itu dilontarkan Erick yang memprediksi nilai tukar rupiah akan semakin anjlok bahkan menembus angka Rp16.500 per dolar AS.

Airlangga pun menilai bahwa imbauan Erick yang diberikan saat rupiah kondisi dolar AS tengah menguat ini sebagai sesuatu yang tidak bijak. "Kalau situasi dolar lagi menguat tentu tidak bijaksana untuk beli dolar di harga tinggi. Tentu kita perlu meredam kebutuhan terhadap dolar," jelas Airlangga dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Kamis (18/4/2024).



Sebab itu, Airlangga menegaskan kepada para Kementerian dan Lembaga (K/L) untuk menahan impor konsumtif di tengah pelemahan rupiah saat ini. "Kita meminta kalau impor konsumtif ya ditahan-tahan dulu dalam situasi seperti ini," imbuhnya.

Lebih lanjut, Airlangga menuturkan, pemerintah memiliki cara untuk memperkuat fundamental rupiah. Salah satunya melalui aturan devisa hasil ekspor (DHE). Adapun, cadangan devisa yang kuat dan stabil bisa menjaga dan memperkuat posisi nilai tukar rupiah terhadap USD.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pembelian barang boleh dilakukan jika memang diperlukan. "Tetapi kalau sifatnya konsumtif ya seperti yang disampaikan Pak Menko tadi itu tadi kita tahan dulu," tegas Suahasil.

Suahasil juga mengimbau para eksportir untuk menyimpan devisa hasil ekspor (DHE) dalam bentuk valuta asing (valas) di dalam negeri. Khususnya eksportir di sektor ekstraktif seperti pertanian dan perkebunan.

"Devisa hasil ekspor kita terutama beberapa sektor yang ekstraktif, sektor pertanian perkebunan itu dibawa kembali pulang ke Indonesia untuk periode waktu tertentu. Kalau dia pulang itu akan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia," jelasnya.

Baca Juga: Rupiah Terperosok ke Rp16.252 Pagi Ini, BI Siapkan Tiga Upaya Intervensi

Sebelumnya, Erick meminta BUMN perbankan menjaga secara proporsional porsi kredit yang terdampak volatilitas rupiah, suku bunga, dan harga minyak.

Erick bahkan menyebut BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam doalr AS) yang besar seperti PT Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat.

"Serta melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan atau bunga utang dalam dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat," jelas Erick.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1186 seconds (0.1#10.140)