Lebam Dihajar Pandemi Industri Tekstil Tetap Tak Mau Tutup, Kok?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Rizal T Rakhman, menyebut kondisi industri tekstil nasional perlahan kembali meningkat. Sebelumnya, di masa awal pandemi Covid-19 industri ini mengalami pukulan yang cukup telak.
Rizal menjelaskan, kondisi industri tekstil di tengah pandemi mulai dari Februari 2020 hingga saat ini sebetulnya masih dalam tekanan yang cukup berat. Tapi sejak bulan Juli kondisinya mulai berangsur lebih baik daripada bulan Mei dan Juni. ( Baca juga:BI Ungkap Penyebab Adanya Gambar Pakaian Adat China di Uang Baru Pecahan Rp75.000 )
"Di Juli produksi rata-rata sudah hampir mendekati 50%, bahkan garmen mungkin sudah lebih dari itu. Ini dipicu awalnya oleh pembukaan PSBB sehingga pusat tekstil nasional kita dibuka," ujar Rizal dalam acara Market Review IDX Channel, Rabu (19/8/2020).
Meskipun perdagangan belum normal, dia menyebut situasi saat ini bisa memicu kondisi untuk lebih baik. Tetapi, kondisi saat ini performanya belum sesuai yang diinginkan karena daya beli yang turun.
"Kita masih harus tetap optimistis bertahan, karena industri ini sektor manufaktur, sektor prioritas kita memperkerjakan begitu banyak karyawan. Jadi opsi kita lebih baik bertahan daripada kita harus tutup. Mulai lagi dari awal lebih sulit," ucapnya.
Rizal menjelaskan, kondisi industri tekstil di tengah pandemi mulai dari Februari 2020 hingga saat ini sebetulnya masih dalam tekanan yang cukup berat. Tapi sejak bulan Juli kondisinya mulai berangsur lebih baik daripada bulan Mei dan Juni. ( Baca juga:BI Ungkap Penyebab Adanya Gambar Pakaian Adat China di Uang Baru Pecahan Rp75.000 )
"Di Juli produksi rata-rata sudah hampir mendekati 50%, bahkan garmen mungkin sudah lebih dari itu. Ini dipicu awalnya oleh pembukaan PSBB sehingga pusat tekstil nasional kita dibuka," ujar Rizal dalam acara Market Review IDX Channel, Rabu (19/8/2020).
Meskipun perdagangan belum normal, dia menyebut situasi saat ini bisa memicu kondisi untuk lebih baik. Tetapi, kondisi saat ini performanya belum sesuai yang diinginkan karena daya beli yang turun.
"Kita masih harus tetap optimistis bertahan, karena industri ini sektor manufaktur, sektor prioritas kita memperkerjakan begitu banyak karyawan. Jadi opsi kita lebih baik bertahan daripada kita harus tutup. Mulai lagi dari awal lebih sulit," ucapnya.
(uka)